Sore itu Ambar terdiam di depan laptop. Pandangannya menerawang jauh dengan rasa sedih yang tersimpan di hati kala dia mengingat Elang.
Semburat rasa kecewa masih membayang di wajah tegas lelaki yang lebih dulu mengisi hatinya. Ambar tahu ada kemarahan dalam mata lelaki itu saat dia mengatakan akan bertunangan dengan lelaki lain.
" Seandainya kamu tahu hatiku, Mas El?"gumam Ambar seraya menghela nafas lemah ketika dia tidak bisa berkonsentrasi dengan tugasnya.
Setelah Salat Ashar, gadis yang saat ini mengenakan bergo berwarna ungu itu bermaksud menyelesaikan tugas kuliahnya.
"Kenapa tidak membangunkanku?" Suara bariton itu membuat Ambar menoleh.
Zayn sudah berada di belakang Ambar dengan menikmati spagety dingin yang sempat dibuatkan oleh Ambar sejak tadi siang.
"Mas Zayn sepertinya lelah."jawab Ambar singkat tanpa melihat lelaki yang kini memperhatikannya dari belakang.
Lelaki itu pun memilih melanjutkan untuk menghabiskan makanannya. Baru kali ini ada gadis yang begitu acuh padanya.
" Jika sudah selesai makan, sebaiknya Mas Zayn pulang saja!" ujar Ambar masih dengan menatap layar laptopnya meskipun sulit untuk berkonsentrasi.
" Kamu mengusirku?" Seketika itu Zayn terhenyak dari duduknya dan berjalan mendekati Ambar kemudian meletakkan piring kotor di depan gadis itu.
" Tidak baik lelaki dan perempuan berduaan." ujar Ambar dengan merendahkan suaranya. Dia sedang malas berdebat dengan lelaki yang menatapnya tajam.
Gadis itu pun beranjak meninggalkan Zayn dan membawa piring kotor itu ke belakang.
"Kita akan bertunangan! Jadi wajar jika kita berduaan!" teriak Zayn kemudian langkahnya menyusul ke arah dapur, dimana Ambar langsung mencuci piring kotor yang baru saja digunakan Zayn.
Ambar masih terdiam, tapi reaksinya benar-benar membuat Zayn bertambah kesal hingga lelaki yang masih mengenakan kemeja kerja itu mendekati Ambar.
"Mbar!" panggil Zayn karena hari ini Ambar terkesan malas dan tidak bersemangat meski hanya untuk berdebat dengannya.
" Kenapa sih kamu?" ulang Zayn menghentikan gerakan Ambar.
Gadis itu pun menoleh ke arah lelaki yang berdiri di sebelahnya dengan tatapan malas.
"Tidak ada pasal jika akan bertunangan, ingat baru akan bertunangan lantas melegalkan semuanya." lanjut Ambar. Kalimatnya terdengar cukup datar.
" Kamu saja yang terlalu naif, Mbar!" sambut Zayn. Rasanya dia ingin mengatakan jika sekarang tidak ada jamannya orang hidup dengan aturan yang fundamental seperti itu.
" Terserah Mas Zayn sajalah! Lagian, hubungan kita hanya sebuah kepura-puraan." sambung Ambar yang merasa percuma bicara dengan orang yang belum mendapat hidayah.
"Bagaimana jika kita menikah sungguhan." Zayn yang merasa tertantang melahirkan kalimat itu dari mulutnya tanpa berfikir panjang.
"Tidak akan terjadi. Tidak ada dasar bagiku untuk menikah dengan Mas Zayn!" tolak Ambar seketika.
" Kenapa tidak? Aku punya kriteria yang membuat semua gadis tidak bisa menolakku."
" Tampan dan kaya!" lanjut Zayn dengan begitu percaya diri.
" Aku sedang malas berdebat, Mas! Yang pastinya aku tidak ingin menikah dengan Mas Zayn." ujar Ambar kemudian pergi meninggalkan Zayn yang semakin kesal.
Lelaki yang wajahnya memerah karena penolakan itu terus saja menatap Ambar yang kembali menuju depan laptop.
" Dia begitu angkuh." gumam Zayn dengan berniat menaklukkan gadis itu dan kemudian membuatnya patah hati.
Senja yang terlihat memerah di ufuk barat itu begitu indah di nikmati dari balik jendela apartemen Ambar.
"Apa yang membuatmu tidak mau menikah denganku?" tanya Zayn mengejar Ambar, sudah kepalang basah dengan penolakan gadis itu.
" Wanita juga menginginkan lelaki yang baik, tidak hanya lelaki saja yang menginginkan wanita baik-baik." jawab Ambar. Hal yang tidak di sukai Ambar dari Zayn karena lelaki itu senang mempermainkan perempuan.
"Aku tidak ingin menjalin hubungan dengan casanova." lanjut Ambar.
"Bagaimana jika aku bertobat ,Mbar?Aku benar-benar ingin menikah denganmu!" cecar Zayn. Pantang baginya ditolak, jika pun harus menolak itu pun harus dirinya.
" Aku kira tidak semudah itu. Hidup itu bukan seperti cerita novel, dimana banyak dari seorang casanova yang langsung tobat setelah bertemu cinderlela." ujar Ambar sambil tersenyum tipis.
" Jika pun ada yang berfikir mudah merubah karakter atau kebiasaan seseorang aku pikir dia sedang tidak berada dialam nyata, tidak realistis." lanjut Ambar. Gadis itu kemudian menatap wajah lelaki yang kini terlihat serius.
" Bagaimana jika aku bisa berubah, Mbar! Aku sudah ingin membina rumah tangga dengan wanita yang tepat."
" Dan aku pikir, itu dengan kamu!"lanjut Zayn terpaksa dia menggunakan rayuan dengan level tertinggi, karena pada kenyataannya Ambar gadis yang cukup realistis.
Ambar menatap mata yang berusaha menampilkan kesungguhan akan ucapannya. Dia memang belum mencintai Zayn tapi setiap wanita yang mendengar ajakan menikah dari seorang lelaki, dia pasti akan menanggapinya dengan serius.
"Please jangan berlebihan jika becanda, Mas!" jawab Ambar. Dia malah menjadi gamang saat wajah itu terlihat serius saat mengatakan semuanya. Bahkan, atmosfir di tempat mereka berbicara pun terasa begitu mencekam.
" Ting-tong .." sebuah bel berbunyi membuyarkan obrolan serius mereka.
Rasa lega pun menyelusup hati gadis itu, dia memang tidak bisa menjawab pernyataan Zayn meskipun dia tidak mencintai lelaki itu.
" Biar aku saja! Itu pasti Raka."ujar Zayn saat melihat Ambar akan beranjak dari duduknya untuk membukakan pintu.
Zayn memang meminta Raka menjemputnya di tempat Ambar karena dirinya sudah merasa sangat lelah jika harus menyetir sendiri.
" Masuk, Ka." ucap Zayn.
"Aku akan berpamitan dengan Ambar." Kalimat Zayn membuat Raka menautkan kedua alisnya karena merasa heran.
Sejak kapan bosnya itu santun dengan seorang perempuan? Apa ini nyata, atau pencitraan? Hanya Raka yang tahu jika hubungan Zayn dan Ambar hanya sebuah sandiwara.
"Aku balik dulu , Mbar. Besok aku menjemputmu!" pamit Zayn.
"Aku akan buktikan jika aku sudah berubah!" lanjut Zayn membuat Ambar hanya mengangguk ragu.
Satu sisi dari hati gadis itu tidak yakin jika Zayn akan berubah. Tapi, sisi terkecil lainnya membenarkan karena akhir-akhir ini Zayn tidak pernah lagi terlihat bermesraan dengan seorang gadis.
"Hati-hati ,Mas!" Pada akhirnya Ambar menjawab kalimat Zayn. Gadis itu pun mengantarkan dua tamunya itu keluar dari apartemennya.
Ambar menatap kepergian Zayn dan Raka dengan hati tak menentu. Jika hari ini pertemuannya dengan Elang merusak moodnya, sekarang pernyataan Zayn membuat Ambar bertambah gelisah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Azzam Azzam
jangan mudah luluh ya mbar....itu cuman trik nya zayn saja..aku berharap kamu yang bikin zayn luluh sama kamu
2024-05-03
0