Bertemu Ambar

Hampir sebulan setelah Ambar memutuskan hubungan palsu itu, Zayn pun menghabiskan waktunya untuk bekerja. Tapi, entah kenapa hari ini dia begitu merindukan gadis itu hingga sulit untuk berkonsentrasi.

Pukul enam petang, Zayn sudah keluar dari kantor. Rasanya percuma jika dirinya terus memaksa untuk menyelesaikan pekerjaan seperti biasa hingga pukul sepuluh atau sebelas malam.

Mobil melaju dengan pelan menuju sebuah kawasan dimana Ambar memilih kos barunya.

Dari kejauhan lelaki yang menghentikan mobilnya terus menatap rumah berlantai dua yang dihuni beberapa mahasiswi. Zayn berharap bisa melihat Ambar meski dari kejauhan.

Beberapa sepeda motor cowok terparkir di sana dan bisa terlihat jelas beberapa cowok dan cewek berbincang di ruangan depan yang terlihat sengaja dibuat untuk tamu cowok.

"Aku akan mengambil fotokopian dulu!" suara khas Ambar masih terdengar oleh Zayn meski sedikit samar.

Sementara, beberapa gadis sudah nampak masuk duluan dan Ambar dengan membawa kantong plastik hitam memilih berjalan menuju ke sebuah fotokopian yang terletak tidak jauh dari kos putri itu. Zayn memang sudah hafal, sehabis Magrib Ambar dan teman-temannya biasa mencari makan malam.

Sejenak, Zayn menyandarkan kepalanya di sandaran jok mobil. Dia memang salah langkah dan tak menyangka jika berakhir seperti ini.

Zayn kembali menegakkan kepala saat melihat bayangan Ambar dengan membawa tumpukan kertas fotokopian yang terlihat memberatkan tangan kiri gadis itu.

"Ambar." panggilan seorang cowok membuat Zayn menaikkan sedikit lagi jendela mobilnya agar Ambar tak melihat keberadaanya.

"Dua hari lagi ada acara makrab mahasiswa baru. Kamu ikut nggak?" tanya lelaki yang terlihat seumuran dengan Ambar.

"Nggak tahu juga. Aku sedang fokus untuk pengiriman mahasiswa ke Australi." jawab Ambar dengan ragu. Dia sebenarnya menyukai acara-acara seperti itu, tapi saat ini dia ingin fokus untuk belajar.

" Yah, Mbar. Kurang seru kalau nggak ada kamu." sambut cowok itu. Keduanya pun terlihat berjalan hingga depan kos Ambar dan Ambar pun masuk ke dalam.

Zayn tertegun mencerna pembicaraan keduanya. Australi, itu artinya Ambar akan menetap cukup lama. Hatinya semakin gelisah saat memikirkan Ambar yang semakin sulit dijangkau olehnya. Gadis itu seolah sengaja menjauh darinya.

" Aku benar-benar gila olehmu, Mbar." gumam Zayn dengan mata yang sudah berair. Inilah pertama kalinya dia menangisi seorang perempuan.

"Seharusnya alurnya tidak seperti ini, seharusnya aku jatuh cinta dulu baru kita bertunangan. Bukan malah aku jatuh cinta saat kamu memutuskan mengakhiri hubungan ini." Zayn bermonolog dengan pikirannya. Satu hal yang kin membuat pikirannya berbeda terhadap Tuhan.

Ternyata alur Tuhan lebih sempurna dari pada alur yang dia buat. Entah kapan perasaan yang mengacaukan hatinya itu hadir.

Zayn pun kembali melajukan mobilnya menuju penthouse. Sejak putus dengan Ambar dia jarang sakali pulang, dia seperti kehilangan tujuan.

Setelah membuka pintu dan memasuki ruangan mewah itu, Zayn langsung berjalan menuju lemari pendingin untuk mengambil sebuah botol wine.

Flash Back

"Aku takut sama orang yang sedang mabuk. Dia kan gila, nggak bisa mikir." ujar Ambar dengan lugasnya suatu ketika kala mereka melihat seorang gerombolan yang sedang menikmati minuman keras.

"Ya nggak seperti itu juga. Kamu kira orang mabuk langsung hilang ingatan, nggak sadar dan jadi gila?" sambung Zayn. Baginya mabuk adalah hal biasa yang dia lakukan kala menghilangkan stress.

" Tapi, pokoknya aku takut. Nggak tau juga seperti apa pikiran orang mabuk yang sebenarnya." lanjut Ambar, membuat Zayn tersenyum kala itu.

Flash On.

