Zayn mengerjapkan mata, saat silau sinar mentari menembus celah tirai. Lelaki yang belum sadar sepenuhnya itu pun memijat pangkal hidungnya karena merasakan sakit kepala.
"Astaga." ucapnya saat menyadari dia sedang tidak mengenakan apapun.
Kesadarannya kembali mengingat berlahan apa yang terjadi setelah dia dan Alea berdansa.
Semua kembali terjadi, kebiasaannya bermain wanita pun terulang lagi. Zayn mendesah ternyata dirinya masih sama. Sekilas, justru bayangan Ambar yang melintas hingga lelaki itu bergegas bangkit dan sesegera mungkin meninggalkan tempat itu.
Terima kasih untuk kehangatan semalam. Aku pergi terlebih dahulu karena ada pemotretan.
Zayn membaca sebuah kertas yang di tinggalkan Alea. Lelaki yang kini langsung masuk ke dalam kamar mandi itu pun berharap ini tidak akan terulang lagi.
Dengan langkah panjang, Zayn langsung meninggalkan hotel dan langsung menuju kantor.
Sebelum melajukan mobilnya dia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan. Rasanya ini sudah cukup siang, untuk datang ke kantor.
Mentari sudah bersinar menyilaukan mata saat lelaki yang kini turun dari mobil itu memasuki pintu utama gedung yang menjulang tinggi.
Dengan membuka kacamata hitamnya, Zayn memasuki lift yang membawanya naik ke lantai yang ada ruangannya.
"Raka, apa ada dokumen yang perlu ditanda tangani?"tanya Zayn menghampiri meja asistennya itu dengan wajah yang cukup serius.
"Sudah saya letakkan di mejanya Pak Zayn." ujar Raka membuat Zayn hanya mengangguk pelan.
" Oh ya Pak Zayn, tadi Mbak Ambar mampir ke sini!" Seketika itu pula nama 'Ambar' membuat lelaki gagah itu tersentak kaget.
"Katanya mau mengambil jas almamater, Pak." lanjut Raka Zayn merasa ada yang mencubit hatinya. Nama 'Ambar ' mengingatkannya pada kesalahan semalam yang tidak seharusnya terjadi.
Ambar pasti akan kecewa jika mengetahuinya.Tidak- itu tidak boleh terjadi, Ambar tidak boleh mengetahui kesalahan yang dia lakukan semalam.
" Biar aku menemuinya nanti." sambut Zayn, lelaki itu kemudian masuk ke dalam.
Lelaki itu menjatuhkan bobotnya di sofa yang ada dalam ruangannya. Dengan rasa penasaran, dia langsung menghidupkan ponselnya setelah semalam mati.
Beberapa panggilan masik.dan notifikasi pesan pun bermunculan di layar ponselnya. Dan satu pesan yang menarik perhatiannya yaitu pesan dari Ambar.
Mas jas almamaterku besok aja aku ambil bareng kita ketemu saat akan pergi ke pesta
Setelah membaca pesan dari Ambar, Zayn meletakkan kembali ponselnya dan menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa.
Ambardina. Nama itu ternyata mampu membuat hatinya sekacau ini. Hatinya menjadi liar hingga dia tidak bisa mengendalikan akal dan pikirannya, saat dia ingin bertemu Ambar.
###
Hari ini pesta pernikahan relasi bisnisnya. Zayn memang berencana datang ke apartemen Ambar lebih awal, agar tunangan palsunya itu bersiap dengan tidak terburu-buru.
Dengan mengenakan blazer santai ,lelaki gagah dan tampan itu memencet bel apartemen Ambar.
" Mas Zayn. Aku belum bersiap sama sekali."ujar Ambar saat melihat sosok lelaki tampan itu sudah ada di depan pintu apartemennya.
"Aku akan menunggu!" jawab Zayn.
"Apa kamu tidak mempersilahkan aku, masuk?" lanjut Zayn, dia memang sengaja datang lebih awal karena ingin berlama-lama dengan Ambar.
"Silahkan masuk, Mas Zayn!" ujar Ambar saat mempersilahkan Zayn masuk.
Zayn mengikuti langkah Ambar, hingga gadis itu mempersilahkan Zayn duduk di sofa yang terletak di ruang utama.
Ambar pun langsung masuk ke dalam kamar tanpa menawari minum. Dengan tergesa-gesa, Ambar melakukan persiapan. Hingga tak butuh lama gadis itu keluar kamar dengan tampilan berbeda.
"Aku sudah siap, Mas." ujar Ambar aaat berdiri di depan lelaki yang masih menatap layar ponselnya.
