Episode 14

"Makasih ya mas" Reina segera memeluk Fatir sambil sesenggukan.

"Sama sama sayang, mari kita bina rumah tangga kita bersama sama ya" dengan lembut Fatir mengusap pucuk kepala sang istri.

"Sudah sayang, jangan menangis lagi. Maaf kan mas ya" bujuk Fatir sambil menghapus air mata di pipi lembut Reina.

Keduanya pun kembali berpelukan mesra, sambil memandangi taman yang di tumbuhi berbagai macam bunga itu, nampak cantik.

"Mas" panggil Reina

"Iya sayang" jawab Fatir sambil tersenyum teduh.

"Apa yang mas sukai dan tidak sukai, aku mau mengenal mas lebih jauh lagi" tanya Reina penasaran.

"Mas suka, kamu" gurau Fatir sambil mencubit pipi Reina gemas.

"Aku juga suka mas" mendengar jawaban Reina, pipi kedunya pun sama sama bersemu, lalu saling pandang dan tertawa lucu.

"Haha mas suka melihat pemandangan alam yang sejuk. Tapi, lebih suka lihat kamu sih, haha. Mas suka semua masakan yang kamu masak, mas suka saling mengobrol seperti ini" jelas Fatir riang.

"Aku akan masak kan, masakan spesial buat mas setiap hari. Aku juga suka pemandangan alam yang sejuk mas. Aku juga suka mengobrol dengan mas seperti ini" ungkap Reina.

Keduanya saling memandang dengan dalam, kemudian sekilas kecup*n mendarat tepat di bibir Reina, membuat sang empunya mematung. Fatir yang melihat itu tertawa lucu.

"Bukannya tadi pagi udah lebih dari ini ya sayang, kok masih kaget aja si" gemas Fatir mencubit pipi Reina.

"Mas nih" pipi Reina lagi lagi bersemu karena malu.

Tak terasa waktu sudah mulai gelap, hari pun berganti malam. Reina pun mulai di sibukkan lagi dengan kegiatan dapur, untuk masak makan malam. Kali ini di dampingi Fatir, bukan para maid lagi.

"Mas bantu potong in ini sayur nya aja ya sayang" seru Fatir.

"Iya mas, di potong serong ya biar bagus mas" Reina berkata sambil dengan cekatan mulai memasak.

"Ha terong sayang, bagus. Bukannya yang bagus terongnya mas, bikin kamu merem melek" genit Fatir.

"kamu tuh ya mas, astaga jangan gitu, ini lagi masak loh" Reina berkata dengan gemas, pipinya sudah memanas mendengar ucapan sang suami.

"Haha iya sayang, mas bercanda. Tapi, nanti malam bisa lah, kan udah di bantuin masak sama mas" tawar Fatir.

"Mas nih ngomongin apa" Reina berkata dengan tangannya yang tengah membumbui masakan.

"Kamu tau si sayang, aku terkam juga di sini kamu" Fatir berkata dengan gemas pada Reina.

"Massssssss"

"Haha iya iya sayang"

Keduanya pun kembali dengan acara masak memasak mereka. Sepanjang memasak, Fatir tak hentinya memeluk Reina dari arah belakang, mencium pipi lembut sang istri.

"Alhamdulillah masaknya udah beres" senyum Reina mengembang tatkala melihat makanan yang ia masak telah matang.

"Nah sekarang waktunya mandi, biar para maid yang menatanya, ayo sayang" Fatir segera menarik tangan sang istri pergi.

"Ayo mandi sama sama sayang" Fatir berkata saat mereka sudah berada di dalam kamar.

"Mandi bersama, aku malu mas" Reina terlihat malu malu.

"Kenapa malu kan udah suami istri ini" Fatir segera menggendong Reina ke kamar mandi, yang membuat Reina terkejut.

"Mas turunin"

"Iya sayang, ayo sini cantiknya istri aku" rayu Fatir.

Dan adegan selanjutnya, ya hanya kecupan hangat di kening, selebihnya mereka mandi bersama. Reina mencuci rambut Fatir begitupun sebaliknya, dengan tawa riang keduanya menikmati moment itu.

Fatir juga mengerti, bahwa sang istri masih kesakitan karena itu adalah hal pertama baginya. Bahkan setelah selesai siang tadi, Reina berjalan sedikit mengangkang.

Setelah selesai mandi keduanya juga saling mengeringkan rambut, benar benar seperti pasangan pengantin baru.

Deru suara mobil terdengar di depan pintu mansion, menandakan Bu Aina dan Pak Rudi sudah pulang. Keduanya segera beranjak ke kamar mereka, untuk membersihkan diri.

Saat ini ke empat anggota keluarga inti, tengah berkumpul di meja makan, untuk makan malam bersama.

"Mas, biar aku ambilin ya" Reina dengan cekatan mengisi piring Fatir, dengan nasi dan lauk pauk yang telah ia masak.

"Terimakasih sayang" dengan lembut Fatir berkata.

Bu Aina dan Pak Rudi melihat itu,dengan tatapan terkejut. Kenapa keduanya terlihat seperti pengantin baru sekarang, padahal kemarin kan ada kejadian seperti itu. Keduanya jadi menerka nerka, apa yang sebenarnya terjadi pada anak dan menantunya itu.

"Ehem Fatir,"

"Iya ma"

"Jaga istrimu, jangan sakiti hatinya lagi" tegas Bu Aina.

"Baik ma, aku akan jaga istriku layaknya aku menjaga mama" dengan tulus Fatir berucap.

"Laki laki harus bisa di pegang omongan nya, Fatir" tegas Pak Rudi.

"Iya pa, Fatir janji" Yakin Fatir.

"Ma, Pa, mas Fatir ayo kita makan dulu, Reina udah masakin masakan spesial hari ini di bantu mas Fatir" ungkap Reina.

"Fatir ikut masak" tanya Bu Aina sambil tersenyum lucu ke arah menantunya itu.

"Iya ma" Reina segera mengangguk dengan senang.

"Wah kemajuan Fatir" sahut Pak Rudi.

Mereka pun akhirnya saling tersenyum satu sama lain, suasannya yang awalnya tegang menjadi mencair. Makan malam pun di lakukan dengan hikmat. Pujian demi pujian tentang masakan Reina, silih berganti terdengar dari kedua mertua juga sang suami. Memang bakat memasak itu di turunkan langsung oleh sang Ibu, yang dapat memasak makanan dengan cita rasa lebih pas dan enak di lidah.

"Alhamdulillah" Setelah selesai makan mereka pun berkumpul di ruang kelurga.

"Bagaimana kondisimu sayang, sudah mendingan" tanya Bu Aina.

"Alhamdulillah ma, aku sudah baik baik saja" Reina tersenyum cerah.

"Alhamdulillah"

******

Sementara di apartement Vania tengah mengamuk hebat, dia menghancurkan semua barang barang di sana dengan brutal.

"Mas Fatir, tega kamu mas, ahhhh" teriak Vania frustasi.

"Enggak aku gak mau kehilangan kamu mas, kamu cuman milik aku"

"Reina, kau sudah merebut laki laki milikku, dasar perempuan sund*l. Mas Fatir, kamu tidak bisa membuangku begitu saja seperti ini. Kamu sudah berjanji akan menjadikan aku sebagai Nyonya Muda Keluarga mu kan" racau Vania frustasi.

"Aaaaaaaahhh aku akan membalas semua penghinaan ini, dan aku akan merebut mas Fatir bagaimana pun caranya. Dari awal sampai akhir dia harus jadi milikku" dengan sorot mata penuh kemarahan dan dendam, Vania berkata sambil meremas pecahan vas bunga, membuat tangannya terluka dan berdar*h.

Vania dengan cepat mulai mencari handponenya, sambil masih menangis sesenggukan. Setelah ia menemukannya, dengan segera ia mencoba menghubungi Fatir berkali kali lagi.

"aaaah si*l" umpat Vania sambil kembali membanting handpone miliknya keranjang.

"Ayo Vania pikirkan cara, agar bisa mendapatkan mas Fatir lagi. Dan menyingkirkan wanita itu. Berpikir Vania berpikir" Vania berkata sambil menggigit kuku jari tanganya cemas, sesekali ia memukul kepalanya dengan kesal.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!