Setelah menghabiskan satu porsi chicken steak yang di sediakan untuknya. Wanita itu keluar dari rumah mengamati pemandangan luar rumah mewah itu, terlihat lebih terang di siang hari.
Noella tersenyum melihat pemandangan indah itu, ia menghampiri sebuah taman yang berada di bagian samping rumah, terdapat ayunan disana. Noella bermain ayunan sejenak, lalu menyusuri bunga-bunga cantik itu. Karena ia melihat alat untuk menyirami bunga-bunganya, Noella mengambil alat itu dan menyirami bunga-bunga disana.
Seorang wanita yang melihat Noella melakukan hal tersebut, tergesa-gesa lari ke arahnya. "Nona, jangan nona. Jangan melakukan ini, biar saya saja." Wanita itu menawarkan dirinya untuk menggantikan Noella.
"Kenapa?" tanya Noella
"Nanti tuan marah.."
Noella terkekeh mendengarnya. "Biarkan saja dia marah, kalau kamu yang dimarahi nanti kusiram pakai air ini.." Noella tersenyum pada wanita itu.
"That's very kind of you, Mrs." Wanita itu membalas senyuman Noella.
"Aku hanya menyiram bunga. What is your name, anyway?" Noella menanyakan nama wanita itu.
"My names Glorie, Miss."
"Waw, that's a beautiful name." Noella memuji nama gadis itu sambil melanjutkan kegiatan menyiram bunganya.
"How old are u, Glorie? Kamu terlihat masih sangat muda.." sambung Noella
"Eighteen, Miss."
"Delapan belas?! Tapi kenapa kamu bekerja? Bukankah seharusnya masih sekolah?" Noella terkejut mengetahui usia Glorie yang masih sangat muda.
Glorie tersenyum manis pada Noella, ia menjawab. "Saya orang miskin, Miss.." katanya.
Noella menatap iba gadis itu. "Ya tuhan, kamu pasti sudah sangat bekerja keras selama ini." Noella mengusap rambut Glorie.
"Glorie! Come here!"
"Glorie pekerjaanmu sudah selesai?"
"Glorie!"
Gadis itu langsung menoleh mendengar orang-orang memanggilnya. "Permisi, Miss. Saya harus kembali bekerja." Glorie berpamitan dan bergegas pergi.
Noella mengamatinya, merasa kasihan melihat gadis muda itu harus meninggalkan sekolah karena ekonomi.
"Kurasa dia bukan Aussie.." gumam Noella
Sebagian pelayan di rumah Damian memang berasal dari luar negri, dilihat dari fisik saja sudah terlihat mereka berasal dari berbagai negara. Noella memahami hal tersebut karna telah banyak menyaksikan orang-orang bekerja di luar negri demi mencari uang lebih banyak.
"Aku juga pernah ingin ke luar negri untuk cari uang." Noella bergumam sambil tersenyum, mengingat dirinya dulu juga ingin bekerja di luar negri. Tapi takdir berkata lain hingga ia menjadi seorang pengusaha toko sekarang.
BUGG
Suara pintu mobil terdengar, sebuah mobil berhenti di teras depan rumah Damian, seorang pria keluar dari mobil itu. Ia berambut cukup pendek dan memakai kacamata hitam, pria tersebut adalah Edward Liborio.
"Si arogan itu di rumah atau tidak?" gumam Edward.
Edward berdiri menyender di mobilnya, mengamati sekitar halaman rumah Damian yang sangat luas. Hingga matanya tertuju pada seorang wanita yang mengenakan dress pendek sedang menyirami bunga di taman rumah Damian.
Edward sontak melepas kacamatanya, matanya membulat sempurna melihat wanita itu. "Waw, amazing." Edward terpukau dengan Noella.
Pria itu langsung melangkahkan kaki menuju wanita yang menarik perhatiannya, ia mendekati Noella, mengamatinya yang sedang menyirami bunga.
"Hello, lady.."
Noella menoleh begitu mendengar seseorang memanggil namanya, ia melihat seorang pria tak di kenal berdiri tepat di belakang. Noella mengamati pria itu dari bawah ke atas.
"Hai?" Noella membalas sapaannya dengan ragu.
"Bekerja disini? Oh tidak, kamu sama sekali tak terlihat seperti pelayan." Edward bergurau.
Noella meletakkan penyiram bunga dan melipat kedua tangannya menatap Edward. "Memang tidak," jawabnya.
"So? Kamu siapa?" tanya pria itu.
"Tahanan Damian."
Edward terkekeh mendengar pernyataan Noella. "Aku suka wanita yang pandai bergurau," kata Edward.
"Aku tidak bercanda." Noella berbicara tanpa ekspresi.
"Well, okey." Edward mengulurkan tangannya pada Noella. "Edward, Edward Liborio." Pria itu menyebutkan namanya, mengajak Noela untuk berkenalan.
Wanita itu agak ragu menerima jabatan tangannya, tapi pada akhirnya ia terima dengan senang hati. "Noella Narcissa," jawab Noella.
"Nice to meet u, Mrs. Narcissa." Edward tersenyum padanya.
Noella mengangguk tanpa ekspresi. "Fine, nice to meet u too. Mr. Edward? Sepertinya aku tidak terbiasa memanggil nama belakang." Noella melepas genggamannya dari Edward.
"It's okey. Panggil saja Edward, atau kamu mau memanggilku Eddie?" Pria itu menggodanya.
Noella hanya terkekeh dan memalingkan wajahnya, tak mungkin ia memanggil pria yang baru di kenal dengan panggilan dekat seperti itu.
"Kamu belum menjawab pertanyaanku, Noella. Kenapa kamu berada dirumah pria ini?"
"Kenapa aku harus menjawabmu?"
Edward terkekeh dan berjalan mendekati Noella. "Boleh aku mengenalmu lebih jauh?" Edward mendekatkan wajahnya dengan Noella.
"Tidak." Noella menjawab tanpa ekspresi.
"Kenapa? Kamu sangat cantik, Noella." Edward hendak menyentuh wajah Noella.
"Noella!"
Mereka berdua menoleh ke arah sumber suara. Damian tiba-tiba datang dan menarik Noella mendekat padanya.
"Memilih pergi dengan hormat atau dipaksa?"
Edward tertawa setelah mendengar kata-kata Damian. "Ayolah, kamu harus bersikap lebih sopan dengan kakak iparmu ini. Damian Maverick Faustino," ujar Edward.
"Kakak ipar? Kamu sudah menikah?" Noella menatap Damian dengan serius.
"Jangan hiraukan dia, Noella."
Pria itu menarik Noella pergi dari sana, ia juga memerintah para bodyguard untuk menyingkirkan Edward dari halaman rumahnya. Sedangkan Edward, pria itu menatap tangan Noella yang di genggam oleh Damian.
"Dia menggandengnya?" batin Edward.
"Permisi, tuan." Lima pria dengan badan gagah menghampiri Edward, bermaksutkan untuk memintanya pergi.
"Aku tau! Aku akan pergi sendiri." Edward meninggalkan tempat itu.
"Damian kamu sudah menikah?" Noella masih menanyakan hal yang sama pada pria itu, entah kenapa ia merasa tak nyaman.
"Jangan gila, mana mungkin aku sudah menikah?"
"Really? Apa kamu menjawabku dengan serius?" Noella masih meragukan pria itu.
"I'm not married, Noella. Kecuali denganmu nanti."
"Jangan harap!"
Damian tersenyum menatap wanita itu. "Sudah kubilang, aku menyukai segala ke angkuhan mu."
Noella menatap pria itu kesal. "Ada sesuatu yang tidak kamu suka dariku?" tanya Noella.
"Jika dirimu menjadi milik orang lain, aku tidak menyukainya."
"Jadi mau mu aku menjadi milikmu?"
"I wish, tapi aku tidak akan memaksa."
Noella tertawa mendengar ucapan Damian, membuat Damian mengerutkan dahi menatapnya bingung.
"Kenapa tertawa?"
"Well, ternyata kamu tidak se posesif itu."
"Aku akan mengusahakanmu, hanya akan mengusahakanmu. Aku tidak akan memaksa seseorang untuk bersamaku."
Senyuman Noella pudar begitu mendengar ucapan Damian, sepercik ingatan terbesit di pikirannya, bayangan dari kisah masalalunya.
"Jangan tinggalkan aku Regan, kumohon!"
Noella mengerjapkan matanya beberapa kali dan menggeleng, berusaha mengabaikan ingatan menyedihkan yang juga menjijikkan itu.
"Well, itu sudah berlalu.." batin Noella.
*
*
Noella memutar-mutarkan badannya di hadapan Damian, ia menunjukkan dress bodycon hitam panjang yang melekat ditubuhnya. Wanita itu terlihat sangat elegan, Damian tersenyum memperhatikannya.
"Seriously? Tidak ada yang lebih terbuka? Kita kan mau jalan jalan!" Noella protes dengan baju yang ia kenakan.
"Kenapa kamu sangat suka pamer dada, Noella?!" Damian menghampiri wanita itu.
"Bukan pamer, kan memang terlihat bagus. Kenapa? Kamu tergoda?"
"Jangan menggugah selera kalau tidak mau ku makan, señorita.." Damian berbisik di dekat telinga Noella.
"Tidak ada yang salah dengan pakaianku, tuan Damian. Satu-satunya yang salah hanyalah otakmu." Noella ikut mendekatkan bibirnya di telinga Damian.
Damian menatapnya geram, ia tak sabar dan langsung mengangkat tubuh wanita itu. Noella sedikit terkejut, tapi ia sudah terbiasa dengan perlakuan brutal darinya.
"Kenapa kamu suka sembarangan melakukan segala hal padaku tanpa izin?!" protes Noella.
"Aku gemas padamu!"
Damian berjalan membawa wanita itu keluar, membuat para pelayan disana memperhatikan mereka berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments