"Innalilahi wa innalilahi rojiun" para warga menemukan dua jasad yang telah meninggal dunia, terlihat karena sesak nafas juga sedikit luka bakar. Karena sepertinya almarhum dan almarhumah sempat membasahi kain, untuk menutupi tubuh mereka dari ganasnya api.
Segeralah para tentangga dan warga sekitar, membantu membawa jenazah untuk segera di mandikan dan di kafani terlebih dahulu, mengingat sebentar lagi adzan subuh berkumandang.
Rencananya setelah sholat subuh sekitar jam 7 pagi prosesi pemakaman akan di lakukan.
Di salah satu rumah warga Reina terbangun, dengan terbatuk batuk ia kembali menangis histeris, dan berusaha bangkit. Ia mengingat orang tuanya masih terjebak dalam rumah mereka yang terbakar.
"Bapak, Ibu" teriak Reina berusaha berlari keluar sambil memanggil kedua orang tuanya. Namun, tepat saat dia keluar dari kamar itu. Reina mendapati orang orang tengah mengaji dengan dua jasad di sana.
"Reina kamu sudah sadar. Yang sabar Reina, ikhlaskan orang tuamu" sambut Ibu ibu yang langsung menahan dan memegangi tubuh Reina, yang hampir terjatuh.
Reina terdiam syok air matanya menganak sungai. Setelah mulai mencerna keadaan, ia segera menghampiri dua jasad yang tengah terbujur kaku itu.
"Bapak, Ibu. Jangan tinggalin Reina, Pak, Bu. Reina gak mau di tinggal sendirian. Reina mau sama Bapak, sama Ibu. Bangun, bangun" Reina kembali menangis tersedu sedu di samping kedua jenazah orang tuanya.
Dia tak menyangka, hari kemarin adalah hari terakhir mereka bersama. Dan tak pernah menyangka, bahwa akan kehilangan kedua orang tuanya secepat ini.
"Sabar Reina, kasian kedua orang tua mu, yang ikhlas Nak, Sabar" ucap Bu Darmi tetangga Reina yang saat ini rumahnya menjadi rumah duka keluarga Reina.
Reina hanya terus menangis, lalu saat dia mulai berangsur angsur tenang. Dengan masih sesenggukan Reina pun ikut mengaji di samping jenazah kedua orang tuanya.
Tepat pada pukul 7 pagi, prosesi pemakaman Pak Wardi dan Bu Sulis berjalan hikmat. Banyak warga yang mengantarkan mereka, ke tempat peristirahatan yang terakhir.
Pak Wardi dan Bu Sulis adalah orang yang sangat baik dan juga suka menolong, jadi tidak heran banyak warga yang merasa kehilangan, juga turut prihatin atas musibah itu.
Setelah acara prosesi pemakaman usia, para warga silih berganti meninggalkan pemakaman itu. Ucapan turut berduka cita, juga ucapan ucapan agar sabar dan ikhlas pun, terdengar silih berganti pula untuk Reina.
"Reina, ayo kita pulang" ajak Bu Darmi.
"Reina mau pulang ke mana Bu, Reina udah gak punya rumah, dan gak punya Bapak dan Ibu lagi" ucap Reina sambil mengelus batu nisan orang tuanya, matanya sembab namun tetap air mata itu seakan tak surut mengalir. Tatapanya sayu, juga kosong seolah separu jiwanya juga telah ikut pergi.
"Pulang ke rumah Ibu. Ayo Reina, ikhlaskan Bapak dan Ibu mu ya, biar mereka tenang di sana. Mereka sudah putus dengan hal hal duniawi Reina, mereka pasti juga berharap kamu bisa hidup dengan baik, dan selalu bahagia. Kirimkan selalu doa pada mereka, agar jalannnya terang dengan doa doa anak sholehah" ucap Bu Darmi lembut.
"Terimakasih, Bu" ucap Reina dengan tulus, keduanya pun berpelukan. Wejangan dari Bu Darmi membuat hatinya tersentuh. Reina akhirnya pulang dengan di pegangi oleh Bu Darmi, karena kondisi tubuhnya juga belum pulih betul.
Beberapa hari setelahnya kondisi Reina sudah mulai membaik, di rumah Bu Darmi juga lah acara 7 harian Pak Wardi dan Bu Sulis di adakan. Namun, semua biaya tentu saja di tanggung langsung oleh Reina. Keluarga Reina memang berkecukupan.
Tepat setelah acara 7 hari an kedua orang tua Reina selesai. Terlihat ada sebuah mobil terparkir di depan rumah Bu Darmi.
"Assalammualaikum wr wb. Permisi Bu" ucap dua orang tamu.
"Wa'alaikum salam wr wb, mari silahkan masuk Pak, Bu" dengan ramah Bu Darmi mempersilahkan kedua tamu itu masuk.
"Maaf sebelumnya Bu, perkenalkan nama saya Aina, dan ini suami saya Rudi. Kami mencari Reina, Bu. Kami baru mendengar musibah yang menimpa keluarga Reina, jadi kami langsung berangkat kesini Bu" ucap Seorang wanita paruh baya.
"Benar bu, kami ada keperluan dengan nak Reina" ucap Laki laki paruh baya itu.
"Iya Pak, Bu, kalau begitu tunggu sebentar biar saya panggilkan Nak Reina nya"ucap Bu Darmi.
"Iya Bu"
"Reina, ada yang mencari kamu nak" ucap Bu Darmi setelah menemui Reina di dapur.
"Siapa mereka Bu" tanya Reina, yang ternyata sedang membuat teh di dapur.
"Bu Aina dan Pak Rudi, Reina"ucap Bu Darmi.
"Ya baiklah Bu, aku akan kesana sambil membawa teh dan camilan kita ini" ucap Reina.
"Iya nak, ayo biar ibu bawakan camilannya"
"Silahkan Pak, Bu, di minum teh nya ini juga ada camilannya" ramah Bu darmi juga Reina.
"Iya terimakasih Bu, Reina" balas keduanya.
"Maaf sebelumnya Bapak dan Ibu ini ada keperluan apa ya mencari saya" tanya Reina setelah keduanya selesai meminum teh nya.
"Sebelumnya, kami turut berduka cita Reina, atas meninggalnya Pak Wardi dan Bu sulis orang tua kamu"ucap Pak Rudi, dan Bu Aina tulus.
"Iya Pak, Bu. Terimakasih, kalo ada salah ke dua orang tua saya tolong di maafkan" ucap Reina dengan wajah sendu.
"Iya Nak, kedua orang tuamu itu sangat baik, justru kami yang banyak berhutang budi pada mereka. Reina maaf, kami baru mendengar berita duka ini. Kamu yang kuat ya nak, sabar. Dulu kami selalu di bantu oleh mereka saat masih merintis hingga sekarang kami bisa seperti ini, semoga keduanya husnul khotimah aamiin" terang Bu Aina.
"Aamiin" ketiganya mengaamiin kan doa baik itu.
"Kami berdua, adalah sahabat dari orang tuamu, Reina. Sebelumnya kami juga sudah sepakat akan menjodohkan anak anak kami. Padahal niatnya, bulan depan kami mau bersilahturahmi kesini. Tapi, kami malah menerima berita duka. Karena itu kami langsung datang ke sini" terang Pak Rudi.
"Perjodohan" ucap Reina yang tiba tiba sedikit linglung.
"Iya Nak, ini bahkan ada surat yang kami ber empat tulis bersama sama, dan tanda tangani, tentang hal ini. Mungkin Pak Wardi dan Bu Sulis sudah ada firasat" ucap Bu Aina sendu.
"Ini memang tulisan dan tanda tangan Bapak dan Ibu" ucap Reina.
"Jadi bagaimana nak" ucap Bu Aina.
"Mungkin ini sudah menjadi rencana dari kedua orang tua saya. Dan mungkin ini memang yang terbaik untuk saya, jadi bismillah saya menerima perjodohan ini Pak, Bu" ucap Reina setelah sebelumnya terdiam.
Dia berfikir untuk melakukan wasiat terakhir mendiang orang tuanya, sebagai bakti nya.
Bahkan Reina tidak tau siapa calon suaminya nanti.
"Alhamdulillah" ucap Pak Rudi dan Bu Aina bersamaan. Bu Darmi yang mendengarnya juga mengucapkan hamdallah, ini adalah berita baik.
"Rencananya minggu depan Ibu dan Bapak akan kemari bersama anak kami, Fatir" ucap Bu Aina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments