"Apa kamu menyukainya?" tanya Zayn saat melihat Ambar menikmati panorama di sekitar tempat mereka makan.
"Bagus." jawab Ambar sambil tersenyum. Gadis itu memang menyukai suasana pantai. Pantai yang menghampar luas, batu karang yang menjulang tinggi membuat sensasi keindahan tersendiri jika dilihat dari tempat mereka makan. Resto itu memang terdapat di daratan yang paling tinggi dari semua panorama tersebut.
"Aku ingin kamu memakainya!" ujar Zayn dengan menyodorkan sebuah kotak jam tangan mahal dari merk internasional. Lelaki itu bermaksud menghujani Ambar dengan hadiah-hadiah mahal agar dia bisa mengambil hati gadis yang menjadi targetnya.
Melihat jam tangan mahal itu, Ambar justru menatap Zayn dengan penuh ragu. Menurutnya itu terlalu mahal jika dikenakan oleh mahasiswa biasa seperti dirinya.
" Maaf, aku tidak bisa menerimanya, Mas. Ini terlalu mewah." ujar Ambar dengan mendorong kotak itu ke depan Zayn. Bagi Ambar semua ini sangat berlebihan.
Mendapat penolakan seperti itu, Zayn langsung menatap gadis di depannya dengan menghela nafas lemah. Entah, dengan cara apa lagi dia mengambil hati gadis angkuh di depannya itu.
"Jangan mencoba mempermalukan aku dengan mengembalikan apa yang sudah aku beri! Atau kamu bisa membuangnya setelah nanti." ujar Zayn bersamaan tangannya mendorong balik kotak jam tangan ke depan Ambar.
Sejenak Ambar terdiam, dia pun menatap wajah yang diakuinya tampan itu dengan ragu. Angin yeng bertiup lembut itu pun tak bisa dia nikmati kala kebimbangan ada di benaknya. Selain tak ingin mudah terlena dengan lelaki di depannya, dia juga tak ingin mengecewakan siapapun.
" Aku hanya sedang berusaha meyakinkanmu, Mbar! Aku serius ingin menikah denganmu."Kalimat seperti itulah yang membuat Ambar melemah.
Apalagi saat menatap mata biru secara mendalam. Sorotnya yang mengisyaratkan sebuah permohonan padanya.
" Please, Mbar! Biarkan aku berjuang." Sekali lagi kalimat itu membuat hati Ambar mulai goyah. Dia merasa ada sebuah kesungguhan dari lelaki yang mengucapkan kalimat itu, meski kenyataannya itu hanya sebuah siasat sang penakluk.
" Terima kasih, Mas."Akhirnya Ambar mengambil kotak jam itu dan menerbitkan senyum di wajah Zayn.
" Lalu, Mbak Gendis?" lanjut Ambar, ada secuil rasa ragu saat dalam hati Ambar saat menerima hadiah-hadiah itu.
Ambar tahu, bagaimana Zayn mencintai Gendis. Sebab perasaan cinta lelaki itu pada sepupunya, dia pun harus menjadi tumbal dari harga diri lelaki di depannya.
" Dari awal aku tidak ingin merusak rumah tangga orang, Mbar." jawab Zayn.
Ambar pun kembali bungkam dan kemudian menunduk. Bagi Ambar semua sangat rumit. Bermain dengan perasaan bukanlah sesuatu yang bisa dirumuskan atau ditakar besarannya.
" Ehem..ehem... kamu tidak ingin turun di pantai?" tanya Zayn memecahkan kebisuan diantara mereka.
"Tapi jalannya jauh dan melewati semak." jawab Ambar.
" Ada Mas Zayn, Mbar! " sela Zayn dengan candaannya. Ini pertama kalinya Ambar melihat Zayn sedang bercanda. Biasanya lelaki itu terlihat begitu serius dengan ponsel di tangan.
"Mau aku gendong?"tawar Zayn membuat Ambar tersenyum dan menggeleng.
Cuaca memang masih sangat terik dan jalannya pun terlihat sangat terjal dengan bebatuan kecil yang masih alami. Pantai yang mereka tuju itu belum tersentuh oleh proyek manapun hingga membuatnya sangat indah.
"Aku bisa sendiri. Aku juga pernah naik gunung kok." ujar Ambar langsung berdiri dan melangkah.
Keduanya berjalan bersama, Zayn mencoba menggoda Ambar dengan menyentuhkan lambaian tangannya hingga mengena pada tangan Ambar.
" Mas Zayn." sergah Ambar sambil menatap tajam Zayn yang kemudian terkekeh. Iya bagi Zayn itu memang aneh dan terkesan kolokan tapi bagi Ambar itu sudah menjadi alasan untuk protes karena tidak hanya sekali atau dua kali Zayn melakukannya.
"Iya-ya, nggak lagi!"ujar Zayn dengan mengangkat tangannya. Ambar pun terlihat memberi jarak pada lelaki itu.
Mereka pun kembali berjalan dan menuruni jalan bebatuan kecil berwarna putih. Senyum merekah diantara keduanya, meski dengan alasan berbeda. Ambar tersenyum karena menikmati indahnya suasana pantai, sedangkan Zayn tersenyum karena merasa caranya menggoda wanita begitu kolokan.
" Mbar, hati-hati!" saat melihat Ambar langsung berlari menghadang gulungan ombak saat mereka sudah ada di bibir pantai.
Ambar pun masih asyik bermain air tanpa memperhatikan banyak hal, sementara Zayn masih sibuk menggulung kemejanya dan celana kain yang dia di pakai sejak dari kantor.
Zayn tersenyum melihat Ambar yang sedang bermain air dengan lepas. Tapi, senyum lelaki itu langsung surut saat memperhatikan dengan teliti sesuatu yang dibawa air.
" Ambar, kembali kesini!" titah Zayn sedikit tegang, saat dia melihat beberapa ubur-ubur bersamaan gelungan air ombak.
" Apa ,Mas!" teriak Ambar menjawab Zayn, kaki di bawah lututnya sudah tak tampak karena tenggelam dalam air.
"Cepat naik, Mbar! Ada ubur-ubur." Zayn berusaha menerjang kuatnya deburan ombak agar bisa menarik tubuh Ambar untuk segera naik ke daratan.
" Aduh!" pekik Ambar dengan sedikit membungkuk saat kakinya merasakan sesuatu yang menyakitkan.
Zayn pun mempercepat geraknya saat melihat Ambar meringis dan membungkukkan tubuhnya. Wajah putih itu sudah terlihat memerah.
" Kakiku sakit,Mas!" lirih Ambar dengan rasa sakit yang terasa sangat.
Zayn pun langsung menggendong Ambar kembali menepi dengan hati hati agar tidak terkena ubur-ubur.
" Sakit, Mas." air mata ambar sampai menetes menahan di kakinya yang sudah meruam.
" Jangan di pegang!" cegah Zayn dengan menahan tangan Ambar yang akan meremas bagian yang terasa perih, panas dan sangat menyakitkan.
" Tapi sakit hik hik, benar- benar sakit!" Ambar hampir histeris karena rasa sakit itu. Tak lama kemudian tubuh itu meluruh pingsan karena tidak bisa menahan rasa sakitnya.
Zayn pun kembali menggendong gadis itu naik ke atas dengan panik. Dia tidak menyangka jika hewan beracun itu membuat Ambar tak sadarkan diri.
Dengan wajah tegang dan rasa cemas, Zayn terus membawa Ambar kembali naik ke atas untuk mencari pertolongan.
Melihat Zayn menggendong gadis yang pingsan akhirnya beberapa orang mendekat termasuk beberapa anggota SAR yang berjaga.
Mereka pun membawa Ambar ke pos team Sar untuk mendapatkan pertolongan.
" Ini memang lagi musim ubur-ubur ,Mas." ucap seorang bapak-bapak sambil bersihkan bagian ruam di kaki putih Ambar.
Jika bukan karena mengobati Ambar, Zayn tidak akan terima lelaki lain menatap kaki putih milik Ambar.
"Jangan lama-lama membersihkan kakinya." ucap Zayn dengan tatapan tajam.
" Sudah selesai, Mas. Ini obat anti nyerinya. Jika sudah sadar tolong suruh meminumnya."ujar lelaki itu kemudian keluar dari ruangan berpetak itu.
"Mas!"lirih Ambar saat mulai tersadar.
"Kamu sudah sadar."Zayn membantu Ambar untuk duduk dan kemudian meminta gadis itu untuk segera meminum obat anti nyeri.
"Maaf aku merepotkan."ucap Ambar merasa bersalah karena sudah menciptakan kehebohan.
" Jangan bicara seperti itu!"jawab Zayn dengan menatap wajah pucat itu. Entah kenapa ada yang berbeda saat memperhatikan wajah Ambar yang terlihat lesu.
"Masih sakit?" tanya Zayn. Entah sejak kapan lelaki itu fasih menanyakan perhatian kecil seperti itu.
"Sedikit!"jawab Ambar dengan sedikit tersenyum. Saat tatapan mata mereka saling beradu ambar langsung mengalihkan tatapannya pada kakinya yang masih memerah. Tanpa berfikir lama, Zayn pun langsung mengajak Ambar untuk kembali.,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Dwi Puji Lestari
kayaknya ada yg tumbuh benih2 asmara nih...
2024-01-24
0
Imas Hamidah Muhammad
kok aina bisa tau kalo kirey ngajar di situ, barru aja kirey bahagia ada aja halangan nya , aina gak sadar diri ya kan alex gak suaka sama dia masih aja ngejar dan bikin ulah lagi
2024-01-23
1
Titin Rustini
makasih updatenya kk author 🙏 semangat ditunggu untuk doubel up-nya 🤭
2024-01-23
1