Setelah membaca pesan dari Ambar, Zayn bergegas mencari gadis itu ke seluruh penjuru tempat pesta. Tapi kenyataannya memang tidak ada, hingga lelaki yang merasa kebingungan itu pun memutuskan untuk meninggalkan pesta.
Zayn setengah berlari mencari keberadaan mobilnya. Perasaannya tidak enak dengan kepergian Ambar yang tiba-tiba. Gegas, dia melajukan mobilnya dan berhenti di pos security yang ada di pintu masuk.
"Tadi ada gadis berjilbab warna abu dengan gaun hitam yang keluar dari sini?" tanya Zayn dengan security yang berjaga.
" Oh iya, dia berjalan ke arah sana!" jawab salah seorang security yang sudah hafal ambar karena selain cantik, ambar tidak bisa menyembunyikan mata merahnya karena menangis.
Mendengar keterangan security, Zayn langsung melajukan mobilnya menuju arah yang ditunjukkan security. Dia berharap Ambar belum jauh.
"Dasar bikin susah saja!" gerutu Zayn sambil meneliti setiap jalan yang dilaluinya.
Dengan pelan, Zayn melajukan mobilnya dan mengedarkan pandangannya ke sepanjang trotoar. Tapi, dia juga tak menemukan sosok gadis berkerudung yang sedang dicarinya.
Dengan masih melajukan mobilnya, Zayn memasang earphone, mencoba menelpon Ambar hingga berkali-kali. Tapi, pada akhirnya nomer gadis itu juga sudah tidak aktif.
Bebarapa kali dia mengusap wajahnya dengan kasar, mencoba menebak apa yang terjadi hingga Ambar semarah itu padanya.
Saat ini tujuannya adalah apartemen. Ya mungkin Ambar sudah berada di apartemen. Tanpa berfikir panjang, Zayn langsung menuju Apartemen.
Langkahnya terlihat tergesa menuju unit apartemen Ambar hingga menarik perhatian beberapa orang yang dilewatinya.
"Ting ...tong...ting...tong." tangannya tak sabar saat memencet bel. Hingga sesaat kemudian gadis yang dia cari membukakan pintu untuknya.
"Mbar, kenapa pulang sendiri. Aku tidak langsung membaca pesanmu." cerocos Zayn saat melihat sosok yang begitu dikhawatirkan berdiri di depannya.
Gadis yang sudah mengenakan baju yang biasa di kenakan itu menutup kembali pintu apartemen tanpa menjawab pertanyaan Zayn.
" Apa ini , Mbar?"tanya Zayn saat melihat ada yang beda dengan ruang apartemen yang hanya berkamar satu itu.
Barang-barang Ambar pun sudah diturunkan dan tertumpuk rapi hingga tinggal memasukkan ke dalam kardus.
Ambar memilih untuk duduk, gadis itu sekilas memang terlihat tenang tapi jika diamati secara detail, wajah sembab dan sorot mata kecewa itu tidak bisa ditutupi.
"Kita akhiri saja sandiwara kita! Sekarang orang sudah melupakan jika Mas Zayn mengejar istri suami orang."ujar Ambar terdengar tenang tapi syarat penuh dengan rasa kecewa.
"Nggak semudah itu, Mbar."sela Zayn masih menolak ide Ambar. Dia begitu berat melepas Ambar. Tapi, entah dengan alasan apa, dia pun tidak mengerti.
" Tidak ada gunanya peranku dalam hidupmu, Mas."lanjut Ambar. Dia sudah berusaha setenang mungkin. Tapi siapa tahu, tekanan hati itu membuat wajah Ambar memerah dengan mata berkaca-kaca.
"Kita akan mengakhirinya tapi tidak saat ini!" tegas Zayn, perasaannya mulai menggebu-gebu dengan kekacauan di dalamnya.
"Tidak ada alasan untuk mengulur semua ini." desak Ambar.
"Mas Zayn bebas dengan wanita manapun dan biarkan aku juga bebas melakukan apapun." Ambar melepaskan cincin pertunangan yang tadinya masih melingkar di jari manisnya. Kemudian meletakkan benda itu di telapak tangan Zayn yang melemah.
Lelaki itu menatap Ambar dengan perasaan yang entah.
Keputusan Ambar memang sudah bulat, dia tidak lagi bermain-main dengan rasa karena ternyata rasanya sesakit ini. Ambar baru menyadari jika perasaan itu mampu menyakiti hingga begitu hebat.
"Aku ingin kamu!" elak Zayn dengan meraih tangan kecil yang terasa dingin itu.
"Aku tidak mau! Silahkan mencari gadis-gadis lain yang mau, jika Mas Zayn menginginkannya." tolak Ambar dengan menarik tangannya.
"Seperti Alea." lanjut Ambar dengan menatap tajam lelaki yang seketika sorot matanya melemah mendengar nama yang baru saja dia sebut. Zayn tak menyangka jika Ambar akan mengetahui semua secepat ini.
"Mbar, aku dan dia hanya kebablasan. Sungguh, kami tak merencanakan ini dan kami juga tidak menggunakan perasaan." jelas Zayn. Hatinya dilanda rasa gelisah dan cemas yang begitu hebat karena ternyata Ambar sudah mengetahui semuanya.
"Berhenti menjelaskan apapun, Mas. Sekarang Mas Zayn yang keluar dari apartemen atau aku yang keluar?" tanya Ambar membuat Zayn menatap lemah. Lelaki itu tak mampu lagi menjawab apapun. Ambar yang keras kepala dan tegas, itulah Ambar yang saat ini.
" Mulai malam ini kita tak ada hubungan apapun atau kesepakatan apapun." tegas Ambar membuat mata biru itu memerah dan berkaca-kaca.
Ambar pun meninggalkan Zayn yang masih mematung di ruang utama. Gadis itu masih akan mengemas semua baju dan buku-bukunya yang tak seberapa.
Zayn terduduk di sofa. Semua tenaganya seperti lolos begitu saja. Beginikah rasanya patah hati? Lelaki itu tak menyangka rasanya sehebat ini. Dia yang sering memainkan rasa, kini tak bisa mengendalikan rasa itu.
Di dalam kamar Ambar menangis, biar bagaimanapun dia seperti kebanyak wanita pada umumya yang menggunakan rasa.
Ambar pov
Aku tidak ingin patah hati lebih dalam. Aku memutuskan semuanya untuk mengamankan hatiku. Rasanya begitu sakit setelah mendengar dia telah kembali tidur dengan wanita lain.
Entahlah, mungkin aku terlalu munafik karena tak bisa menerima itu. Tapi seperti itu perasaanku saat ini. Lagi pula aku juga tidak ingin mencinta sendiri, mencintai seseorang yang tidak pasti mencintaiku.
Aku menangis cukup lama, hingga aku tertidur dan kembali terbangun saat pukul satu dini hari. Aku kembali mengemas baju dan buku tanpa peduli Mas Zayn sudah keluar dari apartemen atau belum.
Author Pov
Zayn tidak langsung pulang ke rumah setelah dari tempat Ambar. Lelaki itu memilih pergi ke penthouse miliknya. Di tempat itu dia ingin menenangkan perasaannya.
Satu botol wine sudah di teguknya agar bisa menghilangkan bayangan Ambar. Tapi , kenyataannya justru bayangan Ambar tak mau beralih dari pelupuk matanya.
Lelaki itu terus meracau tak karuan. Hingga dia tidak menyadari seberapa banyak alkohol yang dia teguk. Tak butuh waktu lama Zayn pada akhirnya ambruk di kamar mewah penthouse miliknya.
Mentari bersinar hingga rasa silau terasa di mata Zayn yang masih terpejam. Kepalanya masih terasa pusing dan rasanya dia tidak kuat jika harus bekerja hari ini.
Dering ponselnya yang tak mau berhenti membuat lelaki itu segera mengambil benda pipih yang ada di nakas.
"Halo..."
"Pak Zayn, Pak Darius mencari Anda di kantor." ucap Raka saat memberitahu jika big bos mencarinya.
"Sebentar lagi aku datang."Zayn langsung menutup panggilan Raka dan beranjak untuk membersihkan diri. Dia tahu jika papanya datang pasti ada hal serius yang akan di bahasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Dwi Puji Lestari
lanjut kak
2024-02-16
0
Khairul Azam
lnjut kak, semngt💪
2024-02-16
0
Thea_noni
terimakasih banyak Thor....buat up.na🙏
ditunggu ya Thor....aku seneng bgt baca cerita ini,merasa terhibur.
2024-02-15
1