Saat mendongakkan wajah, Zayn sempat terpana dengan kecantikan Ambar, sapuan make up flawless dan gaun pesta yang terlihat elegant itu benar-benar membuat Ambar cantik.
" Mas. "panggil Ambar menyadarkan lamunan Zayn.
" Ayo kita berangkat!" sambut Zayn berusaha menetralkan detak jantungnya yang terasa saling berpacu.
Selama di dalam mobil keduanya terdiam. Hanya saja, sesekali Zayn melirik gadis yang duduk di sebelah kemudi itu hingga terasa mereka sudah sampai di sebuah hotel yang menjadi tempat diadakannya acara.
Ambar terdiam sejenak saat keluar dari mobil, terus terang saja, rasa percaya dirinya sedikit menciut saat melihat tamu undangan yang nampak berkelas dan elegan.
" Ayo, Mbar!" ujar Zayn dengan menggandeng tangan Ambar. Dia tahu Ambar jarang sekali mendatangi pesta seperti ini.
Semua mata tertuju pada keduanya, Zayn dan Ambar memang terlihat serasi meskipun jelas sekali jarak pada usia mereka. Aura yang terpancar diantara keduanya juga sangat berbeda tapi terlihat memberi keseimbangan.
Zayn mengajak Ambar menyapa kedua mempelai, " kamu mau makan?"tanya Zayn pada Ambar setelah mereka kembali berada di tengah-tengah pesta.
"Nanti saja, aku ingin minum!" jawab Ambar, kemudian membawa Ambar ke arah tersedianya berbegai jenis minuman.
Zayn mengedarkan pandangan diantara riuhnya pesta, lelaki itu melihat seseorang yang ada diantar gerombolan lelaki-lelaki pengusaha itu melambaikan tangan memanggil.
" Bagaimana jika aku menemui temanku sebentar?" tanya Zayn membuat Ambar mengikuti arah mata Zayn.
" Nggak apa-apa. Mas Zayn kesana saja!" sambut Ambar.
" Benar?" tanya Zayn sekali lagi hingga Ambar mengangguk dan tersenyum.
"Jika butuh sesuatu telepon Mas atau kirim pesan." ujar Zayn sebelum meninggalkan Ambar sendirian dan menemui teman-temannya.
Setelah Zayn melangkah dan menyapa teman-temannya yang semua cowok itu. Ambar memilih duduk dengan menikmati jus orange dan hiburan yang sudah di sediakan.
" Semalam aku ke club malam bertemu Alvaro dan Zayn!" suara itu membuat Ambar menoleh.
Segerombolan para wanita yang baru datang dan sedang berbincang itu menarik perhatian Ambar.
" Terus gimana?" jawab gadis yang mengenakan kemben.
"Kami minum sebentar. Aku ngajak Zayn ke lantai dansa."cerita gadis berambut panjang yang punya tinggi badan semampai. Dia adalah Alea.
"Emang dia mau? Katanya sekarang susah diajak bersenang-senang. Apalagi dia kan, sudah bertunangan." sambung salah satu lagi diantara mereka.
"Mau dong. Siapa yang bisa menolak Alea. Bahkan, setelah itu kami pergi ke hotel untuk melanjutkan kesenangan kami."cerita Alea membuat sorakan Kecil diantara mereka.
" Kasian tunangannya. Tapi, resiko punya cowok keren dan kaya. Serius ini, permainan Zayn memang bukan kaleng-kaleng." lanjut Alea.
Wajah Ambar seketika menjadi pias, entah rasa marah macam apa yang menguasai hatinya hingga gadis itu tidak tahan mendengar semuanya.
Wajah putih yang berubah merah itu tertunduk. Pelupuk matanya berusaha membendung air matanya yang hampir tidak tahan untuk di tumpahkan. Entah kenapa mendengar semua itu hatinya begitu sakit.
Aku pulang sekarang.
Setelah mengirim pesan ke Zayn, Ambar pergi meninggalkan pesta tanpa peduli lelaki itu membaca pesannya atau tidak.
Air matanya berhasil tumpah saat dia berjalan menjauh dari gedung bertingkat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Thea_noni
aku suka bgt sama ceritanya kak,ayok kak.... semangat buat up terus yaa...💪💪
bismillah dipermudah buat up,aku tungguin terus 😁
2024-02-14
0
Dwi Puji Lestari
jgn2 emg sengaja ngmg didpn ambar...jgn sampai zayn dijebak
2024-02-14
0
Khairul Azam
lnjut kak, semangat💪
2024-02-13
1