Ke esokan paginya, seperti biasa Reina bangun awal untuk memasak. sedari sehabis subuh, dia sudah berjibaku dengan bumbu bumbu dapur, dan beberapa bahan bahan masakan premium.
"Astaga Nyonya Muda, anda sudah memasak se pagi ini" beberapa Maid terkejut mendapati Reina yang tengah memasak, bahkan hampir selesai.
"Iya mbak. Mbak mulai sekarang saya yang akan masak ya, saya suka sekali memasak." dengan sumringah Reina berkata, sambil memindahkan masakannya yang sudah matang, ke mangkuk lauk.
"Baik Nyonya Muda, kalo begitu biar kami membantu menata nya." Maid itu menunduk sopan sambil tersenyum pada Reina.
"Biar kami saja yang membersihkannya, Nyonya Muda" cegah salah satu Maid yang melihat Reina hendak mencuci peralatan yang usai di pakai memasak.
"Terimakasih ya mbak, kalau begitu saya akan kembali ke kamar atas" Reina tersenyum pada mereka, setelah itu pamit.
Para Maid merasa senang Tuan dan Nyonya mereka tak salah memilih menantu, Nyonya baru mereka baik, rajin, dan ramah.
Setelah memasuki kamar ia melihat sang suami masih terlelap, Reina pun segera ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Baru setelah selesai dengan dirinya, Reina mulai menata semua kebutuhan sang suami. Tak lupa dia juga membangunkan Fatir.
"Mas, mas ayo bangun sudah pagi. Mas, mas" dengan lembut Reina membangunkan Fatir, ia menggoyang goyangkan pelan lengan Fatir.
"Iya" jawaban singkat dari Fatir membuat Reina menarik diri. Suara Fatir yang serak basah sehabis bangun membuat Reina berdecak kagum sambil membatin. 'Dulu aku hanya bisa membacanya di novel, sekarang aku mengalaminya,, aaaaaa suara suami bangun tidur adalah yang terbaik' batin Reina salah tingkah.
"Ada apa" tanya Fatir yang melihat Reina mematung sambil terus memandanginya aneh.
"Tidak, oh maksutnya iya. Mas mandi dulu saja ya, aku sudah siapkan airnya, juga semua perlengkapan mas" dengan sedikit gugup Reina menjawab dan mencoba tetap tenang, walau dalam hati deg deg ser.
"Terimakasih" setelah berkata seperti itu, Fatir segera beranjak ke kamar mandi.
"Suamiku aku pasti akan mendapatkan cintamu, kita akan membina keluarga kecil bahagia, bersama anak anak kita kelak" Reina tersenyum senang, dia tidak mau menyerah dan menjadi istri yang lemah. Bagaimana pun, Reina adalah istri sah Fatir, jadi dia berhak.
Setalah beberapa waktu, akhirnya Fatir sudah selesai bersiap, dengan setelan yang sudah di siapkan Reina tentunya. Fatir tampak cocok dengan setelan itu, tampan.
"Mas, tunggu sebentar" dengan cekatan Reina segera sedikit merapikan pakaian sang suami.
"Nah sekarang sudah lebih baik" Reina melihat penampilan Fatir dengan mata berbinar.
"Terimakasih, Dek" Fatir berkata sambil tersenyum tipis, lalu segera melangkah keluar kamar.
Reina yang mendengar Fatir memanggilnya dengan sebutan 'Dek' langsung tersipu sipu malu, detak jantungnya bahkan semakin cepat.
"Dek, aaaa, astaga aku benar benar punya suami" lirih Reina dengan gemas, ia tersenyum senang.
"Baiklah, Reina jadi lah istri yang baik, oke" Setelah mengucapkan hal itu, dengan cepat Reina segera menyusul sang suami turun ke bawah, untuk sarapan bersama.
"Pagi Ma, Pa" sapa Fatir.
"Pagi juga sayang" jawab keduanya tersenyum, agaknya penampilan putra mereka berbeda dari biasanya, ini jauh lebih rapi, tampan, dan sedap di pandang. Ini baru namanya laki laki beristri, batin keduanya sumringah.
"Pagi Ma, Pa" Reina tersenyum cerah pagi ini.
"Pagi juga sayang" keduanya tersenyum pada Reina.
Akhirnya mereka berempat pun sarapan, seperti sebelumnya Reina melayani sang suami, mengambilkan makanan dan minuman untuk Fatir. Makanan yang di masak dengan cinta, ini memang terbaik.
"Kalau seperti ini makanannya papa, mama dan Fatir. Berat badannya pasti bertambah masakan kamu benar benar enak nak" Puji Pak Rudi, yang langsung di iya kan oleh sang istri juga anaknya, Fatir. Mereka pun sarapan dengan penuh suka cita, keluarga yang benar benar harmonis.
Pak Rudi dan Fatir pun akhirnya berangkat ke kantor untuk bekerja pagi itu, dengan semangat Reina membawakan bekal makanan untuk sang suami.
"Mas ini aku sudah bawakan bekal makanan untuk mas" senyum seakan tak pernah luntur dari bibir Reina.
"Terimakasih dek" Fatir kembali tersenyum tipis.
"Wah apa Papa tak mendapatkan bekal seperti Fatir" Pak Rudi mulai memasang ekpresi sedih.
"Tentu saja ada, ini Pa" Reina segera menyerahkan satu kotak bekal pada Pak Rudi, yang tampak tersenyum senang.
"Wah terimakasih ya nak"
"Sama sama pa"
"Mama juga pamit ya nak hari ini mama ada pekerjaan yang tidak bisa di tinggal" Bu Aina keluar dari rumah sambil menenteng tas nya yang baru ia ambil.
"Mama akan pergi bersama papa kan, Reina juga sudah siapkan bekal untuk mama" saut Reina.
"Ya ampun makasih ya sayang, oiya besok mama akan mengajak kamu ke butik mama ya. "jelas Bu Aina
"Iya ma" Setelah Reina menyalimi tangan ketiganya dengan takzim, ia melihat sampai mobil papa, mama, juga suaminya keluar dari gerbang rumah.
Reina merasa sangat senang, tidak sia sia ia memasak sejak pagi, juga menyiapkan bekal untuk mereka dengan bervariasi. Reina tau suami dan mertuanya adalah orang yang sibuk, jadi dia memperhatikan itu.
"Sekarang mari kita merawat bunga" Reina kembali masuk ke dalam rumah, dengan senang.
Kebiasaan yang dulu ia lakukan di rumahnya bersama orang tuanya, akan dia lakukan juga di sini. Ini adalah cara dia menyalurkan rasa rindu pada kedua orang tuanya, bersama doa yang terus menerus dia panjatkan untuk keduanya.
"Mbak"
"Iya Nyonya Muda, ada yang bisa saya bantu"
"Aku ingin berkebun di taman bunga, apakah ada yang bisa membantuku memberi tahu di mana alat alatnya" tanya Reina.
"Tentu, Nyonya Muda, mari ikut saya" Maid itu dengan sopan mengarahkan Reina ke suatu tempat.
"Wah lengkap sekali" Reina terlihat takjub dengan alat alat berkebun di sini, tak ayal bunga bunganya indah tanamannya juga tertata rapi.
"Mbak aku akan berkebun"
"Baik, Nyonya Muda"
Reina pun terlarut dengan tanaman tanaman di depannya, pagi yang cerah membuat ia bersemangat. Dengan telaten Reina mulai merapikan taman itu, menyirami dan memberi pupuk, juga membersihkan.
Hingga tanpa terasa hari sudah semakin siang, matahari juga sudah mulai terik. Reina menyudahi aktifitasnya itu, merapikan lagi semua perlengkapannya. Di bantu beberapa maid, setelah beres, ia mulai masuk ke dalam rumah untuk membersihkan diri.
Reina mulai turun karena merasa lapar, ia ingin sekali makan mie instant dengan telur. Tapi, saat mencari mie ia tak dapat menemukannya.
"Nyonya Muda sedang mencari apa" tanya Maid.
"Mbak apa tidak ada mie instant ya, aku tidak menemukannya di mana mana" terang Reina.
"Maaf Nyonya Muda, memang tidak ada stok mie instant. Nyonya melarang kami menyediakan itu karena tidak sehat." Reina yang mendengarkan perkataan maid itu, syok.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Soraya
sabar Reina apapun yg terjadi kedepan nya kmu hrus kuat dan tegar jgn lebay
2024-03-07
1