"Sudah aku bilang jika aku tidak apa-apa, Mas, hanya sedikit lecet saja!" ujar Ambar saat mereka keluar dari sebuah klinik.
Zayn membawa Ambar di sebuah klinik dan meminta dokter untuk memeriksanya setelah mengantar Astrid pulang ke kos.
Tidak mendengarkan ocehan Ambar, lelaki yang kini memaksa Ambar untuk kembali masuk ke dalam mobil itu akan membawa Ambar kembali ke apartemen.
"Aku ingin menemani temanku di rumah sakit!" ucap Ambar malah mendapatkan tatapan tajam dari Zayn. Lelaki itu masih enggan berbicara.
"Kasian, dia anak kos, di sini tidak ada keluarga!" lanjut Ambar, dia pun tak tega jika temannya tidak ada yang menjaga dalam keadaan sakit.
"Kenapa harus mengurus orang lain sementara kamu juga butuh istirahat. Lagi pula nggak perlu kamu sampai ngotot kayak tadi di kantor polisi karena hasilnya juga percuma." jelas Zayn, dia sangat faham bagaimana hukum di Indonesia bekerja. Tapi, dia tahu jika Ambar juga akan melakukan itu, jika menurutnya benar.
" Dia salah, Mas. Si yang menabrak itu melewati garis tengah. Seharusnya dia yang tanggung jawab, bukan malah bebas dari tanggung jawab dan seenaknya saja." Ambar masih merasa kesal.
Zayn menghela nafas, menurutnya Ambar terlalu kaku menanggapi masalah ini. Seharusnya dia tahu jika semua itu bisa dikendalikan dengan uang dan kekuasaan.
" Masalah kecekalaan itu sudah beres! Lelaki itu yang akan menanggung biaya rumah sakit temanmu!" ujar Zayn membuat Ambar menatapnya penuh selidik.
"Baru saja pengacaraku mengabari! Dia memilih damai." lanjut Zayn membuat gadis di sebelahnya menghela nafas lega dan kemudian tersenyum. Ada sedikit kepuasan dalam hatinya meskipun dia masih mengkhawatirkan keadaan temannya yang sempat tidak sadarkan diri.
Secerdas apapun seseorang untuk menghadapi dunia yang sebenarnya memang butuh pengalaman. Terkadang pada kenyataannya, hidup itu tidak sesuai teori.
Zayn pun langsung melajukan mobilnya menuju apartemen Ambar. Dalam perjalanan, mereka pun membisu.
"Terima kasih, Mas." ujar Ambar saat mobil berhenti di depan apartemen.
"Semua itu aku lakukan hanya karena di mata publik kamu adalah tunanganku." ujar Zayn dengan tatapan ke depan, dia enggan melihat gadis manis yang sempat meresahkannya.
" Aku tahu, pada siapapun yang sudah membantu kita, alangkah tidak sopan jika tidak mengucapkan terima kasih." sambut Ambar yang hanya mendapatkan lirikan Zayn.
Mereka kembali terdiam, dua orang yang sama-sama ingin bertahan dengan pemikiran mereka sendiri tanpa menyadari jika ada satu sisi dari perasaan mereka yang terabai.
" Mbar, lusa ada acara pesta pernikahan temanku. Aku ingin kamu ikut denganku." akhirnya lelaki itu mengatakan apa yang menjadi niatnya. Kalimatnya pun melunak.
" Baiklah. Itu memang masih tugasku, Mas!"ujar Ambar sambil mengangguk, karena itu sesuai dengan kesepakatan.
Zayn pun menutup kembali kaca jendela mobil dan melajukan mobilnya menuju apartemen Alvaro. Janjinya yang akan bertemu di sebuah coffeshop harus tertunda karena mengurusi Ambar.
Biar bagaimanapun Ambar memang membantunya menjalankan semua sandiwara untuk menjaga nama baiknya.
