Bantuan (3)

Serena terkejut mengetahui siapa sosok yang datang bersama gerombolan orang-orang itu.

Simpe dengan bayangannya dan Revalt langsung menempelkan punggung mereka satu sama lain. Mereka bertiga mengawasi sambil mengacungkan senjata mereka ke arah orang-orang yang turun dari lima mobil Jeep dan tiga sepeda motor.

Jumlah mereka ada dua belas orang: delapan pria dan empat wanita.

"Maaf, Tarf. Ada masalah di perbatasan kota tadi," jawab seorang pria bertubuh tegap dengan rambut rapi.

Seorang pria tua berambut putih botak berjalan ke depan. Di sebelah kirinya, ada seorang pria tegap lainnya dengan pakaian yang berbeda.

Tarf menundukkan sedikit badannya saat pria tua tersebut menepuk pundaknya beberapa kali.

"Kalian tadi," ucap pria tua itu sambil menatap ke arah Serena, Simpe, dan Revalt. "Aku kira, kalian cuma petualang biasa."

Tarf memberikan sebuah batu berwarna putih kepada Pak Camvin. Batu itu berbentuk pipih dengan gambar cangkang kecong yang terukir di permukaannya.

"Ini, Pak. Batu portal untuk menuju kota monsternya," kata Tarf sambil menyerahkan batu tersebut.

Pak Camvin mengambil batu portal itu dari tangan Tarf dan menatapnya dengan cermat. Cahaya lembut memancar dari batu tersebut, memperlihatkan detail ukiran yang rumit.

"Kota monster yang ada patung dewa permohonannya itu, kah?" tanya Pak Camvin, masih memandang batu tersebut.

Tarf mengangguk. "Iya, Pak. Nama kota mereka adalah Kota Hiddenama. Silakan tanya ke Vanfa. Dia yang tahu cara memakainya, Pak."

Pak Camvin menatap ke arah Vanfa dengan pandangan yang penuh arti. Vanfa yang memahami maksudnya segera berjalan ke arahnya, menghilangkan tongkat sihir dan pedangnya dengan satu gerakan tangan.

"Maaf, Pak," ucap Vanfa sambil mengambil batu portal dari tangan beliau. "Cara penggunaannya adalah dengan diinjak di tanah."

Pak Camvin mengangguk, lalu berbalik melihat ke arah empat wanita yang berdiri bersama di dekatnya. "Catat informasi yang diberikan oleh Vanfa nanti. Mungkin kota monster lainnya menggunakan cara yang sama seperti ini."

Ketika Vanfa sudah meletakkan batu portal di tanah dan bersiap memijaknya, Pak Camvin menahan pundaknya. Beliau menggelengkan kepala agar Vanfa tidak melanjutkan tindakannya.

"Belum saatnya, Vanfa. Kita harus memastikan semuanya siap sebelum kita membuka portal ini," kata Pak Camvin dengan nada tenang namun tegas. "Pastikan seluruh tim siap dan perlengkapan kita lengkap. Kita tidak tahu apa yang menunggu di sana."

Vanfa mengangguk, memahami kehati-hatian yang diperlukan. "Baik, Pak. Saya mengerti."

Pak Camvin lalu menoleh, pertama ke arah Serena, lalu kedua ke arah Revalt dan Simpe. Tatapan beliau hanya menyipit sebelum berjalan pergi.

"Tangkap saja ras yang monster. Yang ras manusianya bunuh saja," ujar beliau dengan dingin.

Beberapa pria langsung mengepung Simpe dan Revalt, meregangkan kedua tangan mereka sambil membunyikan persendian jemari mereka.

"Maaf, Nak. Lebih baik kalian menyerah daripada sakit nanti," ujar pria bertubuh tinggi.

Simpe dan Revalt mengenalinya. Saat mereka diteleportasi di Motel, pria bertubuh tegap dengan badan kekar ini adalah pengawal Pak Camvin.

Salah satu bayangan Simpe menyeringai. "Nak? Aku lebih tua daripada dirimu, Manusia!"

Bayangan Simpe itu langsung menerjang maju. Dua trisula di kedua tangannya mengeluarkan cahaya yang membuat kedua trisulanya menjadi pedang.

Namun, saat Simpe akan menebas pria itu, dia langsung mengeluarkan dua buah pisau yang diikat di pahanya. Pisau itu juga menyala berwarna kuning, sama seperti senjata yang Simpe pegang.

Pria berbadan tegap berambut tipis itu langsung menahan serangan Simpe. Bunyi getaran terus-menerus dari senjata mereka bergema nyaring, selama mereka masih saling menahan serangan.

"Tidak mungkin. Bagaimana bisa, kau mengunakan Teknik Pemadatan Tenaga Dasar juga?" tanya Simpe terkejut.

Pria itu hanya tersenyum saja. Dia langsung melompat ke belakang setelah menahan serangan Simpe.

Enam orang pria yang sudah siaga di belakangnya langsung mengeluarkan senjata pistol mereka masing-masing.

Mereka langsung menembaki bayangan Simpe tersebut bertubi-tubi. Suara dentuman peluru terdengar silih-berganti. Bayangan Simpe sampai bermandikan darah lalu tergeletak di tanah dan menghilang.

"Gawat. Peluru mereka Manaterium ternyata. Bayanganku langsung mati terkena serbuan peluru itu," ujar sosok Simpe yang asli.

Keringat dingin langsung membanjiri pelipisnya. Revalt juga demikian. Dia kebingungan, hanya bisa melihat ke sekitar, memandangi situasinya yang tidak menguntungkan.

Pak Camvin sudah masuk ke dalam mobil. Beliau duduk di kursi depan mobil sambil menonton anak buahnya berusaha untuk mengalahkan para petualang monster itu.

Namun, Pak Camvin merasa ada yang aneh.

Saat dia sedang mengamati batu portal yang Tarf berikan kepadanya, angin hangat terasa berhembus di belakang lehernya.

Pak Camvin yang merasa tidak enak, langsung membalik badan dan ingin menutup kaca jendela mobil. Dia mengira, jika itu karena angin hangat itu masuk dari jendela mobil yang tidak dirinya tutup.

"Hai Camvin. Maaf. Aku ambil lagi batu portalnya," ucap sebuah suara.

Tiba-tiba muncul wajah seseorang saat Pak Camvin menoleh.

Orang itu hanya kepala dan kedua tangannya saja yang menjulur masuk ke dalam mobil Jeep. Tangannya sedang menggenggam batu portal yang Pak Camvin pegang.

Penampilannya seorang pria paruh baya. Matanya berwarna abu-abu. Namun, bagian leher dan kedua tangannya bisa memanjang sampai memasuki cendela mobil yang tidak ditutup dan mengambil batu portal itu.

"Tidak akan aku biarkan kau mengambilnya, Snade!" teriak Pak Camvin kepadanya.

Semua orang langsung menoleh ke arah mobil Jeep yang sedang ditumpangi Pak Camvin, akibat suara teriakan beliau barusan.

Serena yang sedang terbaring di lantai kemah, memalingkan pandangannya untuk melihat sosok monster tersebut. Luka di pundaknya mulai sembuh dan darahnya tidak mengalir lagi.

"Itu... Pak Guru Snade," ujar Serena yang mengetahui siapa identitas monster berleher panjang itu.

"Gran!" teriak pria berambut rapi tersebut kepada temannya yang berambut tipis, "Ada monster di sebelah Pak Camvin!"

Gran, pria berambut tipis yang menjadi pengawal Pak Camvin, juga melihatnya.

"Kalian semua! Lindungi beliau sekarang!" teriak Gran kepada semua orang.

Setelah mendengar perkataan itu, Phar, Emily, dan Dwan langsung berlari secepat mungkin ke arah Pak Camvin. Mereka bertiga berusaha sekuat tenaga untuk menolong beliau.

Snade tersenyum licik kepada Pak Camvin. "Coba hentikan, jika kau bisa."

Pak Camvin langsung mengarahkan telapak tangannya ke arah wajah Snade. Telapak tangannya mengeluarkan cahaya bulat berwarna abu-abu.

Namun, sebelum Pak Camvin bisa menembakkan kekuatan sihirnya, seseorang bertubuh pendek dan berjubah muncul dari balik semak-semak yang berada tidak jauh dari monster berleher panjang itu.

Dia langsung mengarahkan senapannya ke arah Pak Camvin dan menekan pelatuknya. Sebuah suara tembakan terdengar.

Emily, Dwan, Phar, dan anak buah Pak Camvin lainnya langsung berhenti. Mereka tersentak sambil menutupi mata mereka, saat mobil Jeep yang ditumpangi Pak Camvin tiba-tiba meledak dengan mengeluarkan kobaran api yang dahsyat.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Gran, melihat semua hal yang terjadi ini.

Revalt menjawab dengan senyum dipaksakan, "Sama seperti kalian. Kami sekarang yang mendapatkan bantuan, kurasa."

Tidak sampai di situ, suara benda jatuh dari atas mereka terdengar. Suara ranting-ranting dan dedaunan pohon rusak menyauti silih berganti.

Phar langsung berteriak memperingatkan, "Awas! Ada sesuatu yang datang!"

Emily dan Dwan langsung menghentikan langkah mereka dan melihat ke atas. Batu-batu berbentuk lancip melesat dari atas menghujani mereka.

Phar langsung berdiri di depan Dwan dan Emily, mengeluarkan zirah ksatrianya lalu mengangkat perisainya ke atas.

Perisai Phar langsung mengeluarkan sebuah gelombang yang menahan batu-batu itu menghantam mereka.

Para anak buah Pak Camvin juga sama. Mereka langsung mengeluarkan sihir pertahanan mereka untuk menahan serangan tersebut.

Namun anehnya, hujan batu-batu itu tidak mengenai Revalt dan Simpe, padahal mereka berdekatan dengan lokasi anak buah Pak Camvin yang dihujani batu-batu itu.

Saat hujan bebatuan berhenti, serpihan batu yang tercecer di tanah mengeluarkan asap.

Simpe yang mencium baunya langsung menyeret tangan Revalt, "Revalt, kita harus menghindar dari serpihan batu itu!"

Wayez yang juga menyadarinya langsung berteriak, "Awas! Batu-batunya akan meledak!"

Lalu serpihan batu itu meledak. Pepohonan hancur dan pasir berhamburan ke mana-mana. Serena hanya bisa menutup mata melihat ledakan secepat itu.

Tempat di sekitar mereka yang semula ditumbuhi pepohonan kini menjadi lapang berpasir hitam, semua pepohonan di sekitar mereka tumbang akibat ledakan dahsyat tersebut.

Beruntung, ledakan itu tidak menghancurkan seluruh hutan, hanya sekeliling mereka saja yang terkena dampaknya.

Kendaraan milik para petualang manusia selamat dari ledakan. Mobil Jeep dan sepeda motor tetap utuh, hanya kotor oleh tanah yang berterbangan. Jarak yang aman dari zona ledakan membuat kendaraan itu tidak hangus terbakar.

"Mari bangun, Serena. Kau tidak apa-apa, bukan?" kata suara seseorang.

Serena yang sedang menutup matanya dari cahaya ledakan dan cipratan pasir berterbangan, membuka matanya saat mendengar ada yang memanggil namanya.

"Pak Guru Snade?" ucap Serena terkejut saat membuka matanya.

Pak Guru Snade, yang tadi mengambil batu portal dari tangan Pak Camvin, berdiri di hadapannya.

Dia memakai kaos berwarna abu-abu dan celana panjang hitam. Rambutnya yang berwarna abu-abu sama seperti warna kaosnya, menambah aura misterius pada dirinya.

"Ayo, kita kembali ke kota Hiddenama sekarang, Serena," ujar Pak Guru Snade sambil mengulurkan tangannya membantu Serena bangkit. "Tugas apa yang diberikan kepadamu? Apakah sudah kau selesaikan?"

Serena yang sudah berdiri langsung bertanya soal hal lain tanpa menjawab lebih dulu pertanyaan Pak Snade. "Pak Guru Snade, temanku yang lainnya, tolong bantu mereka!"

Pak Guru Snade langsung menggendong Violina dengan posisi terlentang. "Temanmu yang ini, atau dua pria itu?" Lalu Pak Guru Snade melirik ke arah samping tenda.

Revalt dan Simpe berhasil menghindari ledakan tersebut. Mereka berdua sedang tiarap di tanah. Namun, saat mereka mendongakkan pandangan mereka, seorang pria bertudung mengarahkan senapannya ke arah mereka.

"Jangan bergerak. Anak muda. Kau monster dari Serikat Guild mana?" tanya pria pendek bertudung itu.

Serena langsung berteriak kepada pria bertudung itu, "Kakek Jankins! Jangan sakiti mereka. Mereka membawa surat untuk Nona Ra."

Simpe langsung menimpali omongan Serena, "Benar, Tuan. Kami diperintah oleh Pak Agran untuk mengantarkan sebuah surat untuk Nona Ra."

Kakek Jankins membuka tudung jubahnya, "Pak Agran, ya. Pasti kalian dari Serikat Guild Chira."

Penampilan kakek Jankins seperti kakek-kakek pada umumnya, dengan kumis putih yang memanjang ke samping dan janggut putih panjang yang menjuntai ke bawah.

Simpe merogoh sakunya dan mengeluarkan surat yang dimaksud. Kakek Jankins mendekat untuk mengambil surat itu.

Namun, saat kakek Jankins akan mengambil surat tersebut, Pak Snade memperingatkan mereka semua, "Jankins, kita harus pergi dari sini secepatnya. Lawan kita adalah Camvin. Kita akan kesusahan jika bertarung melawannya di zona kelabu yang dia buat."

Saat kepulan asap mereda, semua anak buah Pak Camvin tampak baik-baik saja. Pak Camvin sendiri berdiri di antara anak buahnya yang sedang tiarap di tanah.

Seluruh anak buah Pak Camvin diselimuti oleh asap transparan berwarna kelabu.

Seorang pria monster yang mengenakan baju serba hitam turun dari atas mereka.

Kedua tangannya berupa sayap hitam yang mengkilat, sementara kedua kakinya seperti burung elang dengan cakar yang tajam. Rambutnya hitam disisir ke belakang, dan matanya berwarna ungu.

Namun, saat kakinya menyentuh tanah, sayap-sayapnya dan kaki burungnya berubah menjadi tangan dan kaki manusia.

"Pak Snade, Pak Jankins. Jadi apa yang harus kita lakukan sekarang? Melawan mereka?" tanya pria itu.

Pak Snade menggelengkan kepala, "Tidak, Hars. Tugas kita ke sini hanya untuk mengamankan lokasi NPC pedagang dan menyelamatkan orang lain." Pak Snade kemudian menoleh ke arah Serena dan Violina.

Pak Camvin berteriak, "Kurang ajar kau, Snade! Dari dulu kau dan teman-temanmu selalu mencampuri urusanku!"

Pak Jankins menjawab, "Kau yang selalu mengganggu kami, Camvin, dengan teman-teman manusiamu itu."

Pak Camvin menghentakkan kakinya di tanah. Tubuhnya mengeluarkan sebuah kabut berwarna kelabu yang menutupi sekitar daerah itu.

Pak Snade menyela, "Percuma, Camvin. Sihir zonamu tidak akan bisa mengurung kami."

Saat Pak Snade sedang menggendong Violina, seorang wanita muncul di sampingnya. Wujudnya tidak ada campuran monster sama sekali di tubuhnya. Rambutnya panjang berwarna coklat dengan gaun hijau putih yang hampir mirip dengan gaun yang Serena pakai.

"Asra, kau obati Violina lalu bawa dia ke rumah sakit saat kita telah berada di Kota Hiddenama. Ajak Serena juga," perintah Pak Snade.

Pak Snade langsung meletakkan batu portal di tanah dan menginjaknya. Sebuah lingkaran sihir muncul di tanah, berwarna biru dengan cahaya terang.

Pak Jankins menambahkan, "Masuk ke lingkaran portalnya, bodoh. Kalau kalian tidak mau tertinggal," sambil menatap ke arah Revalt dan Simpe.

Pak Camvin yang mendengarnya langsung berkata, "Tidak akan aku biarkan. Kalian semua, serang mereka! Sihir teleportasi itu bisa hancur jika terkena ledakan hebat."

Kabut yang berada di langit bergerak. Kabut-kabut itu mengeluarkan cahaya dari berbagai sisinya.

Semua anak buah Pak Camvin segera melancarkan serangan. Mereka menembakkan senapan mereka, sementara yang lain mengeluarkan sihirnya.

Cahaya dari kabut milik sihir zona Pak Camvin langsung menembak juga ke arah Serena dan yang lainnya.

Namun, mereka semua sudah menghilang sebelum sihir dari Pak Camvin dan anak buahnya menyentuh mereka.

Ledakan dari serangan itu begitu dahsyat hingga membuat sebuah kawah kecil di tempat Serena dan yang lainnya berteleportasi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!