"Kamu tidak ada bedanya dengan Regan."
Damian melonggarkan cengkramannya begitu mendengar ucapan Noella. Ia merasa bersalah, pria itu mengusap wajah Noella dengan lembut sambil mengatur nafasnya.
CUPPP
Damian langsung melahap bibir Noella, tak peduli Noella ingin menolaknya, pria itu tak melepas tautan bibir di antaranya dengan Noella. Sampai pada akhirnya Noella pun tak melawannya lagi.
Damian melepas ciumannya, ia menatap wajah wanita itu. "Maafkan aku, aku membuatmu sangat tidak nyaman. Hari ini adalah terakhir kalinya kamu melihat Moona di jet ini," ujar Damian sambil mengusap wajah Noella dengan lembut.
Noella luluh, ia juga sudah lelah untuk terus marah. Damian kembali mencium bibirnya, wanita itu tak menolak, meskipun ia juga tak membalas lumatan lembut dari bibir Damian.
*
"Apa?! Tuan memecat saya?!"
"Ya, ini adalah penerbangan terakhirmu disini."
Tangisan Moona pecah ketika ia mendapat pernyataan dari Damian bahwa dirinya di hentikan dari pekerjaan ini. Damian tetap memberinya bonus untuk menghargainya, ia juga menyuruh Moona untuk meminta maaf secara baik-baik pada Noella.
"Tidak apa-apa, aku memaafkanmu."
*
*
Pesawat jet atas kepemilikan Damian Maverick itu mendarat di Sydney pada dini hari pukul 04.00. Damian melihat Noella yang masih tertidur pulas, ia mengusap wajahnya perlahan membangunkan wanita itu.
"Hei, bangun. Kita sampai." Tangan Damian mengusap pipi Noella
"Hmmm.."
Wanita itu tak kunjung bangun, ia memang baru tertidur dua jam lalu. Damian juga tak tega memaksanya untuk bangun. Pada akhirnya pria itu harus menggendongnya sampai mobil.
Kesadarannya mulai kembali, wanita itu membuka matanya, ia menyadari bahwa dirinya sedang duduk di pangkuan seseorang. Noella menatap sekelilingnya, ia sedang berada di pangkuan Damian yang duduk dalam mobil.
"Sudah bangun? Kamu susah di bangunkan tadi."
Noella masih diam karna nyawanya belum kembali utuh, ia masih berusaha mengembalikan kesadarannya. Damian tersenyum melihat wajah polos wanita itu ketika bangun tidur. Tak bisa menahan rasa gemasnya pria itu sampai mencium bibirnya beberapa kali.
"Tck!" Noella mendecak kesal dengan Damian, ia memukul dadanya agar berhenti mencium bibirnya.
"Good morning, señorita. Welcome to Sydney."
Noella menatap pria itu sesaat, lalu ia bergerak untuk turun dari pangkuannya. Noella duduk di samping Damian, ia melihat ke luar kaca, mengamati pemandangan Sydney pada dini hari ini.
"Wah, aku berada di Australia?"
Noella terkesan dengan gemerlapan cahaya di kota itu, ia belum pernah ke Australia sebelumnya. Damian tersenyum melihat Noella, ia membelai rambutnya dari belakang.
"Selanjutnya kamu mau membawaku kemana?" Noella membalikkan badan menghadap Damian.
"Ke rumah."
"Kamu benar-benar mau menculikku ya?!" Noella membuat Damian terkekeh dengan ucapannya.
*
*
Mobil itu memasuki gerbang besar yang dijaga oleh beberapa orang. Noella tercengang melihat bangunan rumah besar dengan desain yang mewah, bahkan jarak gerbang dan rumahnya cukup jauh. Terasnya benar-benar luas! Di penuhi dengan bunga-bunga, air mancur besar, dan taman pribadi.
Daniel menghentikan mobilnya tepat didepan pintu utama. Pintunya cukup tinggi, sampai harus naik tangga lebih dulu. Noella sampai ternganga mengamati rumah mewah itu.
