Merasa Bersalah

Ambar memasuki kamar kos  dengan berlahan. Jam yang berdiri di rak buku menunjukkan pukul sembilan malam tepat. Dia memang sudah mengatakan pada Zayn jika kos yang dia tinggali akan ditutup tepat pukul sembilan. 

Setelah meletakkan tasnya di atas  tempat tidur, gadis berhidung mancung itu merebahkan tubuh lelahnya. Tatapannya menerawang memikirkan beban hidupnya ke depan.

Lelaki yang mengajaknya memainkan sebuah hubungan itu, seolah kini menjeratnya dalam sebuah takdir yang cukup melelahkan. 

Itu semua sangat melelahkan, berpura-pura di depan publik saja sudah sangat melelahkan, apalagi menghadapi mamanya dan perasaannya sendiri terhadap lelaki yang sedang memperjuangkan masa depan di sebuah sekolah militer.

Tiba-tiba dia merindukan sosok berkulit sawo matang itu. Sosok itu adalah Elang, lelaki berwajah tegas dan berkarakter kuat. Sejak zaman putih abu-abu, keduanya memang terlihat sangat serasi.

Tak lama kemudian, suara dering ponsel membuyarkan lamunannya. Dengan rasa malas, Ambar meraih tas yang baru saja dipakainya dan mengambil benda pipih yang kini terus bersuara. Nama ‘ Elang’ kini terpampang di layar ponsel yang terus menyala. 

“Assalamualaikum, Mas El.” sapa Ambar yang sudah duduk menatap ponsel yang memperlihatkan sosok lelaki gagah dengan khas rambut cepaknya.

“ Walaakum salam, Dek .” jawab Elang sambil tersenyum manis. Dia begitu terkesima dengan tampilan Ambar yang berbeda dari biasanya. 

“ Adek, dari mana? Kok cantik banget.” puji Elang membuat Ambar tersipu.  Elang memang lelaki yang lembut hingga membuat Ambar begitu mengaguminya.

“ Makan malam bersama teman, Mas.” jawab Ambar masih menampilkan senyum manisnya. 

“ Ohhh.... cewek apa  cwok?” lanjut Elang begitu penasaran, tidak biasanya Ambar berpenampilan se-elegan itu karena gadis yang dia kenal sederhana itu lebih menyukai gaya casual.

Ambar dibuat bingung  menjawab pertanyaan Elang. Sebenarnya, dia tidak ingin berbohong, tapi menjelaskan situasi  yang sedang dia jalani tidak cukup jika harus diceritakan lewat ponsel.

“Temanku ada yang merayakan pesta ulang tahun, Mas.”  jawab Ambar dengan kikuk. Ini pertama kalinya dia membohongi Elang dan dirinya merasa begitu jahat terhadap lelaki yang begitu baik padanya.

“Mas hanya ingin memberitahu jika sabtu nanti, Mas ada jatah buat plesir, bisakah kita bertemu?” tanya Elang, menjadi taruna akademi militer membuat Elang tidak punya banyak waktu untuk kegiatan liburan. Mereka dituntut habis-habisan untuk belajar dan latihan. 

Ambar terdiam,  entah kenapa rasa bersalah terus saja mengejar kala harus berhadapan dengan Elang. Dia seperti sedang mengkhianati lelaki yang memang pernah memintanya untuk menunggu, meskipun tanpa sebuah komitmen sebagai seorang kekasih. 

“Dek Ambar...” panggil Elang menyadarkan ambar akan kebimbangannya. 

“Ya, Mas. Insyallah, nanti aku kabari lagi ya, Mas !” jawab Ambar.  Selain membagi waktu kuliah dan bekerja, terkadang Zayn tidak membiarkan hidup Ambar tenang sama sekali. Lelaki itu bagai kutukan bagi Ambar. 

“ Ya sudah, Mas, tutup dulu, Adek jangan tidur malam-malam!” ujar Elang kemudian menutup panggilannya.

Melihat wajah cantik Ambar bagi Elang sudah lebih dari cukup untuk menutup aktifitas hariannya. Elang memang mencuri waktu  untuk sekedar melihat gadis yang selalu ada dalam rindunya setelah kegiatan apel malam. 

Ambar kembali dilanda rasa bersalah. Begitu baiknya sikap Elang padanya tapi dia malah mengkhianati lelaki itu meskipun hanya berpura-pura. Rasa bersalah yang terus mengejar  terkadang memang membuat Ambar ingin megkhiri semua ini.

Tapi, kenyatannya dia juga punya rasa yang sama pada Elang, rasa rindu yang masih bertahta di hati gadis itu hingga dia selalu ingin menunggu lelaki pujaan nya itu. 

“Maafkan Ambar, Mas.” lirih Ambar dengan mengusap sudut matanya yang sudah berair. Hatinya juga hancur saat membayangkan El akan menghakimi dirinya yang telah terjerat hubungan dengan lelaki lain. 

##

“Sial..” zayn melempar ponselnya di atas tempat tidur saat gagal menghubungi nomer Ambar tapi ternyata nomer gadis yang selau memancing emosinya itu sibuk. Berkali-kali dia memencet nomer itu tapi ternyata memang sama. 

“Dasar gadis tidak tahu diri, sudah di khawatirkan besok naik apa, malah enak -enakan pacaran. “ gerutu Zayn dengan kesal.  Lelaki yang sempat menemukan kunci motor Ambar itu terus saja menggerutu saat masuk ke dalam kamar mandi. 

Dengan guyuran air dingin di bawah shower, Zayn  terus menyegarkan kembali otak dan tubuhnya. Berhadapan dengan Ambar yang menurutnya sangat kaku itu hanya membuat dirinya cukup lelah. 

“ Tapi, dia lucu juga sih. “ gumam Zayn saat terlintas bayangan wajah Ambar  yang mirip wajah gadis timur tengah.

“ Astaga Zayn... jangan gila!” gerutunya lagi, saat mulutnya sempat memuji gadis keras  kepala  itu. 

 Zayn segera menyelesaikan kegiatannya di kamar mandi. Sebenarnya, hari ini sahabatnya Alvaro megundangnya ke club untuk merayakan ulang tahunnya, tapi rasa lelah setelah seharian bekerja dan acara makan malam bersama Ambar dan kedua orang tuanya membuat  Zayn enggan untuk pergi. 

Zayn keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk, tubuh dan rambutnya juga terlihat masih basah oleh beberapa tetes air. Langkahnya menuju walk in closset terhenti kala ponselnya terus saja berdering. 

“Hae  Zayn, kami sudah menunggumu!” suara Alvaro dari seberang langsung terdengar ketika  dia membuka panggilannya. 

“Siapa saja yang datang? “ tanya Zayn, dia yang awalnya merasa enggan itu pun merasa sungkan kala Alvaro sendiri yang menelpon. 

“Semua sudah datang, terasuk Karin, gadis seksi yang sempat jadi incaranmu dulu! Dia juga sempat menanyakanmu.” jawab Alvaro, lelaki yang sudah bersama kawan-kawannya itu mencoba menggoda Zayn yang sudah lama terlihat adem ayem setelah sekandal percintaannya bersama istri orang. 

 “Hem... sebentar lagi aku datang,” jawab Zayn kemudian menutup panggilannya. Bukan karena Karin dia akan datang, meskipun gadis itu sempat membuatnya tertarik karena tubuhnya yang begitu menggoda. Tapi kali ini ,dia hanya merasa sungkan saja pada sahabatnya karena hari sangat spesial untuk Alvaro.

Tidak butuh waktu lama Zayn sudah tampil rapi dengan blazer yang dipadu dengan kaos oblong dan celan jeans.

Keberadaan lelaki berwajah Indo itu memang selalu mengundang decak kagum banyak orang yang melihatnya terutama kaum hawa. Lelaki matang dan berkelas, wanita manapun akan bertekuk lutut kecuali dia menilai dari sisi hati dan perasaan.

Suara dentuman musik menggema di seluruh ruang, asap rokok dan aroma alkohol memenuhi ruangan dimana semua orang menikmati kesenangan dunia. 

Sebuah lambaian tangan dari Alvaro membuat Zayn tersenyum, lelaki yang punya tinggi 180 derajat itu pun mengayunkan langkah kakinya ke tempat dimana alvaro dan beberapa sahabatnya bersama gadis-gadis seksi sedang menikmati suasana club.

“Selamat ulang tahun! Semoga cepat punya anak!” ucap  Zayn pada Alvaro yang pernah besumpah jika dirinya akan berhenti pergi ke club ketika punya anak.

“ Sial, aku belum ingin menikah, Bro.” balas Alvora dengan suara sedikit berteriak karena bersaing dengan  hiruk pikuknya suara musik.

“Sejak tadi Karin menanyakanmu!” ucap alvaro memberi celah duduk di dekat karin. 

Gadis yang mengenakan gaun ketat dengan belahan dada rendah itu pun tersenyum pada Zayn. Zayn hanya membalas dengan senyum tipis sebelum mendudukkan tubuhnya dimana Alvaro sudah memberi tempat. 

Zayn langsung menyandarkan punggung di sofa itu membuat  Alvaro menatap heran. Beberapa waktu tidak bertemu dengan sahabatnya itu membuat alvaro menatap curiga. Zayn memang sudah berubah, dia sama sekali tidak melirik Karin.

” Mungkinkah adik kecilnya sudah tidak bisa bangun atau memang dia sudah bertobat?” batin Alvaro sambil menatap tajam lelaki yang kini masih duduk tenang bersandar pada sofa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!