Sedari tadi Ambar tidak fokus dengan apa yang sedang dia kerjakan. Masalahnya dengan Zayn malah semakin rumit.
Awalnya hanya perasaan tidak suka saja yang kini harus berujung dengan sandiwara pertunangan.
" Apa ini semua?" gumam Ambar dalam hati. Kepalanya terasa ingin pecah saja, jika semakin memikirkannya.
Gadis yang mengenakan rok panjang dengan blus kotak untuk atasannya kini berjalan keluar lingkungan kampus. Dia bermaksud mencari minum dahulu, sebelum kembali ke resto untuk dijemput Zayn.
"Mbak Ambar, yuk aku antar!" tawar Desy saat melihat Ambar berjalan sendiri. Gadis itu adik tingkatnya yang pernah bergabung dengannya di BEM.
"Terima kasih, Des. Aku akan mencari minum dulu." jawab Ambar dengan ramah.
Ambar memang punya banyak teman. Tidak hanya teman wanita, tapi Ambar juga terkenal di kalangan pria. Tapi, bedanya teman pria selalu menjaga sikap karena rasa sungkan terhadap gadis berjilbab itu.
"Oh ya sudah, aku duluan, Mbak!" pamit Gadis itu, diikuti senyuman manis dari bibir tipis Ambar.
Ambar kembali menelusuri jalanan kampus dengan pikiran yang masih berkecamuk. Ternyata sekeras apapun dia berfikir, semakin sulit pula dirinya menemukan jalan keluar untuk mengelak dari lelaki jahat itu.
Ambar memang menganggap Zayn sangat jahat karena hidupnya ke depan akan suram karena ego lelaki itu.
"Bisakah berjalan dengan baik?" suara itu membuat Ambar tersadar.
Zayn sengaja menghadang Ambar, karena sejak tadi dia memperhatikan gadis yang mengapit bukunya di dada terlihat melamun.
"Pak Zayn yang tidak bisa menempatkan diri." jawab Ambar. Entah kenapa semakin hari lelaki di depannya itu semakin membuatnya kesal.
"Sudah aku katakan jangan panggil aku 'Pak'!" bisik Zayn tapi terdengar tegas.
Ambar memundurkan langkahnya karena lelaki bertubuh tinggi itu mengikis jarak dengan dirinya. Zayn memang selalu membuat Ambar insecure.
Ambar tidak ingin memperpanjang perdebatan di halaman kampus karena semua mata saat ini tertuju padanya.
"Sebaiknya, kita pergi sekarang!" gumam Ambar kemudian melangkah pergi.
"Hae, mobilku di sana!" Zayn langsung menyekal lengan Ambar karena mobilnya terparkir berlawanan dengan arah Ambar berjalan.
"Sudah aku bilang, jangan pegang-pegang!" kesal Ambar mengusap lengannya, bekas dipegang Zayn.
Melihat sikap Ambar yang baginya sok itu, membuat lelaki yang biasa men*lanj*ngi wanita merasa terhina.
"Kamu berani!"
"Kita sudah sepakat!" jawab Ambar. Membuat Zayn hanya bisa mengetatkan rahangnya dan mengeram kesal.
"Kita pergi sekarang! Atau..."
"Tidak usah mengancamku!" Ambar berjalan terlebih dahulu ke arah yang sempat Zayn tunjuk.
Lelaki itu melangkah membuntut Ambar dan melihat dari belakang gadis yang dianggapnya judes dan keras kepala itu.
Zayn membawa Ambar membeli gaun untuk makan malam bersama keluarganya. Tidak lama mereka berada di dalam butik karena Ambar memang bukan tipe gadis yang ribet dengan penampilan.
Mobil sedan mewah itu meluncur membelah jalan yang cukup padat menuju apartemen Zayn. Lelaki itu akan melakukan persiapan bertemu orang tuanya di sana.
"Kita mau kemana?" lirih Ambar begitu tajam.
"Kita akan mampir ke apartemen untuk mengambil sesuatu!"
"Nggak mau, aku nggak mau! Kenapa aku harus ikut? Aku bisa menunggu di kosku atau di resto." protes Ambar, otaknya mulai berfikir buruk tentang Zayn. Gadis yang duduk di sebelah kemudi, mengenal Zayn Bagaskara adalah seorang player dan penjaja cinta dari teman- teman di resto tempat dia bekerja.
"Jangan terlalu banyak protes! Aku juga tidak bern*fsu melihat bodymu yang kurus." lanjut Zayn membuat wajah Ambar memerah. Gadis itu merasa malu saat pikiran kotor di otak lelaki di sebelahnya di ungkapkan.
Mobil berhenti di basemen, Zayn membukakan pintu mobil untuk Ambar karena ada seseorang yang mengenalnya memperhatikan dari jauh, "aku membuka pintu mobil karena ada yang memperhatikan kita!" bisik Zayn saat Ambar keluar dari mobil.
Gadis itu pun mengangguk dia akan mengikuti alur cerita sesuai kesepakatan yang ada.
Mereka pun berjalan bersama, meskipun tidak bersentuhan. Tapi, Ambar menunjukkan wajahnya yang sedikit tersenyum.
Gadis berwajah timur tengah itu pun mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Bisa terlihat oleh Zayn, jika Ambar terlihat kaku saat berada di apartemennya.
"Kami tidak pernah berkunjung di kos cowok atau apartemen cowok?" tanya Zayn dengan membawakan sekaleng minuman ringan.
"Aku tidak suka minuman bersoda." ujar Ambar dengan masih meneliti setiap detail ruangan mewah dengan satu kamar itu. Dia merasa sangat canggung karena ini pertama kalinya dia datang ditempat cowok.
"Buat saja sendiri jika ingin minum." Ambar hanya mengangguk.
Mereka terdiam cukup lama. Zayn masih sibuk dengan ponselnya dan Ambar pun sibuk dengan pikirannya sendiri hingga pada akhirnya terdengar suara adzan.
"Aku akan Salat Magrib dulu!" izin Ambar.
"Di sini tidak ada mukena." ucap Zain masih dengan posisi yang sama.
"Aku bawa sendiri." jawaban Ambar membuat Zayn beranjak dari duduknya. Dia melangkah menuju kamar untuk Ambar bisa melakukan Salat.
"Tidak ada ruangan lain?" tanya Ambar menghentikan langkahnya di depan kamar.
"Aku akan menunggu di luar." ucap Zayn membiarkan Ambar masuk dan menunjukkan kran di dalam kamar mandi mewahnya yang bisa digunakan untuk wudhu.
"Sebaiknya kamu mandi dan berganti pakaian terlebih dahulu." Ambar menoleh ke arah Zayn, kala laki-laki itu memintanya untuk mandi. Bagi Ambar rasanya begitu aneh jika harus mandi.
"Setelah ini kita akan pergi menemui Mama dan Papa." ucap Zayn kemudian melangkah pergi meninggalkan Ambar di kamarnya.
Lelaki itu kembali sibuk dengan ponselnya. Tapi sejenak kemudian, dia baru menyadari jika hari ini terasa berbeda dengan apartemennya. Ruangan yang biasa dia gunakan untuk bercinta dengan kekasihnya kini digunakan salat.
Zayn menggunakan apartemennya hanya untuk membawa perempuan yang sedang dikencani untuk melepaskan hasratnya.
Hampir satu jam dia termenung mengingat saat hidupnya hanya seputur perempuan. Brengsek, mungkin dia memang brengsek.
"Ceklek... aku sudah selesai!" ucap Ambar yangs udah mengenakan gaun hitam dengan hiasan Swarovski yang membuatnya terlihat elegant.
"Cantik juga!" puji Zayn dalam hati kala melewati Ambar yang berdiri dengan menundukkan pandangannya.
Meskipun hanya melirik gadis itu, tapi ingatan Zayn akan detail wajah Ambar terasa fasih. Jika biasanya Ambar tampil sederhana, sedikit make up di wajahnya membuat gadis itu terlihat elegan.
"Ayo kita berangkat!" Ajak Zayn. Lelaki itu sudah berganti dengan kaos yang dipadu dengan blazer dan celana jeans.
Zayn melajukan mobilnya dengan santai membelah jalanan di malam hari. Sesekali dia melirik Ambar yang hanya menatap ke depan dan sesekali menunduk. Tidak ada obrolan diantara keduanya. Hanya lantunan musik dari audio yang mengisi kesunyian diantara mereka.
Mobil mewah itu memasuki gerbang yang terbuka secara otomatis. Ambar menatap kagum rumah mewah yang biasa hanya dia lewati saja.
"Kamu gugup?" tanya Zayn saat melihat tangan Ambar saling meremas.
"Biasa saja. Kita hanya bersandiwara, kamu bukan calon menantu Bagaskara yang sebenarnya." Ambar menatap Zayn dengan tajam. Ada protes dalam setiap sorot matanya. Siapapun, meskipun bukan untuk menjadi menantu keluarga konglomerat itu pasti akan gugup masuk dalam rumah semewah itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Thea_noni
nunggu bgt up dr cerita ini,awalnya aja dah seru, makasih banyak dah up,ditunggu kelanjutannya 😁🙏
2024-01-08
1