NovelToon NovelToon

Riana'S Revenge

Di bully

“Ih....seneng banget ya jadi Angel, bokapnya sayang banget. Pakai digendong kayak gitu.”

“Bikin iri gak sih?”

“Uh..pokoknya bokapnya Angela is the best deh, Papa idaman."

"Tahu gak, selain perhatian, dia juga selektif banget dengan cowok-cowok yang deket dengan Angel. Dia jagain betul pokoknya anak gadisnya.”

“Ya iyalah, dia kan putri satu-satunya.”

Riana meremas celana kulot yang dia pakai. Hatinya panas mendengar begitu banyak teman-temannya yang memuji sosok ayah dari Angel, aktris yang tengah naik daun.

Semua kehidupan Angel tak lepas dari sorot kamera media. Tak jarang pula, gadis itu membuat konten tentang keluarganya, seperti yang baru diunggah beberapa jam lalu, yang langsung bikin para penggemarnya heboh dan terus-terusan memuji.

Dalam konten terbarunya, Angel yang tampak kelelahan sehabis syuting film, digendong dipunggung oleh sang papa menuju mobil.

Tak hanya sekali ini, Angel kerap mengunggah story dimana papanya menemani saat syuting, menyuapi dirinya yang tengah sibuk menghafal naskah. Bahkan sampai memangku kepala Angel yang tengah tertidur lelap. Like a princess, mungkin seperti itulah yang terlihat dimata orang lain.

Mungkin bagi semua orang, papa Angel terlihat seperti sosok family man yang membuat iri hampir semua anak gadis, namun tidak dengan Riana, dia muak melihat itu semua.

“Lihat story Angel kemarin gak? Dia disuapin papanya saat sibuk membaca naskah. Ahh...jadi pengen deh. Ayah aku gak pernah kayak gitu," keluh Bianca.

“Itu cuma pencitraan," celetuk Riana yang langsung membuat teman-temannya menatap kearahnya. “Aslinya juga gak kayak gitu.” Akhirnya keluar juga kata-kata pedas yang dia tahan sedari tadi.

“Kamu itu kenapa sih, Ri? Kok kayaknya sewot kita ngomongin soal bokapnya Angel?” tanya Laras sambil tersenyum simpul. “Kenyataannya bokap Angel emang keren kok. Kita aja pada iri lihatnya, pengen juga bokap kita kayak gitu. Iya gak guys?" tanyanya sembari melihat kearah teman-temannya.

"Iya."

"Betul banget."

Hampir semua mengiyakan kalimat Laras. Ah... sekompak itu mereka kalau sudah urusan memuji Angel.

Riana tersenyum miring. “Gak selalu yang terlihat di kamera itu yang sesungguhnya.”

“Halah, bilang aja kalau kamu iri, Ri?" ledek Ima sambil tersenyum miring. "Tapi wajar sih, kamu kan gak punya bokap, gak pernah gitu ngerasain gimana rasanya disayang ayah." Kalimat Ima tersebut mengundang senyum beberapa temannya.

"Heh! Gak boleh gitu. Dosa menghina anak yatim," ujar Zara sambi melirik Riana.

"Yatim?" seru Tiara kencang.

Kalimat Tiara disambut dengan tawa menggelegar teman-teman di dalam kelas. Seolah yang barusan cewek itu katakan adalah kalimat paling lucu sedunia.

"Bukan yatim kali, tanpa lahir tanpa bapak tepatnya," Bianca memperjelas, tanpa memikirkan bagaimana perasaan Riana. Sudah menjadi rahasia umum jika Riana memanglah anak yang terlahir tanpa ayah. Bahkan dalam akta kelahiran, tertulis jika dia anak dari seorang Ibu. Aneh bukan, jika hal se pribadi ini bisa diketahui banyak orang? Tapi tak aneh lagi kalau sudah menyangkut soal Riana. Karena sudah pasti, ada biang kerok yang akan menyebar semua masalah pribadinya, terutama yang bisa membuat Riana malu.

