Cinta Sang Cassanova

Cinta Sang Cassanova

Sang Cassanova

"Kenapa harus saya yang bertunangan dengan Pak Zayn?" tanya Ambar dengan menatap penuh heran pada lelaki yang kini mengintimidasinya.

Rasa muak semakin menjadi kala dia berhadapan dengan lelaki pemaksa yang tak lain adalah bosnya.

Ambar. Gadis dengan hidung mancung itu berusaha mengelak dari tekanan sang big bos.

Ambar tidaklah terlalu lama mengenal Zayn, dia hanya salah satu karyawan yang bekerja part time di salah satu resto yang berada di bawah naungan nama besar 'Duta Sampurna' perusahan milik keluarga besar Zayn Bagaskara.

"Karena kamu sepupunya Gendis." jawab Zayn dengan enteng. Gendis adalah gadis yang sudah membuat lelaki itu jatuh cinta, tapi sayang wanita yang benar-benar membuat hatinya jungkir balik itu adalah istri dari lelaki lain.

Sempat berharap dan mengejar cinta Gendis hingga membuat nama besar Zayn Bagaskara menjadi pembicaraan umum.

Skandal menjadi lelaki yang mengejar istri orang membuat Zayn berusaha mengubah asumsi publik demi nama baik keluarga dan hubungan bisnisnya.

Ambardina. Akhirnya menjadi bagian dari rencana Zayn untuk memulihkan nama baiknya. Dia akan memaksa gadis itu untuk menjadi tunangan palsunya.

"Hanya bertunangan bukan menikah!" sambut Zayn dengan menatap wajah putih yang sudah memerah karena menahan marah.

"Apapun itu. Semuanya bukan sebuah permainan. Ada nama baik keluarga saya yang menjadi taruhannya." elak Ambar. Dia tidak ingin terlibat dalam skandal big bosnya.

"Penawaranku tidak cuma- cuma. Kamu akan mendapatkan resto jika sandiwara ini berlangsung hingga satu tahun."

"Anggap saja aku membayarmu!" lanjut Zayn. Lelaki bertubuh tinggi tegap itu berdiri tegak di depan Ambar.

"Semurah dan segampang itukah anda menilai seseorang?" tanya Ambar. Ada rasa marah, benci dan muak menghadapi lelaki yang begitu menganggap semua akan mudah di selesaikan dengan uangnya.

Jika saja usaha orang tuanya tidak mengalami krisis financial, mungkin dengan mudah Ambar menolak tekanan pria yang punya banyak bisnis itu, termasuk resto tempat Ambar bekerja.

"Aku sudah memberi penawaran yang terbaik. Tapi, semua terserah padamu." ujar Zayn membuat Ambar menjatuhkan tubuhnya di sofa.

Rasanya dia begitu tak berguna di hadapan orang yang banyak uang dan kekuasan. Lantas bagaimana cara dia menjaga harga dirinya?

Mata indah itu berkaca-kaca, dia ingin sekali meledakkan tangisnya seketika. Tapi, tidak juga di depan lelaki yang kini menatapnya tajam. Ambar sebenarnya sudah mencintai pemuda lain. Tapi, dia seperti tidak diberi sebuah pilihan.

Ancaman Zayn yang akan melenyapkan usaha turun temurun keluarganya itu membuat Ambar tidak bisa menolak tawaran lelaki berwajah Indo itu. Semua seperti intimidasi yang dibuat sesamar mungkin.

"Aku akan menerima tawaran Pak Zayn. Tapi untuk bertunangan, bukan menikah." ujar Ambar dengan suara yang hampir tercekat. Dia sudah pasrah dengan perasaannya pada Elang.

"Tapi, ada satu syarat lagi! Bapak harus tahu batasan, jika kita bukan muhrim!" Mendengar permintaan Ambar membuat Zayn menaikkan sebelah bibirnya hingga wajah dingin itu terkesan sangat sinis.

"Bagaimana?" tanya Ambar. Dia juga punya aturan main agar tidak di injak-injak begitu saja oleh orang yang sok berkuasa itu.

"Aku juga tidak tertarik denganmu! Aku melakukan ini hanya untuk menjaga image dan nama baik keluarga besarku." sinis Zayn.

"Besok kita akan pulang ke rumah orang tuamu dan memberi tahu jika seminggu lagi kita akan bertunangan." Kalimat yang terlontar dari bibir tipis lelaki itu membuat Ambar begitu kaget. Apa harus secepat itukah? Itu yang ada dalam pikiran Ambar.

"Oh ya, mulai saat ini jangan panggil aku 'Pak'!" ucap Zayn kemudian meninggalkan Ambar di ruangannya sendiri.

Ambar menatap kepergian Zayn dengan perasaan yang campur aduk. Bagaimana bisa, dia mengatakan pada keluarganya jika akan bertunangan, ketika dirinya masih duduk di semester tiga? Dan itu pun seperti mendadak.

"Ya Allah egois sekali dia, mengamankan posisinya sendiri, sementara posisiku? Lantas apa yang aku katakan pada dunia jika kontrak itu sudah berakhir." Pikirannya berkecamuk dalam dilema yang cukup panjang.

"Ambar, tunggu aku sampai jadi Lettu ya! Aku akan langsung melamarmu." Kalimat terakhir yang diucapkan Elang saat akan berangkat untuk menjalani pendidikan militer itu terus saja terngiang di telinganya.

Ambar memang mencintai Elang dari dulu, tapi kedua orang tuanya tidak mengizinkan dirinya berpacaran dengan alasan tidak mudah menjaga anak perempuan yang menginjak remaja.

Gadis berumur 20 tahun itu menitikkan air mata. Dari dulu, dia juga menyukai pemuda yang santun itu. Elang adalah pemuda yang santun dan lembut, gadis manapun pasti akan merasa nyaman dekat dengannya.

Dering ponsel membuyarkan lamunan Ambar. Nomer baru membuat gadis itu segera mengangkatnya.

"Assalamualaikum..." jawab Ambar saat membuka panggilan itu.

"Nanti malam kita akan makan malam bersama keluargaku." ujar suara di sebarang.

Zayn mengajak Ambar untuk bertemu dengan keluarganya. Dia ingin segera menyelesaikan masalah ini sesegera mungkin, agar tidak berpengaruh dengan keluarga dan bisnisnya.

"Tapi..."

"Aku akan menjemputmu nanti sore!" ujar Zayn dengan tegas. Lelaki itu tak ingin mendengar penolakan dari gadis yang menjadi tameng untuk menjaga nama baiknya.

###

Sementara itu, di dalam ruangan kerjanya, lelaki yang selalu di sibukkan oleh rapat dan pertemuan penting dengan kolega bisnis itu masih menatap layar laptopnya.

"Tok..tok...tok..." Suara ketukan membuat Zayn menoleh ke arah pintu ruangannya. Raka berjalan mendekat ke arah meja kerjanya.

"Apa, Mbak Ambar setuju dengan ide Pak Zayn?" tanya Raka dengan menyerahkan beberapa lembar kertas yang harus di teliti Zayn.

"Mau tidak mau dia harus setuju!"

"Untuk tender yang kita ajukan pada PT. Nusa Alam belum mendapat kesepakatan." ujar Raka memberi tahu tentang proyek besar akan mereka bangun, tersendat dengan investor yang selalu menjadi rival 'Duta Sampurna'

"Aku tahu, perusahaan milik Kaivan selalu saja menjadi rival kita. Bahkan, merekalah yang menyebarkan rumor jika aku mengejar cinta istri lelaki lain." Zayn menyandarkan tubuhnya di kursi, menatap lemah Raka yang masih berdiri di depannya.

"Beberapa kolega kita orang yang menjunjung adat ketimuran. Jadi, aku khawatir itu akan berpengaruh pada perusahaan kita jika tidak segera diatasi." lanjut Zayn. Sebenarnya, dia juga enggan untuk melakukan sandiwara yang melibatkan wanita.

"Saya mengerti, Pak. Semoga persoalan ini segera mereda." ujar Raka. Dia sangat mengenal Zayn. Dari saat lelaki itu masih senang mengumbar cinta dan nafsu pada gadis yang menginginkan dirinya hingga Sang Casanova itu sudah bosen dengan sesuatu yang melibatkan wanita.

Raka pun akhirnya keluar dari ruangan Zayn. Lelaki itu beranjak dari duduknya dan berjalan mendekat ke arah jendela.

Meskipun sudah berhenti mengejar Gendis, tapi kenyataannya Zayn masih menyimpan rasa cinta dan kekaguman pada gadis yang sudah menjadi istri mantan sahabatnya itu.

Entah dari mana rasa itu hadir, tapi kenyataannya lelaki yang sudah fasih mempermainkan wanita itu tidak bisa mengendalikan perasaannya saat pertama kali bertemu dengan Gendis.

Terpopuler

Comments

Uthie

Uthie

coba nyimak 👍

2024-08-20

0

Tatik PutrieRagiel

Tatik PutrieRagiel

hadir pertama KK.begitu ad notif lgsung otw bc😁🤭🤗🤗🥰

2024-01-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!