Perjalanan Pulang

Zayn berjalan menuju ruang kasir. Setelah bertanya pada salah satu karyawan di restoran tentang keberadaan Ambar. Lelaki yang ingin membicarakan rencana pertemuannya dengan orang tua ambar itu sengaja mencari gadis yang akan bertungan dengannya.

"Sudah Mas bilang, biarkan yang lain mengurusnya. Kamu cukup melihat perkembangan resto." ucap Zayn terdengar sedikit lembut di telinga Ambar, hingga gadis itu menatap curiga di sekitar. Ternyata benar, beberapa pasang mata sedang memperhatikan mereka. Benar-benar, pemain yang handal.

"Tapi..."

"Selamat datang, Pak Zayn. Saya sudah menyediakan ruangan baru buat Mbak Ambar di sebelah ruangan manager. Tapi sepertinya Mbak Ambar belum terbiasa." ucap Dito manager resto yang di percaya Zayn untuk mengurus segalanya.

"Baiklah, bisa tinggalkan kami sekarang." ujar Zayn membuat Dito mengangguk faham. Lelaki dengan tubuh sedikit berisi itu meninggalkan Ambar dan Zayn hanya berdua.

Zayn mendekati kursi Ambar, " kita keruanganmu! " titah Zayn membuat Ambar mau tak mau menuruti ketika beberapa karyawan memperhatikan mereka.

Ambar pun langsung berdiri, seolah menjadi gadis penurut. Keduanya berjalan beriringan dengan begitu harmonis menuju ruangan Ambar. Zayn dan Ambar sebenarnya terlihat serasi, hanya saja karakter keduanya tidak pernah sejalan.

"Kenapa tidak menghubungi balik? Kamu tidak butuh kunci motormu?" tanya Zayn dengan menatap gadis berjilbab di depannya itu.

"Semalam aku langsung tidur karena merasa sangat lelah sekali." ujar Ambar dengan mengalihkan pandangannya ketika mata tajam lelaki di depannya menghujam seolah menembus sampai sisi terdalam dirinya.

"Sore nanti kita berangkat ke rumah orang tuamu?" ujar Zayn. Meskipun sudah tahu rencana itu, tetap saja membuat Ambar tersentak kaget.

Dia masih merasa enggan melakukan semuanya. Entah, apa yang akan dipikirkan oleh kedua orang tuanya, ketika dia yang belum menyelesaikan kuliahnya malah memilih untuk bertunangan. Meskipun belum sampai menikah tapi jenjang pertunangan juga sebuah jalinan yang tergolong serius.

"Sebaiknya kita keluar untuk membeli sesuatu yang akan dibawa pulang ke rumahmu." lanjut Zayn. Dia sengaja mengkosongkan waktunya hari ini dan besok.

"Tidak perlu membawa apapun karena orang tuaku tetap akan kecewa saat mendengar semuanya." ucap Ambar diiringi desahan kecil yang artinya dia seolah merasakan sebuah kelelahan yang teramat sangat.

"Kita pergi sekarang! " Zayn tidak menghiraukan penolakan Ambar. Tangannya langsung menarik lengan Ambar agar ikut dengannya.

"Lepaskan!" Ambar mengeram pelan sambil menarik lengannya yang kini di tarik Zayn. Gadis itu paling merasa kesal jika sudah dipaksa seperti ini.

Zayn memojokkan Ambar di body mobil. Lelaki itu berdiri hampir tak berjarak hingga ambar meneggakkan tubuhnya agar tak ada bagian tubuh mereka yang bersenggolan.

"Sekali -kali menurutlah! Agar tidak membuang banyak waktu." titah Zayn yang hampir saja kehilangan kesabaran menghadapi Ambar.

Ambar terdiam, lelaki di depannya itu memang terlihat berbahaya. Gadis itu hanya menurut saat Zayn membukakan pintu mobil dan memintanya masuk.

Mobil meluncur menuju pusat perbelanjaan, keduanya pun membeli oleh-oleh untuk kedua orang tua Ambar.

"Kenapa tidak meminta seseorang untuk menyiapkan semuanya? " tanya Ambar setelah mereka selesai membeli banyak hal untuk orang tua Ambar.

"Sekarang kita langsung berangkat ke rumah orang tuamu!" Mendengar kalimat Zayn seketika Ambar menghentikan langkah dan menatap wajah tampan tapi menyebalkan di depannya itu.

"Aku belum bersiap." ucap Ambar karena berharap jika nanti sore mereka akan berangkat dengan menggunakan sopir.

"Jangan membuang banyak waktu!" ujar Zayn. Kemudian melajukan mobilnya keluar dari pusat perbelanjaan.

Ambar hanya terdiam, lelaki di sebelahnya memang benar, percuma saja dia melawan karena itu hanya membuang waktu saja.

Keduanya meluncur menuju rumah Ambar yang biasa di tempuh dengan kurang lebih satu jam perjalanan.

Perjalan mereka diiringi gerimis kecil hingga berganti hujan yang deras. Di dalam mobil Zayn dan Ambar hanya terdiam seperti menikmati perjalanan meskipun kenyataannya mereka hanya malas terlibat pertengkaran mulut.

"Kamu biasanya melewati jalan tenggang ini sendiri?" Akhirnya Zayn membuka suara saat menyadari jika dirinya akan melewati jalan yang sepi dengan kanan kini pohon besar dan semak-semak.

"Iya, biasanya kalau pulang nyari anak yang juga mau pulang untuk bareng." ujar Ambar yang mana suaranya hilang ditelan riuhnya tetesan air di luar mobil.

Hujan memang semakin deras, bahkan angin bertiup semakin kencang hingga membuat Zayn berniat menghentikan perjalanan mereka.

Belum sempat menghentikan perjalanannya lelaki itu melihat seseorang menghadangnya.

"Kata orang-orang, jika ada yang menghadang jangan berhenti! " ucap Ambar mengingatkan.

Ambar pun terus menggelengkan kepala saat Zayn menatapnya ragu. Dalam mata Ambar jelas ada ketakutan jika hal buruk menimpa mereka.

"Bagaimana kamu bisa melewati perjalanan yang mengerikan seperti ini? " tanya Zayn.

"Nggak sering kejadian seperti ini, aku juga baru kali ini membuktikan banyak cerita yang beredar." lanjut Ambar. Kata rumor yang beredar para kawanan begal hanya saat tengah malam saja.

Zayn pun berlahan memelankan mobilnya di tengah hujan deras kala dua orang menghadangnya. Tapi sesaat kemudian, dari spion, dia melihat dua orang datang menaiki sepeda motor dari arah belakang dengan membawa sentaja tajam sejenis Katan.

"Jangan turun! " cegah Ambar dengan menahan tangan besar Zayn.

"Jangan khawatir! " ujar Zayn. Tapi, dibalas dengan gelengan kepala gadis yang menatapnya dengan penuh permohonan.

Sementara Zayn hanya tersenyum saat melihat wajah cemas Ambar. Tidak biasanya gadis jutek itu bersikap se melo itu.

"Jangan keluar! Jika terjadi sesuatu telepon Intel 2." Zayn menyerahkan ponselnya pada Ambar, lelaki itu melepaskan cengkeraman jari-jari kecil calon tunangannya itu.

Ambar memperhatikan Zayn yang keluar dari mobilnya. Dengan begitu tegas Zayn berbicara dengan dua orang bertubuh besar itu.

Tak lama kemudian, terlihat baku hantam dua orang lawan satu. Sedangkan orang yang membawa senjata tajam itu masih berada di atas motor sambil memperhatikan.

Ambar benar-benar dibuat cemas dengan keadaan Zayn. Hujan dan gemuruh suara petir menyambar ke sana kemari. Ambar sudah tidak tahan melihat Zayn masih terlibat baku hantam, meskipun salah satunya kini tumbang tak sadarkan diri.

"Astagfirullah... " pekik Ambar saat melihat lelaki dengan senjata berkilau itu turun dari motornya, posisi Zayn yang membelakangi orang bersenjata itu membuat Ambar begitu panik hingga menjatuhkan ponsel Zayn dan keluar dari mobil.

"Mas Zayn, awasss....! pekik Ambar ditengah derasnya hujan, saat sabetan katana melukai lengan lelaki yang kini sudah berantakan.

Darah menetes deras dari lengan Zayn. Lelaki yang kini merasakan perih di lengannya justru mengkhawatirkan keberadaan Ambar, saat preman-preman itu menatap lapar ke arah calon tunangannya.

"Kita bisa berpesta malam ini, wanitanya sangat cantik, Bro." ujar lelaki yang baru saja turun dari motor dan melangkah mendekati Ambar.

Terpopuler

Comments

Dwi Puji Lestari

Dwi Puji Lestari

duh ambar smg baik2 saja

2024-01-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!