Sejak kecil, Riana sudah menjadi objek bullyan teman-temannya. Dia pikir dengan bertambahnya usia, tak akan ada lagi bullian untuknya, nyatanya tetap saja. SD, SMP, SMA, hingga sekarang kuliah, semua masih sama, seperti kaset lama yang diputar kembali, lagi dan lagi. Dia mendapatkan bullian dari statusnya yang biasa disebut anak haram. Memang dimana letak kesalahannya? Siapapun tak bisa memilih orang tua saat dia dilahirkan.

Dengan menahan sesak didada, Riana mengambil ransel diatas meja lalu beranjak dari duduknya. Percuma juga dia di dalam kelas jika semua yang dikatakan teman-temannya hanya membuatnya sakit hati.

“Mau kemana? Marah gara-gara omongan aku?” Bianca bertanya tanpa menunjukkan raut bersalah. “Kamu sukanya ngomongin faktakan kalau lagi debat. Jadi jangan marah kalau aku juga ngomong fakta tentang kamu yang terlahir dari seorang ibu, TANPA AYAH.” Seakan yang tadi belum cukup, Bianca sengaja menekankan kata tanpa ayah untuk mengejek Riana, mempermalukan dia lebih tepatnya.

Tapi tak semua anak di kelas senang dengan perbuatan Bianca. Beberapa orang yang masih punya hati, menatap iba kearah Riana, dan itu membuat Riana tak suka. “Gak usah kasihan sama aku. Aku lebih kuat dari apa yang kalian bayangkan.”

Dulu dia marah, menangis, dan menyalahkan ibunya kenapa dia tak punya ayah seperti yang lain, tapi tidak untuk saat ini. Riana sudah bisa lebih tegar, apalagi sejak ibunya menceritakan kejadian masa lalu yang membuat Riana lahir tanpa ayah. Sejak itu, Riana tak lagi merindukan sosok ayah, melainkan tumbuh kebencian yang mengakar kuat pada sosok ayahnya.

Riana meninggalkan bangkunya, lebih baik menunggu dosen di luar saja dari pada berada di dalam jika hanya untuk dibulli. Namun sebelum kakinya keluar dari ruang kelas, dia menoleh lalu mengedarkan pandangan pada teman-temannya. “Jangan bandingin ayah kalian dengan ayah Angel, karena ayah kalian jauh lebih baik. Kasihan, ayah kalian akan sedih kalau tahu anaknya lebih mengidolakan ayah lain daripada ayahnya sendiri," dia mantap keluar setelah mengatakan itu.

Riana duduk disebuah bangku yang tak jauh dari kelasnya, menyandarkan punggung di dinding sambil memejamkan matanya. Rasanya dia ingin berteriak, kenapa takdir begitu kejam pada dia dan ibunya, namun meratapi takdir juga tak ada gunanya. Yang paling penting sekarang, dia harus menjadi orang yang sukses, agar bisa membahagiakan ibunya. Ya, hanya ibunya, karena dia memang ditakdirkan hidup tanpa ayah.

Tak mau larut dalam kesedihan, Riana mengambil sebuah buku dari dalam tas dan mulai membaca. Namun sayang, fikirannya tak bisa fokus karena teringat apa yang dibicarakan teman-temannya tadi. Begitu bagus seorang Bima Prasetya membangun imejnya dimata publik. Tak akan ada yang menduga jika pria sebaik itu pernah menalak istrinya yang sedang hamil dan mencampakkannya begitu saja. Kejam, satu kata yang paling tepat untuk pria itu.

Dewi, wanita itu ditalak saat hamil 5 bulan, dan anak yang dilahirkan Dewi adalah Riana. Ya, Bima Prasetya adalah ayah kandung Riana. Yang artinya, Riana dan Angel saudara seayah, meski tak ada seorangpun yang tahu selain keluarga mereka.

Beberapa tahun yang lalu, saat usia Riana 12 tahun, ibunya mengajak dia bertemu dengan Bima, ayah kandungnya. Hari itu untuk pertama kalinya, Riana melihat wajah ayahnya setelah bertahun-tahun memohon pada ibunya untuk dipertemukan dengan sang ayah. Namun alih-alih dipeluk dan diakui, Dewi dan Riana malah diusir oleh Bima dan keluarganya. Hari itu juga, pertama kali Riana bertemu dengan Angel.

Nahas, setelah pertemuan itu, takdir kembali mempertemukan mereka di sekolah yang sama. Kehidupan Riana makin berat karena setiap hari mendapatkan bullian dari Angel dan teman-temannya. Dia yang merupakan siswa miskin sama sekali tak punya power untuk melawan.

Karena tak bisa fokus, Riana menutup buku dan hendak memasukkan kembali kedalam tas. Namun terhenti saat melihat Angel berjalan kearahnya. Gadis itu tampak menggandeng mesra lengan Arga, sang kekasih. Mereka dinobatkan sebagai couple goals di kampus. Cantik, artis terkenal, punya jutaan fans, dan punya kekasih tampan. Sesempurna itu hidup Angel, kontras sekali dengan dia, yang harus hidup susah, dan mengalami bullying sejak kecil.

Saat hendak melewati Riana, Angel menunjukkan senyum devilnya. Dengan sengaja, pura-pura hendak terjatuh hingga minuman yang dia pegang tumpah mengenai kemeja dan buku yang dipegang Riana. Sebagai aktris, jelas dia sama sekali tak ada kesulitan untuk berakting.

“Sorry, sorry.” Bukan, bukan Angel yang mengatakan itu, melainkan Arga. Cowok itu merasa tak enak hati saat kekasihnya menumpahkan minuman dibaju Riana.

Arga melepas jaket, berniat memberikan pada Riana karena kasihan melihat cewek itu bajunya basah. Namun tangan Arga ditahan oleh Angel. “Gak usah, Yang.”

“Baju dia basah, Sayang.” Arga kembali mengulurkan jaketnya pada Riana, namun langsung direbut oleh Angel.

“Halah, cuma basah dikit doang,” gerutu Angel.

“Ya tapi tetep aja kasihan, dia bisa malu. Lagian anggap aja ini sebagai bentuk pertanggung jawaban kamu yang telah numpahin minuman.”

Arga mengambil jaket ditangan Angel lalu memberikan pada Riana.

“Makasih." Riana menerima jaket Arga sambil mengulum senyum, memakai jaket tersebut dengan ekor mata melirik Angel.

Terlihat jelas kekesalan diwajah Angel, namun dia tak bisa berbuat apa-apa demi menjaga imej di depan Arga. Membully Riana memang hobinya, tapi tentu saja, tak dilakukan secara terang-terangan.

Tak tahan lagi

Riana tak langsung pulang ke rumah, mampir ke laundry tempat ibunya bekerja.Ingin membantu seperti biasanya sekaligus mencuci jaket milik Arga sebelum dia kembalikan pada pemiliknya.

"Eh Dewi, jangan gatel kamu jadi perempuan. Jangan karena gak ada perjaka ataupun duda yang mau sama kamu, terus kamu merayu suami saya!" maki Jamila, tetangga jauh Dewi.

Kemarin suami Jamila datang untuk melaundry pakaian. Namun alih-alih segera pergi setelah urusannya selesai, dia malah mengajak Dewi mengobrol panjang lebar. Sebenarnya Dewi malas menanggapi, namun mau mengusir, juga segan karena dia adalah pelanggan tetap laundry tempat dia bekerja.

"Yakin Ibu saya yang menggoda suami Ibu, bukan kebalikannya, suami ibu yang menggoda ibu saya?” seru Riana dengan lantang. Setiap kali ibunya dihujat, dia yang akan selalu pasang badan.

“Heh kamu anak haram, gak usah ikut campur urusan orang tua,” sentak Bu Jamila.

“Tolong jangan sebut anak saya anak haram, Bu,” ujar Dewi. “Silakan katai saya apapun, tapi jangan sebut putri saya anak haram. Anak saya terlahir dari pernikahan yang sah secara agama.” Dua puluh tahun putrinya selalu dipanggil anak haram, dan itu sangat menyakitkan bagi Dewi.

“Mana buktinya?" cibir Bu Jamila. Berkacak pinggang sambil menyeringai, yakin jika Dewi tak bisa menunjukkan bukti. “Dari dulu koar-koar kayak gitu, tapi gak pernah bisa ngasih bukti.

Halah, bosen dah ngebahas soal anak haram kamu. Sekarang yang penting, jauhi suami saya!"

“Tidak perlu Ibu suruh, Ibu saya juga akan menjauhinya,” Riana yang menyahuti.

“Bagus kalau tahu diri,” Bu Jamila langsung pergi begitu saja tanpa pamit apalagi salam.

Dewi membuang nafas kasar sembari mengelus dada selepas kepergian Bu Jamilah. Dia mengajak Riana masuk kedalam ruangan laundry agar beberapa orang yang menonton sejak tadi segera bubar dengan sendirinya. Melanjutkan pekerjaan sementara Riana duduk di sebuah kursi plastik, menegak air dari dalam botol minum yang ada di dalam tasnya.

“Mau sampai kapan Ibu dihina-hina gini terus?” Riana meletakkan botol minumnya di atas meja dengan sedikit kasar. Sisa emosi tadi belum sepenuhnya hilang. “Ini sudah kesekian kalinya Ibu dilabrak, masa iya mau gini terus.” Entah terbuat dari apa hati ibunya, Riana sampai heran. Wanita itu terlalu sabar menurutnya.

“Ibu juga gak mau kayak gini, Ri.” Dewi menghela nafas berat, mengeluarkan pakaian dari dalam mesin cuci dan meletakkan kedalam keranjang besar.

“Ya kalau gak mau, Ibu terima dong lamaran Mas Juned.”

“Astaghfirullah Ri,” Dewi menepuk dada sambil geleng-geleng. “Kamu tahu sendiri jika Bu Farida tak merestui hubungan Ibu dengan Mas Juned, jadi berhenti membicarakan tentang ini."

Riana menggigit bibir bawah agar air matanya tidak menyeruak keluar. Ini semua gara-gara dia, gara-gara melahirkannya. Sampai usia 42 tahun ibunya tak bisa menikah karena selalu terhalang restu orang tua. Ibunya dianggap bukan wanita baik-baik karena punya anak diluar pernikahan. Tanpa semua orang tahu, ibunya sebenarnya sudah menikah, meski hanya secara siri.

Bima Prasetya, pria itulah yang telah menikahi ibunya lalu mencampakkannya begitu saja. Dulu Dewi bekerja di rumah Bima sebagai asisten rumah tangga. Saat itu Bima sudah menikah dengan Soraya selama 4tahun, namun mereka tak kunjung mendapatkan momongan. Orang tua Bima menyuruh Bima menikah lagi jika sampai 5 tahun Soraya tak kunjung hamil. Tak mau dirinya dipoligami atau yang lebih parah didepak dari keluarga suaminya, Soraya meminta Bima diam-diam menikahi Dewi. Membuat Dewi hamil lalu mengakui anaknya sebagai anak Soraya dan Bima.

Dewi tentu menolak rencana gila majikannya. Dia tak mau mempermainkan pernikahan, dan dia juga tak akan bisa memberikan darah dagingnya pada Bima dan Soraya. Tapi tiba-tiba saja, ayah Dewi mengalami kecelakaan, entah itu ulah Soraya atau bukan, Dewi tak ada bukti. Ayah Dewi tertabrak motor dan harus dioperasi, karena butuh biaya besar, terpaksa Dewi menerima tawaran menikah siri dari majikannya. Dua bulan setelah menikah, Dewi langsung hamil, namun sesuatu yang tak terduga tiba-tiba terjadi, saat kandungannya berusia 5 bulan, Soraya hamil. Dan wanita itu langsung menyuruh Bima menceraikan dan mengusir Dewi dari rumah mereka.

.......

Byurrr

Riana yang baru keluar dari dalam bilik toilet kaget saat tubuhnya tiba-tiba disiram dengan air seember oleh mahasiswi yang tak dia kenal.

Gelak tawa seketika menggema di seluruh toilet. Ada 4 orang cewek yang mengelilinginya, tertawa puas seolah baru saja berhasil melakukan sebuah misi.

"Lo udah mirip tikus got," kata salah satu dari mereka yang langsung disambut tawa oleh lainnya.

Riana berdecak pelan, entah air apa yang mereka gunakan untuk menyiramnya barusan, yang pasti, sangat bau. Beruntung ponsel dan bukunya ada di dalam tas ransel dengan bahan anti air yang saat ini bertengger di punggung. Kemungkinan besar, barangnya tak ada yang basah.

"Udah guys, yuk cabut! Gak betah gue baunya," ujar salah satu cewek sambil menutup hidung. Gelak tawa mengiringi kepergian mereka, meninggalkan Riana sendirian di salah satu toilet kampus dengan kondisi mengenaskan.

"Bau apa nih? Bau apa?" ucap orang yang baru masuk. Dia menatap Riana dari atas kebawah lalu menutup hidungnya. "Habis mandi air toilet lo? Bau banget," cibir nya. Tak tahan dengan bau air comberan yang ada ditubuh Riana, beberapa orang yang baru masuk itu kembali keluar.

Riana tersenyum getir, kenapa harus sesial ini nasibnya. Sejak kecil mengalami bullying hanya karena lahir tanpa ayah, dan setelah besar, bukannya bebas, namun malah semakin mengenaskan. Dia yakin ini semua ulah Angel, saudara tirinya itu sepertinya terganggu atas kehadirannya. Kenapa juga dia harus satu kampus dengan gadis itu setelah sebelumnya satu SMA juga. Membalas juga makin parah, karena yang ada, justru dia makin dibully habis-habisan oleh teman-teman Angel. Ibarat kata, 1 lawan 10, melawan seperti apapun, dia tetap kalah.

Riana kembali masuk ke dalam bilik toilet, mengguyur tubuh untuk menghilangkan bau yang melekat pada tubuhnya. Beruntung ada jaket milik Arga di dalam tasnya yang tak ikut basah, bisa dia pakai sementara untuk menutupi pakaian basahnya.

Berjalan sambil menunduk ke pintu keluar kampus, mengabaikan tatapan orang yang bisa dipastikan, sedang menertawakan dan mengolok saat ini.

Bugh

Riana terjatuh saat seseorang menabrak kuat bahunya. Kedua telapak tangannya mengepal kuat melihat siapa yang melakukan itu.

Angel tersenyum devil ke arahnya, raut wajahnya menunjukkan kepuasan setelah berhasil membuat saudara tirinya itu seperti tikus got.

Riana tersenyum lalu bangkit. Kesabaran seseorang juga ada batasnya, begitupun dengannya. Dia mendekati Angel lalu berbisik, "Aku akan membalas semuanya."

Angel tertawa mendengar ancaman Riana yang dia anggap hanya omong kosong. Siapa gadis itu sampai berani mau membalasnya? Sedikitpun, tak ada ketakutan diwajahnya.

"Jangan mimpi! Lo tak lebih hanya seperti seekor lalat penganggu yang sangat mudah gue singkirkan. Sekali tepuk, lo HABIS," tekannya. "Pergi sana!" mendorong Riana kasar sampai hampir terjatuh. "Tempat lo di tempat sampah, bukan disini," dia tersenyum jumawa lalu pergi.

...........

"Perkenalkan, saya Riana, Riana Prasetya," sengaja dia tekankan saat menyebut Prasetya agar orang fokus kesana. "Anak terbuang dari Bima Prasetya, pemilik Praz Grup, ayah dari Angela Prasetya. Kalian akan menganggap saya omong kosong karena tak ada bukti, tapi saya siap melakukan tes DNA."

Riana tersenyum melihat hasil rekamannya barusan. Di dalam kamarnya, menggunakan ponsel dan tripod, merekam dirinya sendiri meski kualitas video itu tak terlalu bagus. Namun dia yakin, dampak yang akan ditimbulkan dari video itu sangatlah luar biasa, viral. Dia harus bersiap-siap menjadi viral. Saat ini, apapun yang menyangkut Angela, artis yang sedang naik daun itu, pasti akan cepat booming. Dia hanya tinggal mengupload, dan besok, ungguhannya akan langsung viral.

VIRAL

Brak Brak brak

"Ri, Riana, buka pintunya, Nak."

Tidur Riana terganggu karena suara panggilan ibunya. Tak lagi lembut seperti biasa saat membangunkan, ini lebih kepada meneriaki. Ditambah lagi suara kegoran di pintu seperti orang mau nagih hutang.

"Riana, bangun!"

Riana berdecak pelan, tak sabaran sekali ibunya pagi ini. Padahal menurut dia, ibunya itu termasuk wanita tersabar di dunia.

Riana menyahut pelan, tapi sepertinya tidak terdengar, terbukti dari ibunya yang belum berhenti juga berteriak. Dia turun dari ranjang, berjalan menuju pintu lalu memutar knopnya.

"Apa yang sudah kamu lakukan?" bentak ibunya.

Disaat nyawa belum terkumpul, Riana sontak saja terjingkat mendapatkan bentakan seperti itu.

"Lihat ini!" Dewi menunjukkan video yang pagi ini dijadikan status wa oleh tetangganya. Entah apa maksudnya, sampai tetangganya itu niat sekali menjadi video Riana menjadi status wa nya.

Mata Riana membulat sempurna dengan mulut terbuka lebar. Buru-buru dia berlari mengambil ponsel yang ada di atas meja belajar. Wow, sempurna. Baru semalam di upload, serta dia kirim ke salah satu aku gosip, pagi ini postingannya sudah viral. Banyak orang yang sudah membagikan. Postingannya dibanjiri ribuan komentar. Dia memang sengaja tak mengunci akun agar semua bisa komen dan followersnya langsung naik.

"Apa yang sudah kamu lakukan, Ri?" Disaat Riana masih terpesona dengan followers yang naik pesat, bahunya ditarik kasar sang ibu hingga menghadap ke belakang. Wajah ibunya terlihat tegang. "Apa yang ada diotak kamu sampai buat video kayak gini?" sentak Dewi dengan tubuh bergetar dan mata berkaca-kaca.

"Memangnya ada yang salah, Bu? Ri hanya ingin semua orang tahu, jika Ri bukan anak haram. Aku punya ayah, Bu, dan ibu itu bukan wanita murahan. Bajingan itu harus klarifikasi."

Plakk

Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Riana.

"Kenapa Ibu tampar aku?" Riana memegang pipinya yang terasa panas, air matanya meleleh.

Lutut Dewi terasa lemas, tubuhnya ambruk di atas lantai, tangisnya pecah. Dia takut, takut sekali. Sudah cukup dulu dia kehilangan Ayah karena berurusan dengan keluarga Bima. Kali ini, semoga sesuatu yang buruk tidak menimpa Riananya, satu-satunya keluarga yang dia miliki, belahan jiwanya.

Riana menggigit bibir bawahnya. Bingung kenapa ibunya bereaksi seperti ini. Bukankah harusnya ibunya mendukung?

"Harusnya kamu nggak melakukan ini, Ri," lirih Dewi disela-sela isakannya.

...----------------...

.......

Siang hari, rumah Riana mulai ramai didatangi wartawan. Dewi ingin mengusir mereka, tapi Riana tak mengizinkan. Ini yang dia harapkan, muncul secara langsung di media. Menunjukkan pada semua orang berapa busuk Bima Prasetya yang sering mereka agung-agungkan.

"Klarifikasinya dong, Mbak Riana."

"Apa benar, Mbak Riana ini anaknya Pak Bima?"

"Apa buktinya, Mbak?"

Dan masih banyak lagi pertanyaan yang dilontarkan wartawan pada Riana. Seumur hidup, tak pernah Riana membayangkan akan ada diposisi ini, menjadi orang yang paling dicari dan dikerumuni wartawan.

"Apa yang saya katakan divideo itu, benar adanya," ujar Riana lantang.

"Ada bukti gak, Mbak? Foto pernikahan, atau mungkin surat-surat lainnya?"

Riana menggeleng, "Saya tidak punya bukti, tapi saya siap melakukan tes DNA."

Bima mematikan televisi lalu menendang meja di sebelahnya. Rahangnya mengeras dan nafasnya terlihat memburu, pun demikian dengan Angel dan Soraya yang juga ikut menonton infotainment yang isinya di mana-mana Riana. Ketiganya sama-sama terlihat emosi. Riana, Riana dan Riana, selalu dia yang ada setiap media, bahkan sekarang, mulai banyak yang menyamakan wajah antara Angela dan Riana.

Suara riuh rendah terdengar di depan rumah mereka. Siapa lagi kalau bukan wartawan yang ingin mendapat klarifikasi.

Angel sampai menonaktifkan kolom komentar instagram-nya. Pagi tadi saja, sebelum di non aktifkan, sudah ada ribuan komentar. Kalau saja aktif sampai sekarang, entah sudah ada berapa komentar di postingan terakhirnya.

Setelah dua hari berita itu viral, belum ada klarifikasi apapun dari Angela maupun Bima. Mereka memilih bungkam karena jika melakukan tes DNA, sudah pasti akan ketahuan jika Riana adalah anak kandung Bima.

[ Riana diundang di podcast nya Tama ]

Angela memekik kencang sambil melempar bantal yang ada di sebelahnya setelah membaca pesan dari asisten pribadinya.

[ Lo harus segera speak up, Ngel. Kalau enggak, publik bakalan ngira lo sama bokap lo takut. Secara tidak langsung, Riana menang.]

Angela membuka podcast yang dimaksud Nugros. Telapak tangannya terus mengepal melihat Riana dengan percaya diri tinggi bicara disana.

"Emang gimana kejadiannya, kok sampai lo gak diakui anak?" tanya Tama pada Riana yang duduk di depannya.

"Ibu aku hanya dinikahi siri, kayak sinetron, Mas. Setelah melahirkan, mau diambil anaknya," Riana tersebut kecut.

"Hah, berarti itu elo dong?"

"Yap begitulah, tapi kayaknya takdir gak berpihak pada aku. Aku gak ditakdirkan untuk jadi anak mereka. Istri Bima hamil pas ibuku hamil 5 bulan."

"Bisa pas gitu ya?" Tama geleng-geleng.

"Mungkin ini kayak yang biasa orang omongin, pancingan. Pernah denger gak? Katanya kalau kita gak punya anak, terus ngasuh anak orang lain, insyaAllah bisa segera hamil."

"Mitos tuh, mitos. Gak percaya gue."

Riana hanya tersenyum. Mungkin itu memang mitos, tapi yang terjadi pada ibunya adalah kenyataan. Seperti keajaiban, istri Bima yang 5 tahun susah hamil, mendadak ikut hamil saat Dewi hamil.

Cerita berlanjut, secara detail Riana menceritakan semuanya. Sampai ibunya dijatuhi talak dan diusir. Juga saat dia yang berumur 12 tahun diajak bertandang ke rumah Bima. Dia dan ibunya malah diusir.

Dan diakhiri podcast, Tama menawarkan diri sebagai pihak penengah, pihak netral yang mau membantu terlaksananya tes DNA jika memang, Bima bersedia.

Angel berteriak keras sambil melemparkan barang-barang yang ada di kasur. Ini tidak boleh dibiarkan. Segera dia mendatangi sang ayah untuk mengambil tindakan secepat mungkin.

.........

Hari ini, Angela dan Bima mengadakan jumpa pers. Dengan wajah santai penuh wibawa, Bima menyapa para awak media. Sama halnya dengan Angel, sebagai seorang aktris, mudah baginya untuk akting baik-baik saja meski gugup setengah mati.

"Gimana Pak Bima, apa benar Riana itu anak, Bapak?"

"Kalau dilihat-lihat, wajahnya dan Angela cukup mirip."

Bima menyunggingkan senyum mendengar pertanyaan wartawan.

"Mirip belum tentu saudara. Masih ingat gak, ada acara yang munculi orang-orang yang mirip artis. Lah, seperti itu kasusnya, hanya karena wajahnya mirip Angel, gadis itu ngaku-ngaku anak saya."

"Tapi dia siap loh, di tes DNA," ujar seorang wartawan.

"Saya juga siap. Dia bukan anak saya, buat apa saya takut." Akting Bima sangat meyakinkan, membuat orang-orang yang hadir mulai bisik-bisik, meragukan kebenaran ucapan Riana.

Bertepatan dengan Bima dan Angela melakukan jumpa pers, Riana diundang ke salah satu stasiun TV. Sebenarnya tak hanya Riana, melainkan bersama Dewi, namun Dewi menolak. Sejak kasus ini mencuat, dia sama sekali tak menampakkan wajahnya.

"Awas, Pak!" pekik Riana saat melihat sebuah kontainer hijau melaju kencang kearah mereka.

BRAKKK

Terdengar dentuman yang sangat keras saat kontainer tersebut menabrak taksi yang ditumpangi Riana. Padahal sedikit lagi mereka sampai di stasiun televisi, namun naas, takdir berkata lain, Riana bersama sang supir taksi dilarikan ke rumah sakit.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!