Austin tak bisa tidur sama sekali. Dia dibayangi oleh permohonan Alicia serta tangisan. Hampir setiap malam dia melihat itu yang membuat tidurnya tidak pernah nyenyak lagi.
Selama enam tahun, dia hidup dengan perasaan bersalah dan tak pernah sekalipun dia berhenti mencari Alicia tapi sampai sekarang keberadaannya tak dia temukan.
Entah kapan, dia sangat berharap dapat segera menemukan keberadaan Alicia agar dia dapat memperbaiki semuanya tapi yang kembali justru Merry, mantan kekasihnya juga biang kerok yang telah membuat semua kekacauan yang terjadi dan sekarang, beraninya mantan pacarnya itu mencari dirinya?
Semua berawal dari Merry yang tiba-tiba saja melarikan diri dengan Aiden. Dia tidak tahu pasti alasannya, yang dia tahu mereka berdua adalah pengkhianat yang telah menusuknya dari belakang.
Merry telah menunggunya, di rumah yang pernah mereka tempati dulu dan lihatlah, wanita itu sungguh tidak tahu malu.
Sepertinya Merry sudah kehilangan akal sehat dan hari ini, dia harus tahu kenapa dia mengkhianati dirinya dan yang paling penting adalah, dia harus tahu di mana Aiden berada.
“Wah… wah, coba lihat siapa yang begitu berani kembali ke rumah ini dan bertingkah seolah-olah ini rumahnya?!” begitu mendengar suara Austin yang mencibir dirinya, Merry bukannya tersinggung tapi dia terlihat sangat senang karena dia sudah menunggu Austin sedari tadi.
“Austin!” Merry beranjak lalu berlari ke arah Austin. Dengan tak tahu malunya, Merry ingin memeluk Austin namun Austin segera menghindar karena dia tidak sudi disentuh oleh wanita yang telah mengkhianati dirinya.
“Jangan pernah menyentuhku, Merry. Kau tak berhak melakukannya. Kau sungguh tidak tahu malu dan begitu berani kembali ke rumahku. Apa urat malumu sudah putus setelah kau hidup bersama dengan Aiden?” Austin berusaha menahan amarah padahal dia sangat ingin mengantung Merry lalu menginterogasinya.
“Semua bukan salahku, Austin. Semua yang terjadi adalah salah Aiden.”
“Jangan melempar kesalahan pada siapa pun karena kau juga bersalah sebab kau mengkhianati aku dan pergi dengannya. Tidak perlu membela dirimu karena aku sudah tahu alasanmu pergi bersama dengan Aiden!”
“Jangan percaya dengan kabar yang kau dengar, Austin. Aku tidak pernah berniat ingin mengkhianati dirimu tapi Aiden yang mengkhianati dirimu!”
"Jangan membual, Merry!" teriak Austin marah. "Kalian berdua yang mengkhianati aku dan kau, kau pergi dengannya tanpa mempedulikan perasaanku. Apa yang sebenarnya Aiden tawarkan padamu sehingga kau berani mengkhianati aku?” kedua tangan sudah mengepal, rasanya ingin memukul Merry sampai babak belur.
“Sudah aku katakan, aku tidak mengkhianati dirimu!” Merry melangkah mendekat namun lagi-lagi Austin menghindar. Jika bukan karena ingin mengetahui keberadaan Aiden, dia tak sudi berbasa-basi dengan Merry bahkan tangannya sudah sangat gatal untuk melempar Merry keluar dari rumahnya.
“Oh, jika begitu katakan padaku. Kenapa kau pergi dengan Aiden dan kenapa kau mengkhianati cinta kita berdua. Aku ingin mendengar alasan yang masuk akal karena jika tidak, maka aku akan menarikmu keluar lalu melemparmu ke jalanan karena aku tidak akan bermurah hati pada seseorang pengkhianat!”
“Semua salah Aiden, percayalah padaku!” teriak merry.
Dia tahu Austin tak akan mengampuni seorang pengkhianat tapi dia memiliki kepercayaan diri jika Austin akan memaafkan dirinya dan menerima dirinya kembali. Selama Austin tidak menemukan Aiden, maka dia bisa mengubah cerita sesuka hatinya. Itulah sebabnya kenapa dia memilih kembali karena dia percaya dia akan mendapatkan hati Austin kembali.
“Jangan membuang waktuku, Merry! Sekarang katakan apa yang telah Aiden lakukan dan kenapa kau mau pergi dengannya?!” Austin hampir berteriak sebab emosi yang meluap.
“Semua gara-gara kau. Gara-gara kau mengenalkan Aiden padaku!” kini dia melempar kesalahan pada Austin.
“Aku hanya mengenalkan kalian berdua tapi aku tidak meminta kalian untuk berselingkuh lalu mengkhianati aku. Sekarang kau berbicara seolah-olah semua kesalahan itu berawal dariku hanya untuk menutupi kesalahan yang kau lakukan!”
"Memang semua berawal darimu, Austin. Jika aku tidak mengenal Aiden, maka dia tidak akan membawa aku secara paksa!” air matanya mengalir, dia harus bisa meyakinkan Austin.
“Jangan menipu aku, Merry!"
“Percayalah padaku, Austin. Aiden terobsesi denganku. Dia menemui aku beberapa kali secara diam-diam tanpa kau tahu. Aku juga bersalah karena aku tidak mengatakannya padamu tapi aku sudah menolak Aiden berkali-kali dan mengatakan padanya jika aku adalah milikmu tapi dia tidak peduli sama sekali. Percayalah padaku, Austin,” pinta Merry memohon. Dia menunjukkan ekspresi memelas agar Austin percaya padanya.
“Semenjak kau mengenalkan aku dengan Aiden, dia menaruh hati padaku. Entah sudah berapa kali dia menyatakan perasaan tapi aku selalu menolaknya namun malam itu dia tidak terima. Aiden menculik aku lalu membawa aku lari. Aku berusaha untuk melarikan diri tapi dia tidak pernah mau membebaskan aku!"
“Apa aku harus mempercayai perkataanmu ini?”
“Aku tidak berbohong. Aiden yang telah membawa aku pergi secara paksa. Sekarang aku kembali untuk meminta perlindungan darimu karena aku takut Aiden mencari aku lalu menculik aku lagi!" Merry menunjukkan jika dia tidak berbohong sama sekali.
"Sungguh lucu. Kau bahkan tidak seperti orang yang sedang melarikan diri dan takut dengan apa pun!"
"Itu karena aku tahu kau bisa melindungi aku. Percayalah padaku, Austin. Kau yang paling mengenal aku jadi seharusnya kau tahu jika aku tidak mungkin mengkhianati dirimu. Aku begitu mencintaimu tapi gara-gara Aiden aku harus mengecewakan dirimu jadi percayalah padaku!" Merry berusaha meyakinkan Austin agar pria itu mau memaafkan dirinya namun pria yang dia khianati itu, bukanlah Austin yang dia kenal dulu.
“Kau berkata jika kau diculik oleh Aiden tapi selama 6 tahun apa yang kau lakukan, Merry? Enam tahun bukan waktu yang singkat. Seharusnya kau bisa melarikan diri dari Aiden tapi kenapa kau baru kembali sekarang?" Austin menatap mantan kekasihnya itu dengan tajam. Dulu dia sangat mencintai Merry tapi sekarang dia sangat muak dengan Merry.
“Aku tidak berdaya, Austin. Aiden mengancam aku setiap hari, dia bahkan tidak membiarkan aku pergi ke mana pun oleh sebab itulah aku tidak bisa lari darinya!”
“Omong kosong!” dia semakin tidak percaya. Hanya orang bodoh yang bertahan selama enam tahun dengan seorang penculik. Alicia yang dia culik saja lari darinya dalam satu malam tapi Merry justru bertahan sampai enam tahun. Sungguh luar biasa.
“Percayalah padaku, Austin.,” Merry kembali meminta hal yang sama dengan harapan Austin mempercayai dirinya dan mau menerima dirinya kembali.
“Aku tidak akan mempercayai apa pun yang kau katakan Merry, kecuali kau mau mengatakan padaku di mana Aiden berada. Aku akan menginterogasinya untuk mencari tahu apakah yang kau katakan ini benar atau tidak jadi katakan di mana dia berada supaya apa yang kau katakan dapat aku percayai!" dia sengaja berkata demikian agar Merry mengatakan keberadaan Aiden tapi Merry justru tak menjawab pertanyaannya.
"Kenapa kau diam? Kau tinggal menyebutkan di mana pria yang sudah menculikmu itu agar aku bisa menangkapnya dan menginterogasinya. Jika apa yang kau katakan benar, aku akan menegakkan keadilan untukmu jadi katakan!"
"A-Aku tidak tahu," jawab Merry.
"Apa maksudmu tidak tahu?!" Austin menatap Merry tajam. Dapat dia lihat ekspresi Merry berubah karena dia terlihat cemas seperti sedang menyembunyikan sesuatu.
"Jawab aku, Merry!" Austin melangkah mendekat dengan ekspresi wajah menakutkan. Merry menelan ludah, dia pun melangkah mundur.
"Jawab, di mana Aiden berada!" teriak Austin dengan lantang.
"Aku tidak tahu, aku sungguh tidak tahu!" jawab Merry yang ketakutan. Dia tidak menyangka Austin akan menanyakan keberadaan Aiden.
"Sungguh luar biasa. Kau berkata jika kau melarikan diri darinya tapi kau tidak tahu di mana dia berada. Apa kau sedang melindunginya saat ini?"
"Tidak, Austin. Aku tidak sedang melindunginya!" ucap Merry membela diri.
"Jika begitu katakan di mana dia berada?!" teriak Austin lagi.
"Aku benar-benar tidak tahu karena dia selalu membawa aku berpindah-pindah tempat. Aku bisa melarikan diri karena ada kesempatan jadi aku tidak tahu keberadaannya!" teriak Merry pula.
"Hanya orang bodoh yang akan mempercayai dirimu. Sekarang pergi jika tidak aku akan melemparmu keluar!" sudah cukup basa basinya karena Merry tidak mau mengatakan di mana Aiden berada.
"Jangan mengusir aku, Austin. Aku ingin memperbaiki hubungan kita!" ketika mendengar perkataan Merry, Austin tertawa terbahak-bahak. Setelah enam tahun pergi, Merry masih berani berkata demikian? Sungguh wanita yang tak memiliki rasa malu.
"Aku mencintaimu, Austin. Percayalah padaku jika aku tidak tahu di mana keberadaan Aiden!"
"Lempar!" ketika perintah itu terucap, dua anak buah yang sedari tadi berdiri di sisi ruangan melangkah mendekati mereka.
"Jangan perlakukan aku seperti ini, Austin!" pinta Merry tapi sayang, anak buah Austin sudah memegangi tangannya.
"Tarik dan lempar. Mulai sekarang, dia tidak boleh masuk ke dalam rumah ini lagi!" Austin melangkah pergi setelah memberi perintah.
"Percayalah padaku, Austin. Percayalah!" teriak Merry yang berusaha memberontak tapi dia sudah diseret keluar.
Austin tidak peduli dengan teriakan Merry. Dia tidak akan tertipu untuk kedua kalinya. Entah Merry berbohong atau tidak akan keberadaan Aiden, yang pasti dia akan terus mencari keberadaan Aiden sampai dia menemukannya karena Aiden mungkin tidak akan berbohong sebab dia tahu, apa yang Merry katakan hanyalah dusta untuk melindungi dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
gia nasgia
Merry masih harus banyak berlatih Acting 🤣🤣🤣
2024-09-06
0
~ янιєz🖤 ²²¹º
racuuunnnn.. merry racuuunnnn🤣🤣
2024-03-10
1
Ꮶ͢ᮉ᳟◉ⳤıⷶяᷡѧͩϰͬѧͤ◉⒋ⷨ͢⚤𝐀⃝🥀🤍📴
terlalu ngarang itu si merry. mau ngelawak dia hahahaaa
2024-02-29
0