Ambar mengekor di belakang Zayn, saat memasuki rumah mewah dengan gaya interior modern. Rasa gugup memang tidak bisa disembunyikannya
Beberapa foto dan lukisan yang menempel di dinding, menyambut setiap orang yang masuk ke dalam rumah megah itu.
Sejenak Ambar memperhatikan lampu kristal yang menggantung elegan di beberapa ruangan. Semua seolah menunjukkan kelas strata si mpunya rumah.
" Ehem... ehem... " Sebuah deheman dari seorang wanita dengan tampilan glamor membuyarkan kekaguman Ambar.
"Seharusnya kamu bisa mengajari kekasihmu cara bersikap di rumah orang, Zayn." tegur Farhana saat melihat Ambar yang terlihat memperhatikan detail ruangan mewah rumah keluarga besar Bagaskara.
"Please, Ma. Jangan membuat kericuhan kali ini." pinta Zayn pada wanita yang menatap Ambar dari atas hingga ke bawah dengan pandangan cemeh.
Zayn mendekat ke arah gadis yang hanya menunduk. Raut wajah tidak senang yang di tunjukkan Farhan pada Ambar, membuat Ambar mengurungkan niat untuk bersalaman.
"Jangan hiraukan, Mama! Semua orang di matanya tidak ada yang benar." bisik Zayn pada Ambar kala mamanya berjalan lebih dulu ke meja makan.
Ambar menarik nafas panjang, dia kembali mengingat kalimat lelaki di sebelahnya, jika dia bukanlah calon menantu keluarga Bagaskara yang sebenarnya, jadi tidak ada alasan untuk terbawa perasaan.
"'Sayang... " panggil Zayn dengan menarik satu kursi yang akan diduduki oleh Ambar.
Ambar tersenyum palsu, karena dalam hatinya dia juga tahu jika lelaki yang kini menunjukkan senyum ramahnya itu hanyalah penuh kepura-puraan.
" Sejak kapan kamu semanis itu pada perempuan? Jangam berlebihan, bisa jadi mereka akan ngelunjak!" celetuk Farhana ketika melihat putranya memperlakukan Ambar dengan begitu manis.
Setahu wanita yang melahirkan lelaki dengan julukan Don Juan itu, putranya tidak pernah sebucin itu pada kekasih -kekasihnya yang dulu, Bahkan dia merasa banyak wanita yang datang untuk menyerahkan segalanya pada putra mahkota keluarga Bagaskara.
"Wajarkan, Mam, jika seorang lelaki memperlakukan istrinya seperti ratu!" sambut Zayn diikuti lirikan tajam ke arah Ambar, membuat Ambar membalas dengan lirikan sinis.
Bagi Ambar, bagaimana bisa lelaki sebrengsek itu bersikap soalah dia seorang yang begitu gantleman terhadap wanita? Hal itu yang semakin membuat Ambar begitu muak dengan Zayn.
"Selamat malam." sapa seorang lelaki yang sudah berumur dengan wajah bule.
"Selamat malam, Om." sambut Ambar kemudian berdiri dengan melipat kedua tangannya di depan dada.
"Silahkan, duduk!" Lelaki yang mirip dengan Zayn itu dengan wibawa mempersilahkan kembali gadis berjilbab itu untuk kembali duduk.
Keadaan kembali hening, hanya dentingan suara sendok dan piring yang terdengar. Seperti biasa, tidak ada yang bersuara hingga akhirnya satu persatu yang ada di meja makan menyelesaikan makan malamnya.
"Aku dengar kamu masih kuliah." ucap Farhana membuka pembicaraan diantara mereka.
"Iya, Tante." jawab Ambar dengan menggangguk sopan.
"Dan kamu bekerja di salah satu resto milik keluarga kami?" lanjut Farhana kemudian di iyakan kembali oleh Ambar.
"Berarti orang tuamu kesulitan untuk membiayai pendidikan kamu?"
"Hana... " sela Papa Zayn dengan suara tajam ke arah istrinya.
"Itu bukan hal penting untuk hubungan kami, Ma." lanjut Zayn kala melihat wajah Ambar tertunduk dan memerah.
"Jelas penting, Zayn. Menantu keluarga Bagaskara harus punya bibit, bebet dan bobot yang setara dengan kita." lanjut Farhana.
"Mama tidak mau punya menantu yang hanya menginginkan kamu karena hartamu."
"Mam... " sela Darius Bagaskars kembali memperingatkan.
"Ambar, iya nama kamu Ambar, kan?" tanya Darius membuat Ambar menatap lelaki yang begitu berwibawa itu.
"Iya, Om." jawab Ambar.
"Jangan panggil, Om! Panggil saja Papa."
"Dia kan masih calon... "
"Bagaimana Ambar?" tanya Darius tanpa peduli protes istrinya. Lelaki yang sudah hafal watak istrinya itu memang merasa Ambar gadis yang baik, berbeda dengan gadis-gadis sebelumnya yang beberapa kali dibawa putranya.
Ambar menatap Darius dan Farhana bergantian. Kemudian beralih pada Zayn, hingga lelaki yang sudah faham itu mengangguk.
"Iya, Pa." jawab Ambar dengan canggung. Sementara Farhana melengos saat Ambar mendapatkan perlakuan istimewa dari suaminya.
"Jadi, kapan kalian akan menikah?"
"Papa harap kamu jangan suka mengulur waktu lagi, Zayn. Ingat umurmu sudah cukup untuk berumah tangga." ucap Darius dengan menatap tajam putranya. Beliau sudah bosan dengan berbagai skandal yang melibatkan putranya.
"Ambar masih kuliah, Pa!" ujar Zayn dengan salah tingkah. Dia tidak menyangka jika papanya akan mendesaknya seperti ini.
"Tidak masalah, jika sudah mau bertunangan otomatis sudah siap untuk menikah." ucap Darius.
Mendengar kalimat Darius membuat Ambar menatap tajam Zayn. Sungguh, dia tidak akan pernah mau melakukan sandiwara ini hingga pernikahan.
"Tapi, Pa. Kita juga harus mengenal calon besan kita! " protes Hana berusaha mencegah pernikahan putranya dengan gadis yang dianggap tidak pantas mendampingi putranya.
"Kita memang akan berkenalan dengan mereka dan sekalian membahas pernikahan mereka." jawab Darius.
Semua terdiam mendengar keputusan Darius, terlebih Ambar, dia merasa tenggorokannya tercekat dan sebuah beban berton-ton menimpa tubuhnya hingga dia hanya bisa tertegun mendengar keputusan itu.
"Baiklah, Zayn akan mengaturnya." ucap lelaki yang kini memikirkan banyak hal agar tidak akan terjadi pernikahan dengan gadis yang sama sekali tidak dia inginkan. Makan malam pun berakhir. Zayn, mengantar Ambar untuk balik ke kos.
Mobil meluncur dengan kecepatan sedang. Alunan audio dengan lagu romantis itu pun mengiringi kebisuan diantara keduanya.
"Setelah kita ke rumah orang tuamu. Aku ingin kamu pindah ke apartemenku." ujar Zayn membuat Ambar seketika menoleh. Menurut Ambar, itu semua adalah ide gila yang akan membuat situasi menjadi rumit.
"Kali ini kamu harus mengikuti rencanaku."ujar Zayn masih menatap jalan yang ada di depannya.
"Jangan harap? Kita hanya pura-pura dan aku tidak ingin kamu menguasai diriku sepenuhnya."
"No! " Ambar benar-benar tidak ingin jika harus tinggal di apartemen lelaki yang dianggapnya mengerikan.
" Jika kamu tidak mau tinggal di apartemenku, setidaknya aku akan menyewakan apartemen untukmu!" ujar Zayn.
"Sebenarnya apa yang kamu harapkan dariku? Kenapa juga aku harus menurut semua yang kamu mau? "
" Mas!!!"
" Dari tadi 'kamu-kamu' terus! " protes Zayn membuat Ambar terdiam. Rasanya berdebat dengan lelaki di sebelahnya itu memang percuma. Dia tidak akan mendapatkan kesepakatan.
Mobil berhenti di jalan yang lumayan sepi, Ambar pun turun, disusul Zayn membuka pintu mobilnya. Di depan Gang menuju kos Ambar mereka tengah berdiri di luar mobil.
"Aku memintamu untuk pindah di apartemen agar sandiwara kita tidak terendus orang lain." Zayn melanjutkan obrolan mereka setelah keduanya berdiri di luar mobil.
"Terserah! " ucap Ambar tanpa berpamitan, gadis itu menjinjing sedikit gaun panjangnya saat berjalan menuju kosnya.
Gang yang sepi, sebenarnya Ambar takut setiap melewati rumah kosong dengan penerangan minim yang ada sebelum sampai kosnya.
Dengan mengendarai sepeda motor saja, dia dibuat ngeri. Apalagi, saat ini dia berjalan kaki, rasanya langkah kaki kecilnya itu tidak bisa mengikis jarak yang dilewatinya.
"Nggak usah terburu-buru!" suara yang di kenalnya membuat Ambar menoleh.
Rasa lega menyusup perasaannya kala melihat Zayn di belakangnya. Ambar pun pura-pura tidak peduli, tanpa merespon keberadaan Zayn dia kembali melangkah, tapi kali ini dengan perasaan lega.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments