Reina mulai membuka matanya, dan mendapati dia berada di ruangan yang asing bercat putih, dengan bau obat yang menyengat. Reina menoleh kan kepalanya dan melihat sang suami tengah tertidur di sofa. Hari sudah malam ketika Reina terbangun karena haus.
"Aku haus, lemas sekali rasanya badanku" lirih Reina.
Dengan lemas Reina mencoba menggapai air di nakas. Namun, tak kunjung dapat di ambil. Fatir tiba tiba terbangun, dan melihat sang istri tengah berusaha meraih gelas air minumnya.
"Dek kamu sudah sadar, kamu haus ya, tunggu sebentar" dengan sigap Fatir mendekat dan membantu Reina untuk minum.
"Terimakasih mas" Reina tersenyum tipis pada Fatir.
"Maafkan Mas, ya dek. Nanti mas akan jujur sama kamu dek, mas benar benar minta maaf" Fatir terlihat begitu menyesal atas keadaan Reina saat ini, ia menganggap Reina seperti ini pasti juga karena dirinya.
"Iya mas" lirih Reina.
"Apa ada yang kamu butuhkan lagi dek" tanya Fatir.
"Tidak mas, aku mau istirahat"
"Baiklah kalau begitu tidurlah dek"
Reina kembali memejamkan matanya lelah. Fatir masih setia duduk di samping Reina. Dia merasa Reina terlalu baik untuk dia sakiti, bahkan ia tak bilang apa apa pada mama dan papa. Soal kejadian di supermarket, ia tutupi semua itu, aib suaminya.
Ponsel Fatir berdering terlihat di layar ponsel, terdapat panggilan masuk dari kesayangan. Dengan segera Fatir mengangkatnya dan mulai berjalan menjauh.
'Iya sayang, ada apa' Fatir berkata setelah sambungan telfon mereka tersambung.
'Kamu kemana aja si sayang, gak bisa di hubungi. Kamu juga gak datang, padahal aku dah nungguin kamu' rajuk Vania di sebrang telfon.
'Maaf ya sayang, aku tiba tiba ada urusan penting, yang gak bisa aku tinggal, ganti besok aja ya, aku lagi kerja ini sayang, maaf' elak Fatir.
'Jadi kamu masih kerja, yasudah kalo begitu semangat ya sayang. Besok beneran ya sayang, aku tunggu lo' ucap Vania si sebrang sana.
'Iya sayang' sambungan telfon mereka pun terputus.
Fatir berbohong pada Vania agar dia tak marah, sungguh Fatir tidak sanggup jika harus melihat Vania sedih dan marah. Jika tau apa yang sebenarnya terjadi, ia yang sedari pagi telah di rumah sakit menemani istrinya sendiri, Reina. Tanpa sadar Fatir justru menyakiti Reina.
Reina diam diam menghapus air matanya, dan kembali memejamkan mata dengan tenang.
Pagi hari, dokter dan suster menyambangi ruang rawat inap Reina. Untuk memeriksa keadaan Reina, syukurlah kondisi Reina mulai membaik dari sebelumnya. Dokter menyuntikkan obat pada selang infus Reina. Suster juga membawakan makanan dan obat dari rumah sakit.
"Syukurlah dek, kondisi kamu sudah lebih baik" Fatir tersenyum pada Reina.
"Iya mas" senyum tipis menghiasi bibir pucat Reina.
"Sayang" Bu Aina dan Pak Rudi telah berada di ruang rawat inap Reina sekarang, dengan membawa bekal makanan.
"Mama, papa"
"Sayang kamu sehat sehat ya, mama kawatir sekali sama keadaan kamu. Nah ini mama bawakan makanan dari rumah, makanan rumah sakit gak enak kan. Mama suapi ya sayang" dengan penuh perhatian Bu Aina berucap, ia mulai menyuapi sang menantu dengan telaten. Reina tersenyum tipis, mendapat perlakuan seperti itu ia merasa tersentuh, mengingat dulu jika dia sakit. Ibu pasti akan merawatnya, menyuapinya, dan memeperhatikannya lebih.
"Sehat sehat ya nak" Pak Rudi berkata yang dibalas anggukan dan senyuman tipis dari Reina.
"Pa, Ma. Aku akan pulang terlebih dahulu" pamit Fatir pada kedua orang tuanya.
"Iya pulanglah, bersihkan dirimu Fatir" sahut Pak Rudi.
"Kamu bisa pulang ada mama dan papa yang akan menjaga nak Reina" timpal Bu Aina.
"Iya ma, pa. Dek mas pulang dulu ya, nanti mas balik lagi" pamit Fatir pada Reina.
"Iya mas" Reina melepas kepergian Fatir dengan senyuman tipis.
*****
"Hai sayang kamu sudah datang" sapa Vania setelah melihat Fatir masuk ke apartemen mereka.
"Iya sayang, aku mau mandi dulu ya" Fatir tersenyum manis ke arah Vania yang juga tersenyum padanya.
"Iya baiklah, setelah itu kita sarapan bersama ya sayang, aku sudah masak" timpal Vania, Fatir mengangguk setuju, kemudian langsung masuk ke kamar.
Vania terlihat menata makanan, dengan senyum sumringah. Dia senang sekali, bisa di cintai oleh pria seperti Fatir, meskipun kini status Fatir sudah menjadi suami orang lain. Vania berfikir, istri Fatir itu lah yang menganggu hubungan mereka. Dia adalah orang yang pertama kali ada di hidup Fatir, jadi dia akan merebut kembali apa yang seharusnya menjadi miliknya.
"Iya Mas Fatir hanya milik ku, ini hanya sementara sampai aku akan menjadi Nyonya Muda Fatir" Vania tersenyum senang karena khayalannya itu.
"Wah sayang aromanya enak" Fatir segera duduk dan menatap hidangan itu penuh minat.
"Iya sayang, sebentar biar aku ambilkan ya" Vania berkata dengan manis.
"Iya sayang"
Mereka pun makan berdua seperti pasangan suami istri, padahal bukan. Fatir tiba tiba membatin, memang masakan Reina tidak ada duanya. Setelah sadar apa yang dia fikirkan, Fatir segera mengalihkan itu semua, dia sekarang sedang bersama Vania kekasihnya.
"Ada apa sayang, apa ada yang kurang di masakan ku" tanya Vania melihat Fatir yang termangu, setelah menyuap makanan yang ia masak.
"Sayang masakan kamu adalah yang ter enak, aku sedang menikmati rasanya" Fatir segera memberikan pujian pada masakan Vania.
"Kamu bisa aja, ngegombal mulu, lagi makan juga" Vania tersipu malu.
Sudah seperti keluarga yang harmonis, selesai sarapan mereka berdua pun pergi ke salah satu mall terbesar di kota nya.
"Sayang liat deh tas nya lucu banget ya, menurut kamu aku bagusnya pake yang mana" Vania menenteng dua tas branded di tangan kanan dan kirinya.
"Dua duanya bagus sayang, apapun yang kamu pakai akan terlihat bagus. Beli saja keduanya" Fatir selalu menuruti apapun yang di minat Vania, berapapun itu.
"Benarkah, terimakasih sayang" Vania terlihat sangat senang. Dan segera berlalu ke kasir untuk membayarnya, tentu dengan kartu kredit Fatir.
Setelahnya mereka berdua berganti ke toko baju, sepatu dan perhiasan. Hingga tanpa terasa Vania sudah berbelanja banyak, dan tentunya menghabiskan uang yang lebih banyak.
"Sayang ayo kita makan dulu" Fatir yang sedari tadi menenteng belanjaan Vania, segera mengajaknya untuk makan, ketika mereka melewati salah satu tempat makan di mall itu.
"Iya sayang" keduanya pun melipir untuk makan di sana.
Sementara di rumah sakit, terlihat Bu Aina sedang menunggui Reina di ruang rawat inapnya. Pak Rudi harus berangkat ke kantor, jadi dia pergi setelah beberapa lama Fatir pergi.
"Ma, aku ingin pulang saja, kondisiku sudah membaik" Reina memelas, ia tidak betah berlama lama di rumah sakit.
"Tapi sayang kondisimu kan belum pulih benar" Bu Aina masih kawatir, kalau kalau kondisi Reina drop lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments