Di dalam mobil Ambar terus menatap keluar jendela. Perasaannya kini bercampur aduk karena perbuatan lelaki yang sesekali meliriknya.
"Maafkan, aku!" suara Zayn memecahkan kebisuan diantara mereka.
Saking kesalnya Ambar tak menjawab kalimat Zayn. Melihat wajah lelaki itu pun rasanya membuat Ambar menjadi enggan.
"Mbar..."
"Apa dengan minta maaf semua bisa kembali?" sela Ambar dengan kesal.
"Kita akhiri saja sandiwara ini! Aku tidak ingin hal ini terjadi lagi!" ujar Ambar.
Mendengar apa yang baru saja diucapkan gadis di sebelahnya, Zayn langsung membanting setir ke kiri dan menghentikan mobilnya dengan tiba-tiba.
"Jangan main-main, Mbar!" ujar Zayn dengan menatap tajam Ambar. Wajahnya terlihat memerah karena tersulut emosi.
"Bukankah kita juga hanya main-main? Mas Zayn sudah melewati batasan yang sudah kita sepakati." lantang Ambar dengan membalas tatapan tajam Zayn. Lelaki yang dari tadi sudah mengetatkan rahangnya kini mengeram kesal.
"Kamu yakin? Kamu ingin mempermalukan keluargamu?" tanya Zayn dengan sinis.
Dibantah oleh seorang wanita membuat Zayn emosi. Ambar, hanya dia gadis satu-satunya yang sulit dia kendalikan.
Melihat Ambar terdiam, dia kembali melajukan mobilnya. Entah apa yang dipikirkan oleh gadis itu tapi Zayn memilih membawa Ambar pulang ke apartemen.
Mobil berhenti di baseman. Zayn langsung menghentikan tangan Ambar yang akan membuka pintu.
"Biar aku yang membukakan pintu untukmu!" ucap Zayn hingga mendapat tatapan penuh selidik oleh Ambar.
"Di luar ada beberapa wartawan. Jadi, bersiaplah!" lanjut Zayn.
Lelaki tampan dengan tubuh tinggi itu segera keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil untuk Ambar.
Saat melihat keduanya keluar dari mobil, beberapa orang mengejar langkah Ambar dan Zayn yang berjalan menuju loby apartemen.
"Pak Zayn, saya dengar pertunangan anda akan di adakan secara tertutup?"tanya seorang wartawan dengan berusaha menyamai langkah Zayn.
"Iya, Benar." jawab Zayn singkat agar memperpendek pertanyaan mereka.
"Saya dengar hubungan kalian belum lama,ya?"
"Iya, katanya juga pertunangan ini memang sangat mendadak."
Cecaran pertanyaan dari wartawan membuat Zayn menghentikan langkahnya. Lengannya masih merangkul Ambar untuk melindungi gadis itu dari desakan para pencari berita.
"Sebenarnya hubungan kami sudah lama terjalin. Hanya saja memang tidak terendus media." jawab Zayn.
"Sebelum kabar pertunangan anda , saya dengar anda punya hubungan dengan istri seorang dosen?" salah satu wartawan itu terus saja mendesak Zayn.
"Dia sepupu calon tunangan saya. Kedekatan kami dengan wanita itu agar hubungan kami tidak terendus publik."jawab Zayn. Kemudian membawa Ambar kembali melangkah menuju lift.
Di dalam lift Ambar langsung menjauhkan diri dari Zayn. Hingga lelaki itu tersenyum mengejek.
"Asal kamu tahu saja, tubuh kurusmu bukan seleraku. Jika aku mau, aku bisa menikmati tubuh wanita yang lebih seksi dari tubuhmu." ejek Zayn membuat wajah Ambar menjadi pias. Gadis itu sangat kesal dengan lelaki yang menurutnya tidak tahu malu itu.
" Menjijikkan!" sergah Ambar malah membuat Zayn kembali mengangkat sudut bibirnya hingga wajah tampan itu terlihat sinis.
Lift terbuka, Zayn langsung menarik lengan Ambar untuk segera keluar dan melangkah dengan terburu-buru memasuki unit apartemen yang dia berikan pada Ambar.
" Aku lapar, bisakah membuatkan aku makanan apa saja." pinta Zayn dengan menjatuhkan bobotnya di sofa.
Ambar yang sedari tadi merasa jengkel dengan lelaki yang kini mengangkat lengan tangannya untuk melihat waktu, pun hanya menatap kesal Zayn yang masih tanpa rasa bersalah.
"Selain menjijikkan, ternyata tidak tahu malu!"gerutu Ambar saat emosinya tidak dianggap oleh lelaki yang sudah merasa lelah karena dari pagi sudah ada banyak meeting yang harus dia hadiri.
Gadis itu pun langsung masuk ke dalam dapur dan membuat spagety yang dia pikir mudah dan cepat memasaknya.
" Akhirnya selesai dan aku bisa cepat mengusirnya setelah dia makan." gumam Ambar dengan membawa sepiring spagety hangat menuju sofa di mana Zayn duduk.
Ambar melihat lelaki yang masih mengenakan kemeja kerja itu bersandar di sofa dengan memejamkan mata. Dia pikir Zayn hanya melepaskan rasa lelahnya saja. Tapi, saat dia memanggil nama lelaki menyebalkan itu, tak ada reaksi dari Zayn.
"Mas Zayn." ulang Ambar dengan meletakan piring spagety itu.
Ambar mendesar kesal, saat mendengar dengkuran halus dari lelaki yang kini terlihat lelap itu. Ambar justru terus memperhatikan wajah lelah Zayn itu. Wajah tampan yang biasa terlihat menyebalkan itu, kini justru membuat Ambar marasa terenyuh. Semburat- semburat kelelahan itu terlihat jelas.
"Peduli amat!" ucap Ambar kemudian meninggalkan Zayn tertidur.
Sementara itu di sebuah coffeshop seorang lelaki berseragam sedang menyelami rasa gelisahnya. Rasa kecewa akan kenyataan jika gadis yang dia cintai akan bertunangan dengan lelaki lain membuat Elang merasa kecewa.
Elang sudah kehilangan semangat dan harapannya. Ambardina, Gadis itulah yang selama ini membuatnya bersemangat untuk segera meraih cita-citanya.
" Sudah lama, El?" tanya Galih menghampiri Elang yang sudah sejak tadi duduk sendirian.
Keduanya memang sudah mengatur janji untuk kembali bertemu di sini sebelum kembali ke asrama.
" Ada apa, El? Seharusnya kamu terlihat bahagia karena habis betemu pujaan hati." tanya Galih. Rata- rata saat Taruna ada kesempatan plesir selain menemui orang tua mereka biasanya menemui sang kekasih untuk melepas rindu.
"Dia akan bertunangan dengan lelaki lain."ujar Elang dengan lirih. Rasa patah hati membuat dirinya enggan untuk berbicara.
Galih hanya mendesah pelan. Hal ini bukan pertama kalinya terjadi pada temannya.
"Sudahlah, itu artinya Ambar bukan wanita yang baik. Dia bukan gadis yang setia untuk menjadi istri abdi negara."ujar Galih juga ikut kecewa.
"Masih banyak gadis yang mau denganmu, El. Nanti aku kenalkan cewek, tapi jangan terlalu serius menggunakan perasaan."lanjut Galih yang ikut merasa kecewa dengan Ambar. Sedangkan Elang hanya tersenyum tipis. Senyum yang sedikit dipaksakan karena rasa kecewa itu masih begitu jelas terasa.
Elang tidak bisa lagi berfikir atau memutuskan sesuatu. Dia hanya berharap Ambar berubah pikiran dan membatalkan pertunangan itu.
Dua lelaki berseragam itu akhirnya memutuskan untuk meninggalkan cafe setelah taxi yang mereka pesan lewat oline itu datang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments