Riana'S Revenge

Riana'S Revenge

Di bully

“Ih....seneng banget ya jadi Angel, bokapnya sayang banget. Pakai digendong kayak gitu.”

“Bikin iri gak sih?”

“Uh..pokoknya bokapnya Angela is the best deh, Papa idaman."

"Tahu gak, selain perhatian, dia juga selektif banget dengan cowok-cowok yang deket dengan Angel. Dia jagain betul pokoknya anak gadisnya.”

“Ya iyalah, dia kan putri satu-satunya.”

Riana meremas celana kulot yang dia pakai. Hatinya panas mendengar begitu banyak teman-temannya yang memuji sosok ayah dari Angel, aktris yang tengah naik daun.

Semua kehidupan Angel tak lepas dari sorot kamera media. Tak jarang pula, gadis itu membuat konten tentang keluarganya, seperti yang baru diunggah beberapa jam lalu, yang langsung bikin para penggemarnya heboh dan terus-terusan memuji.

Dalam konten terbarunya, Angel yang tampak kelelahan sehabis syuting film, digendong dipunggung oleh sang papa menuju mobil.

Tak hanya sekali ini, Angel kerap mengunggah story dimana papanya menemani saat syuting, menyuapi dirinya yang tengah sibuk menghafal naskah. Bahkan sampai memangku kepala Angel yang tengah tertidur lelap. Like a princess, mungkin seperti itulah yang terlihat dimata orang lain.

Mungkin bagi semua orang, papa Angel terlihat seperti sosok family man yang membuat iri hampir semua anak gadis, namun tidak dengan Riana, dia muak melihat itu semua.

“Lihat story Angel kemarin gak? Dia disuapin papanya saat sibuk membaca naskah. Ahh...jadi pengen deh. Ayah aku gak pernah kayak gitu," keluh Bianca.

“Itu cuma pencitraan," celetuk Riana yang langsung membuat teman-temannya menatap kearahnya. “Aslinya juga gak kayak gitu.” Akhirnya keluar juga kata-kata pedas yang dia tahan sedari tadi.

“Kamu itu kenapa sih, Ri? Kok kayaknya sewot kita ngomongin soal bokapnya Angel?” tanya Laras sambil tersenyum simpul. “Kenyataannya bokap Angel emang keren kok. Kita aja pada iri lihatnya, pengen juga bokap kita kayak gitu. Iya gak guys?" tanyanya sembari melihat kearah teman-temannya.

"Iya."

"Betul banget."

Hampir semua mengiyakan kalimat Laras. Ah... sekompak itu mereka kalau sudah urusan memuji Angel.

Riana tersenyum miring. “Gak selalu yang terlihat di kamera itu yang sesungguhnya.”

“Halah, bilang aja kalau kamu iri, Ri?" ledek Ima sambil tersenyum miring. "Tapi wajar sih, kamu kan gak punya bokap, gak pernah gitu ngerasain gimana rasanya disayang ayah." Kalimat Ima tersebut mengundang senyum beberapa temannya.

"Heh! Gak boleh gitu. Dosa menghina anak yatim," ujar Zara sambi melirik Riana.

"Yatim?" seru Tiara kencang.

Kalimat Tiara disambut dengan tawa menggelegar teman-teman di dalam kelas. Seolah yang barusan cewek itu katakan adalah kalimat paling lucu sedunia.

"Bukan yatim kali, tanpa lahir tanpa bapak tepatnya," Bianca memperjelas, tanpa memikirkan bagaimana perasaan Riana. Sudah menjadi rahasia umum jika Riana memanglah anak yang terlahir tanpa ayah. Bahkan dalam akta kelahiran, tertulis jika dia anak dari seorang Ibu. Aneh bukan, jika hal se pribadi ini bisa diketahui banyak orang? Tapi tak aneh lagi kalau sudah menyangkut soal Riana. Karena sudah pasti, ada biang kerok yang akan menyebar semua masalah pribadinya, terutama yang bisa membuat Riana malu.

Sejak kecil, Riana sudah menjadi objek bullyan teman-temannya. Dia pikir dengan bertambahnya usia, tak akan ada lagi bullian untuknya, nyatanya tetap saja. SD, SMP, SMA, hingga sekarang kuliah, semua masih sama, seperti kaset lama yang diputar kembali, lagi dan lagi. Dia mendapatkan bullian dari statusnya yang biasa disebut anak haram. Memang dimana letak kesalahannya? Siapapun tak bisa memilih orang tua saat dia dilahirkan.

Dengan menahan sesak didada, Riana mengambil ransel diatas meja lalu beranjak dari duduknya. Percuma juga dia di dalam kelas jika semua yang dikatakan teman-temannya hanya membuatnya sakit hati.

“Mau kemana? Marah gara-gara omongan aku?” Bianca bertanya tanpa menunjukkan raut bersalah. “Kamu sukanya ngomongin faktakan kalau lagi debat. Jadi jangan marah kalau aku juga ngomong fakta tentang kamu yang terlahir dari seorang ibu, TANPA AYAH.” Seakan yang tadi belum cukup, Bianca sengaja menekankan kata tanpa ayah untuk mengejek Riana, mempermalukan dia lebih tepatnya.

Tapi tak semua anak di kelas senang dengan perbuatan Bianca. Beberapa orang yang masih punya hati, menatap iba kearah Riana, dan itu membuat Riana tak suka. “Gak usah kasihan sama aku. Aku lebih kuat dari apa yang kalian bayangkan.”

Dulu dia marah, menangis, dan menyalahkan ibunya kenapa dia tak punya ayah seperti yang lain, tapi tidak untuk saat ini. Riana sudah bisa lebih tegar, apalagi sejak ibunya menceritakan kejadian masa lalu yang membuat Riana lahir tanpa ayah. Sejak itu, Riana tak lagi merindukan sosok ayah, melainkan tumbuh kebencian yang mengakar kuat pada sosok ayahnya.

Riana meninggalkan bangkunya, lebih baik menunggu dosen di luar saja dari pada berada di dalam jika hanya untuk dibulli. Namun sebelum kakinya keluar dari ruang kelas, dia menoleh lalu mengedarkan pandangan pada teman-temannya. “Jangan bandingin ayah kalian dengan ayah Angel, karena ayah kalian jauh lebih baik. Kasihan, ayah kalian akan sedih kalau tahu anaknya lebih mengidolakan ayah lain daripada ayahnya sendiri," dia mantap keluar setelah mengatakan itu.

Riana duduk disebuah bangku yang tak jauh dari kelasnya, menyandarkan punggung di dinding sambil memejamkan matanya. Rasanya dia ingin berteriak, kenapa takdir begitu kejam pada dia dan ibunya, namun meratapi takdir juga tak ada gunanya. Yang paling penting sekarang, dia harus menjadi orang yang sukses, agar bisa membahagiakan ibunya. Ya, hanya ibunya, karena dia memang ditakdirkan hidup tanpa ayah.

Tak mau larut dalam kesedihan, Riana mengambil sebuah buku dari dalam tas dan mulai membaca. Namun sayang, fikirannya tak bisa fokus karena teringat apa yang dibicarakan teman-temannya tadi. Begitu bagus seorang Bima Prasetya membangun imejnya dimata publik. Tak akan ada yang menduga jika pria sebaik itu pernah menalak istrinya yang sedang hamil dan mencampakkannya begitu saja. Kejam, satu kata yang paling tepat untuk pria itu.

Dewi, wanita itu ditalak saat hamil 5 bulan, dan anak yang dilahirkan Dewi adalah Riana. Ya, Bima Prasetya adalah ayah kandung Riana. Yang artinya, Riana dan Angel saudara seayah, meski tak ada seorangpun yang tahu selain keluarga mereka.

Beberapa tahun yang lalu, saat usia Riana 12 tahun, ibunya mengajak dia bertemu dengan Bima, ayah kandungnya. Hari itu untuk pertama kalinya, Riana melihat wajah ayahnya setelah bertahun-tahun memohon pada ibunya untuk dipertemukan dengan sang ayah. Namun alih-alih dipeluk dan diakui, Dewi dan Riana malah diusir oleh Bima dan keluarganya. Hari itu juga, pertama kali Riana bertemu dengan Angel.

Nahas, setelah pertemuan itu, takdir kembali mempertemukan mereka di sekolah yang sama. Kehidupan Riana makin berat karena setiap hari mendapatkan bullian dari Angel dan teman-temannya. Dia yang merupakan siswa miskin sama sekali tak punya power untuk melawan.

Karena tak bisa fokus, Riana menutup buku dan hendak memasukkan kembali kedalam tas. Namun terhenti saat melihat Angel berjalan kearahnya. Gadis itu tampak menggandeng mesra lengan Arga, sang kekasih. Mereka dinobatkan sebagai couple goals di kampus. Cantik, artis terkenal, punya jutaan fans, dan punya kekasih tampan. Sesempurna itu hidup Angel, kontras sekali dengan dia, yang harus hidup susah, dan mengalami bullying sejak kecil.

Saat hendak melewati Riana, Angel menunjukkan senyum devilnya. Dengan sengaja, pura-pura hendak terjatuh hingga minuman yang dia pegang tumpah mengenai kemeja dan buku yang dipegang Riana. Sebagai aktris, jelas dia sama sekali tak ada kesulitan untuk berakting.

“Sorry, sorry.” Bukan, bukan Angel yang mengatakan itu, melainkan Arga. Cowok itu merasa tak enak hati saat kekasihnya menumpahkan minuman dibaju Riana.

Arga melepas jaket, berniat memberikan pada Riana karena kasihan melihat cewek itu bajunya basah. Namun tangan Arga ditahan oleh Angel. “Gak usah, Yang.”

“Baju dia basah, Sayang.” Arga kembali mengulurkan jaketnya pada Riana, namun langsung direbut oleh Angel.

“Halah, cuma basah dikit doang,” gerutu Angel.

“Ya tapi tetep aja kasihan, dia bisa malu. Lagian anggap aja ini sebagai bentuk pertanggung jawaban kamu yang telah numpahin minuman.”

Arga mengambil jaket ditangan Angel lalu memberikan pada Riana.

“Makasih." Riana menerima jaket Arga sambil mengulum senyum, memakai jaket tersebut dengan ekor mata melirik Angel.

Terlihat jelas kekesalan diwajah Angel, namun dia tak bisa berbuat apa-apa demi menjaga imej di depan Arga. Membully Riana memang hobinya, tapi tentu saja, tak dilakukan secara terang-terangan.

Terpopuler

Comments

Ety Nadhif

Ety Nadhif

sampai novel ke 6 ini blm pernah di sapa authornya

2024-05-18

0

Ety Nadhif

Ety Nadhif

ini novel ke 6 yg aku baca thor

2024-05-18

0

Anonymous

Anonymous

keren

2024-02-08

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!