Zayn tertegun kala mengingat loncatan-loncatan kebersamaannya bersama Ambar.

Lelaki yang hampir saja menuangkan minuman beralkohol itu pun tertegun sejenak. Kemudian mengurungkan niatnya. Dia juga menyadari minuman itulah yang membuat dirinya dan Alea hingga terjebak dalam kesalahan semalam.

###

Ambar melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Pukul sembilan jam pertama berakhir dan akan di sambung lagi pukul dua sore. Tapi setiap kali ada sela jam mata kulian, Ambar memang sering menghabiskan waktunya di perpus.

Tapi hari ini, dia harus pergi ke resto karena ada satu buku yang belum selesai di baca tertinggal di ruangannya yang dulu.

Dengan menaiki motor matic miliknya, Ambar pun melaju menuju restoran. Siang yang cukup cerah, gadis itu pun meneliti jika ada keberadaan mobil Zayn tapi ternyata tidak ada. Hingga dia dengan tenang bisa masuk ke dalam resto.

" Mbak Ambar, apa kabar?" tanya orang yang dipercaya Zayn untuk mengurus resto.

" Baik , Mas." ujar lelaki itu.

" Ruangannya sudah kangen." lanjut cowok itu.

" Ini aku mau ke sana mengambil buku." balas Ambar sambil tersenyum.

" Silahkan -silahkan!" manager resto pun mempersilahkan Ambar untuk masuk ke dalam.

Gadis yang mengenakan blus model kimono yg dipadu dengan rok dengan potongan lebar itu membuat Ambar terlihat anggun. Gadis itu pun akhirnya berjalan menuju ruangannya.

Sekilas dia memperhatikan sesuatu di sekitar dengan seksama. Rasanya dia memang merindukan saat-saat waktunya habis untuk mencari uang tambahan.

Di bukanya handle pintu ruangannya. Ruangan yang masih sama, Ambar pun langsung menghampiri sebuah foto dirinya yang lupa terbawa.

Gadis itu pun segera ingin mengambilnya, Tapi suara itu menghentikan gerakannya, "ruangan ini sudah menunggumu!"suara Bariton itu membuat Ambar tersentak kaget.

Ambar langsung berbalik. Matanya kini tertuju pada sosok yang berusaha dia hindari. Zayn Bagaskara, pria itu memang membuat dilema besar di hatinya.

" Aku sudah mengalihkan resto ini padamu!" ujar Zayn dengan tegas. Meskipun, hatinya penuh dengan kekacauan dia berusaha tetap menjadi Zayn yang sama.

" Aku tidak berhak, Mas. Aku tidak menyelesaikan tugasku dengan semestinya." lanjut Ambar kemudian menundukkan pandangannya dan melangkah menuju meja kerjanya untuk mengambil sebuah buku.

Tapi, saat itu telpon berdering dan ternyata dari Bram, suami sepupunya. Ambar pun langsung membuka panggilannya.

Terlihat Ambar menegang, membuat Zayn pun menatapnya penuh selidik.

"Iya, Mas. Aku masih di resto." ujar Ambar kemudian melihat layar ponsel yang ternyata panggilannya di tutup dari sebrang.

" Siapa?" tanya Zayn dengan penasaran.

"Mas Bram, mbak Gendis pergi." jawab Ambar. Wajah Zayn pun tak kalah kaget,tapi lelaki itu pun hanya terdiam kemudian membuka layar ponselnya.

Keduanya kembali membisu dalam satu ruangan, hingga suara ketukan itu terdengar. Dan ternyata Bram sudah membuka pintu ruangan tempat Ambar dan Zayn saling membisu.

"Apa yang terjadi, Mas?" tanya Ambar kemudian berdiri menyambut Bram.

"Gendis pergi, Mas kehilangan jejaknya. Kamu tahu saudara atau keluarga yang kemungkinan di datangi Gendis?" tanya Bram dengan panik. Lelaki yang belum tahu kabar istrinya itu tak peduli jika seseorang sedang menatapnya tajam.

" Sepertinya Mbak Gendis hanya dekat dengan Papa. Tapi, nanti aku coba hubungi satu persatu saudara jauh kami."jawab Ambar.

Terpopuler

Comments

Dwi Puji Lestari

Dwi Puji Lestari

jgn2 nt gendhis nemuin zayn..

2024-02-23

0

Khairul Azam

Khairul Azam

lnjut kak, semngt💪

2024-02-22

0

Hana Roichati

Hana Roichati

lanjut thor, bagus lho ceritanya,, aku selalu menunggu up nya terus 👍👍

2024-02-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!