Tak lama setelah ia mencermati bangunan rumah itu dari dalam mobil. Daniel membukakan pintu mobilnya, lalu Damian mengulurkan tangan untuknya.
Sebelum menerima uluran tangan Damian, Noella memandangi pria itu. Rasanya tak ingin mempercayai bahwa ia adalah pemilik rumah ini. Noella menerima tangan Damian, ia turun dari mobil. Damian menuntunnya naik keatas, mengantarnya masuk dalam rumah megah itu.
"Welcome to our home, señorita." Damian menyambut Noella ketika memasuki rumah itu.
"Rumah kita? Kita siapa?!"
"Tentu saja aku dan kamu."
"Jangan berharap terlalu lebih, tuan!"
Damian hanya tersenyum menanggapi Noella. Mereka sudah di tunggu oleh beberapa pelayan di depan, Noella sudah tak terkejut lagi.
"Selamat datang kembali, tuan Damian."
"Ya, antar dia ke kamarnya." Damian memberi kode pada mereka untuk mengantar Noella.
"Atau kamu mau satu kamar denganku, sayang?" Pria itu menatap Noella sambil menggodanya.
"Aku mau kamar sendiri!"
Damian terkekeh. "Baiklah, kamu harus istirahat. Aku harus ke kantor, ku ajak jalan-jalan kalau aku sudah pulang nanti." Damian membelai rambut wanita itu, membuat para pelayannya saling melihat karna bingung.
"Mau langsung kerja? Memangnya kamu tidak lelah?" ucap Noella.
Damian tersenyum mendengarnya. "Kamu sedang perhatian padaku? Well, kalau kamu melarangnya aku tidak akan pergi.." ujar Damian.
Noella memutar bola matanya kesal. "Whatever!" Wanita itu langsung pergi dari sama, meskipun ia tak tau dimana letak kemarnya.
"Siapkan sarapan untuknya kalau dia bangun nanti, aku mau siap-siap ke kantor." Damian memerintah salah satu maidnya.
"Baik, tuan."
*
*
"Selamat istirahat, nona." Wanita itu menutup pintu ruangan.
Noella memasuki sebuah ruangan berisi tempat tidur dengan jendela kaca yang lebar, ia berkeliling mengamati kamar itu. Kamarnya sangat luas, terdapat ruang ganti dan meja rias yang besar, tentu dengan puluhan kosmetik branded disana.
"Wahh, aku bahkan tidak menjual ini di toko ku.." gumam Noella.
"Kenapa si Damian bisa se sukses ini?"
Noella kembali mengamati ruangan kamarnya, ia penasaran dengan ruang ganti. Noella memasuki ruangan tersebut, melihat ada berbagai baju wanita disana.
"Kenapa sudah tersedia baju wanita dan kosmetik? Pasti dia sudah terbiasa mengajak wanita." Noella berperasangka buruk.
Setelah membersihkan badan dan berganti baju, Noella memutuskan untuk tidur. Ia masih mengantuk karena hanya tidur dua jam semalaman, gara-gara ulah pramugari Damian yang mengajaknya bertengkar.
*
*
"Yang benar saja! Dia tidak di rumah, tidak bisa di hubungi, dan tidak datang ke kantor tanpa menghubungiku!"
Tessa sedang mondar mandir mengotak-atik ponselnya sambil menggerutu, ia mengurus masalah dan data-data toko sendiri seharian. Karyawan yang lain hanya bertugas bersih-bersih, kasir, dan melayani pembeli.
"Astaga Noella kamu dimana?!"
*
*
"Hoammmm! Hmm.."
Wanita itu terbangun dari tidurnya, ia tidur selama lima jam sejak pagi tadi. Noella duduk di kasur masih mengumpulkan nyawanya, ia melihat bayangannya sendiri di cermin yang berada di depan tempat tidur.
"Dasar Damian, kenapa dia menculikku? Harusnya kan hari ini aku ke toko."
"YA TUHAN! TOKO!"
Noella bergegas bangun mencari tas dan mengambil ponsel, ia mengotak-atik ponsel dengan gugup berusaha menghubungi seseorang.
"Tessa!"
"Noella kamu dimana?! Kenapa tidak bilang apa-apa padaku, kamu baik-baik saja?!" Tessa langsung banyak bertanya begitu ia mengangkat telepon dari Noella.
"Tenang dulu Tess, pelan-pelan. Langsung ke intinya saja, aku di Australia."
"APA?! AUSTRALIA?!"
Noella menjauhkan ponselnya dari telinga, suara kencang Tessa membuat telinganya sakit. Hingga tak selang lama kemudian, Noella kembali menempelkan handphone nya ke telinga.
"Penjelasannya nanti saja, intinya aku titip toko. Ya sudah, aku lapar mau minta makan dulu, bye!"
"Apa? Minta makan? Kamu di Australia dengan siapa? Heii! NOELLA!"
Tessa kesal disana, Noella mematikan teleponnya sebelum ia selesai bicara. Padahal pekerjaannya sangat banyak hari ini, tapi Noella meninggalkan ia begitu saja.
*
*
"Good Afternoon, Mrs. Noella."
Noella mendapat sapaan hangat dari para pelayan itu ketika ia keluar dari kamarnya. Terlihat banyak yang sedang bersih-bersih, Noella menghampiri salah satu dari mereka.
"Eum, permisi.."
"Selamat siang, Mrs." Wanita itu langsung membungkuk pada Noella, membuatnya terkejut.
"Saya akan antarkan anda ke meja makan."
Noella bahkan belum menanyakan tentang makanan untuknya, tapi pelayan itu seperti sudah mengerti apa yang ia inginkan. Tanpa ragu, Noella mengikuti pelayan yang hendak menunjukkan jalannya.
"Astaga, apakah jarak meja makan dan kamar sejauh itu? Kalau di rumahku keluar kamar jarak beberapa langkah saja sudah sampai.." batin Noella sambil mengamati rumah besar itu.
"Selamat siang, miss. Silahkan duduk."
Seorang pria berseragam menarikkan kursi duduk untuk Noella, ia menatakan table mat atau alas piring di depan Noella. Menaruh piring dan peralatan makan di atas table mat itu.
"Pakai table mat segala?" batin Noella.
"Permisi nona." Pria itu meminta izin untuk menutup paha Noella dengan sebuah kain yang memang di khususkan untuk hal tersebut.
"Yes, please." Noella mempersilahkannya.
"Simulasi jadi sultan?" batin Noella.
Setelah dirinya telah siap untuk menikmati sajian yang sudah tersedia di hadapannya, pria itu meletakkan chicken steak spesial di piring Noella.
"Chicken steak?" batin Noella, ia jadi teringat Damian pernah mengganggunya saat ia membuat makanan itu.
"Tuan Damian yang meminta untuk membuat makanan ini, nona. Pasti makanan kesukaan anda ya?" tanya pria itu ramah.
"Eum, tidak juga. Mungkin dia salah paham," jawab Noella.
"Memang kebetulan saja dia lihat aku pas makan stik ayam," batin Noella.
"Ohh, begitu rupanya."
"Are u chef?" Noella bertanya penasaran.
"Tidak, saya hanya asisten chef. Chef sedang istirahat setelah memasak makanan untuk anda."
"Jadi masaknya pakai chef segala?" batin Noella.
"Oo, i see. Okey, kalau begitu ayo makan sama-sama.." ajak Noella pada pria itu.
"Excuse me?" Pria itu memastikan ajakan Noella.
"Temani aku makan, ada lima piring chicken steak disini. Tidak mungkin akan ku habiskan sendiri," ujar Noella.
"That's very kind of you, Mrs. Tapi silahkan nikmati makanan anda. Jika tidak habis biarkan saja, kami memiliki ruang makan sendiri, tidak boleh disini. Kalau begitu saya permisi dulu, terimakasih banyak atas tawarannya." Pria itu berlalu pergi.
Noella menatapnya bingung. "Seriously?!" Wanita itu mengamati meja makan dengan dua puluh kursi yang hanya ia duduki seorang diri.
"Kursinya bahkan ada dua puluh!" Noella telah menghitung semuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments