Puskesmas

"Kita bisa berpesta malam ini, wanitanya sangat cantik, Bro." ujar lelaki yang baru saja turun dari motor dan melangkah mendekati Ambar.

"Berhenti! " teriak Zayn membuat lelaki yang melangkah mendekati Ambar menoleh.

"Atau aku akan menembak kalian semua! " Zayn menodongkan sebuah pistol yang sempat dia bawa di balik bajunya pada lelaki yang akan mendekati Ambar.

Bukannya mengindahkan kalimat Zayn, keduanya malah menyerang Zayn bersamaan dengan usaha menarik Ambar untuk dijadikan sandra.

"Dor... Dor... " tembakan melesat bersamaan tubuh Zayn yang sedang mengelak dari pukulan lawan.

"Mas Zayn... " Ambar berlari ke arah Zayn, kala orang yang akan mendekatinya itu merintih kesakitan dengan memegangi bahu kanannya.

Lelaki yang kini wajahnya menahan amarah itu merasa sedikit tenang kala Ambar sudah berada di belakangnya. Melihat si bertubuh tambun merintih kesakitan itu membuat Zayn merasa tidak rugi jika selama ini dia mengisi waktu luangnya dengan belajar menembak.

"Kalian pergi sekarang, atau kupecahkan kepala kalian sekarang juga! " ancam Zayn dengan mengacungkan pistol ke arah orang yang ada tepat di depannya.

Ketiga preman itu pergi tunggang langgang, mereka merasa salah sasaran memilih orang yang akan mereka begal.

Zayn kembali menyalipkan pistolnya, pada ikat pinggang di balik kemejanya. Tubuhnya baru merasakan lemah karena darah yang terus mengucur deras.

"Mas Zayn kita cari pertolongan terlebih dahulu." ucap Ambar dengan begitu panik. Dia melihat wajah putih Zayn semakin terlihat pucat karena kehabisan darah.

"Aku tidak bisa menyetir." lirih Zayn mulai berfikir untuk menghubungi orang kepercayaannya.

"Aku yang akan menyetir." sela Ambar membuat Zayn menatap ragu wanita yang tidak bisa menyembunyikan kepanikannya itu.

"Aku bisa." Ambar kembali meyakinkan Zayn jika dirinya bisa mengemudikan mobil.

Saat orang tuanya masih berjaya, Ambarlah yang sering menggunakan mobil selain papanya.

Wanita berjilbab itu membantu Zayn masuk ke dalam mobil. Baju yang masih basah membuat Zayn semakin merasakan dingin di tubuhnya.

"Sabar, Mas. Sepuluh menit kita sampai." ujar Ambar ketika dia sudah duduk di belakang kemudi dan menghidupkan mesin mobil.

Ambar melajukan mobil dengan perasaan tegang. Sudah lama dia tidak menyetir, tapi lelaki di sebelahnya itu harus segera mendapatkan pertolongan.

Meskipun, dengan ragu akhirnya Ambar berhasil memarkirkan mobilnya di depan puskesmas di kecamatan yang sama dengan desanya.

"Ayo aku bantu, Mas! " ucap Ambar saat membukakan pintu mobil untuk Zayn.

Zayn menatap ragu, jika Ambar membantunya berjalan itu artinya gadis itu akan bersentuhan dengannya. Padahal calon tunangannya itu paling anti bersentuhan dengannya selama ini.

"Aku bisa sendiri." ujar Zayn dengan berusaha keluar mobil dan berdiri sendiri. Tapi, kehilangan banyak darah membuat lelaki itu sedikit limbung.

"Jangan keras kepala, Mas Zayn." ucap Ambar dengan sigap langsung memegang pinggang keras lelaki itu.

Kenapa seperti ini? Disentuh gadis yang tidak bisa jangkau olehnya itu membuat desiran yang berbeda di jantung lelaki yang sudah hafal lekuk tubuh banyak wanita. Bantuan Ambar kali ini membuat Zayn melupakan rasa nyeri di lengannya.

Ambar dengan setia menemani serangkaian penanganan yang dilakukan oleh tim medis puskesmas. Puskesmas yang mereka datangi memang cukup maju karena tempat inilah satu-satunya pelayanan kesehatan di sekitar kecamatan xxxx.

"Sebaiknya, Pak Zayn istirahat agar segera pulih. Jangan memaksa banyak bergerak dulu!" ucap seorang perawat kala infus sudah terpasang.

"Mbak, tolong suaminya dibantu ganti baju agar lebih nyaman." lanjut perawat itu sebelum meninggalkan keduanya di pembaringan yang hanya bersekat korden.

"Aku tidak nyaman di rawat di sini!" keluh Zayn. Saat merasakan ruangan perawatannya tidak nyaman.

"Jangan bawel! Hanya sementara sampai satu kantong darah habis." ujar Ambar kemudian mengambil baju mereka yang ada di mobil.

"Ayo, aku bantu di kamar mandi." ucap Ambar dengan membantu Zayn berjalan menuju kamar mandi. Gadis itu juga membawakan baju ganti untuk Zayn.

"Aku tunggu di luar, Mas." pamit Ambar

"Ambar... " panggil Zayn saat melihat Ambar berbalik arah.

"Aku kesulitan membuka kancing bajuku!" ujar Zayn dengan menatap serius Ambar.

"Aku yakin Mas Zayn bisa melakukannya sendiri." balas Ambar merasa Zayn hanya mengada-ada.

"Serius, Mbar. Tanganku terasa nyeri dan linu." lanjut Zayn. Tapi Ambar hanya menatapnya curiga. Gadis itu takut hanya dikerjai saja oleh lelaki menyebalkan itu.

"Ya sudah, nggak usah ganti saja! " lanjut Zayn mencoba mendesak Ambar.

"Tok... tok...Bisa cepat sedikit! " suara di luar membuat Ambar panik.

"Iya, sebentar." jawab Ambar kemudian mendekat ke arah Zayn.

Tangan kecil itu mulai membuka kancing yang melekat di tubuh atletis itu. Jantung gadis itu terasa ingin meledak saat tangannya terulur ke arah kancing baju Zayn. Ini pertama kalinya Ambar melakukan hal yang dianggapnya tabu yaitu membuka kancing bajunya laki-laki.

Zayn menatap wajah yang sudah memerah di depannya. Dia bisa melihat tangan Ambar yang terlihat sedikit bergetar itu membuka kancingnya.

Dari cara Ambar melakukannya, dia yakin jika gadis di depannya melakukan hal ini untuk pertama kalinya. Zayn melihat Ambar begitu gugup dan tersiksa saat dada bidangnya mengintip dari balik kemeja yang sudah terbuka kancingnya.

Zayn yang biasa melihat banyak wanita yang begitu bersemangat saat membuka gesper ikat pinggangnya itu justru saat ini tidak tega melihat kegugupan yang sedang menyerang Ambar saat membuka kancing kemejanya.

"Gaspernya, Mbar. " ucap Zayn mengingatkan Ambar setelah gadis itu membantunya mengenakan kemeja.

"Nggak usah ganti ya, Mas." pinta Ambar.

"Aku akan kedinginan, Mbar. " jawab Zayn.

Ambar rasanya ingin mengumpat karena lelaki di depannya tidak tahu malu. Tapi gedoran di pintu membuat Ambar segera membuak gasper Zayn.

"Biar Mas ganti celana sendiri." Zayn menahan tangan Ambar yang sudah gemetaran. Dingin, jari-jari mungil itu terasa dingin dan nafas Ambar beberapa kali tersengal.

Gadis yang begiti naif. Dia tidak tega membiarkan gadis berkerudung itu tersiksa. Ambar berbeda dengan gadis-gadis yang biasa bercumbu dan dia tiduri.

"Jika sudah selesai panggil aku saja. Aku tunggu Mas Zayn di luar." ucap Ambar kemudian berjalan keluar dengan perasaan lega setelah berperang batin menghadapi Zayn.

Beberapa saat tidak ada panggilan. Zayn keluar dengan membawa tiang infusnya sendiri.

"Bajuku masih di dalam, Mbar." ucap Zayn dengan terus menatap Ambar mengambil bajunya.

Lelaki itu malah terbayang, bagaimana jika dia bercinta dengan gadis seperti Ambar?

Senyum tipis menghias di wajah tampan Zayn. Entah dari mana dia membayangkan Ambar akan menjadi istrinya sementara dirinya dan Ambar hanya berpura-pura menjalin hubungan.

"Ayo, Mas, aku bantu! " ucap Ambar dengan membawakan tiang infus untuk Zayn.

Terpopuler

Comments

Dwi Puji Lestari

Dwi Puji Lestari

kyakny si zayn udh mulai tmbuh getar2 cinta ni..

2024-01-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!