Zayn menoleh, saat merasa ada sesuatu di bangku sebelahnya. Ternyata jas Almamater Ambar masih tertinggal.
" Ada- ada aja!" gumam Zayn. Menurutnya, Ada -ada saja hal yang membuat dirinya dan Ambar harus bertemu.
Sesampai di apartemen Alvaro, Zayn langsung menjatuhkan tubuhnya di sofa hingga Alvaro menatapnya curiga.
" Baru seminggu bertunangan, dirimu seperti orang patah hati!" sindir Alvaro sambil berdiri dan berkacak pinggang serta menatap heran sahabatnya yang sedang bersandar dan memejamkan mata.
"Aku lelah, beberapa hari ini pekerjaanku menumpuk." jawaban kamuflase Zayn membuat Alvaro terkekeh dan kemudian berlalu untuk membawakan Zayn Soft drink.
" Bagaimana jika kita ke club?" tawar Alvaro dengan menyerahkan kaleng softdrink dan duduk di depan Zayn.
"Aku benar-benar lelah."lirih Zayn sambil memijat pangkal hidungnya.
Sejenak Alvaro kembali memperhatikan Zayn yang baginya sikapnya sungguh aneh. Entah apa yang terjadi pada sahabatnya hingga membuat lelaki yang biasanya antusias itu menjadi tidak bersemangat.
"Mungkin itu bertanda kamu sudah berumur." ujar Alvaro membuat Zayn membuka matanya. Dia langsung menegakkan tubuh dan melotot ke arah lelaki yang kini terkekeh.
" Sial, aku baru tiga puluh satu tahun. Apalagi wajahku masih tampan dan segar." elak Zayn membuat Alvaro terbahak.
"Dimana -mana umur segitu sudah punya anak dua, Bro!" celetuk Alvaro membuat Zayn mendengus dan kembali menyandarkan tubuhnya.
"Ayo ke club!"ajar Zayn pada akhirnya, lelaki itu merasa butuh suasan baru.
"Siaaappp, Bos!" jawab Alvaro dengan kegirangan. Sudah lama juga lelaki itu tidak mendatangi hiburan malam.
"Butuh, wanita seksi?" tawar Alvaro setengah berbisik dengan mengedipkan sebelah matanya.
"Banyak gadis seksi yang akan bersedia menemani kita, kemanapun kita minta!" lanjutnya seolah membujuk Zayn untuk kembali bermain wanita.
" Aku sedang tidak ingin di ganggu makhluk yang bernama wanita!" jawab Zayn. Dia hanya ingin menghilangkan rasa suntuk karena selalu terbayang wajah satu wanita akhir-akhir ini.
" Oke. No problem."sambut Alvaro. Dia akan menuruti keinginan sahabatnya yang terlihat sedang badmood.
Akhirnya pukul sembilan malam mereka berangkat menuju hiburan malam. Dengan menggunakan mobil Zayn, Alvaro memegang kemudi.
Saat kedua lelaki tampan dan kaya itu masuk ke dalam ruangan yang di penuhi dengan dentuman musik, banyak mata tertuju pada keduanya, terlebih kaum hawa.
Keduanya pun langsung duduk di depan bartender untuk memesan minuman, belum lama mereka di sana, seorang wanita cantik bertubuh seksi menghampiri mereka.
" Hae, Varo!"sapa wanita berambut indah.
"Alea...dengan siapa?" balas Alvaro.
" Sendiri! Hanya untuk menghilangkan suntuk." jawab Alea. Gadis itu salah satu model internasional yang memiliki usaha di bidang fashion.
" Kenalkan, Zayn." Alvaro menunjuk ke arah Zayn hingga Alea menoleh ke arah Zayn yang hanya tersenyum tipis.
"Alea!" Gadis itu mengulurkan tangan.
" Zayn." balas Zayn.
" Wah, beruntung sekali bisa bertemu langsung dengan bisnisman ternama seperti Mas Zayn." puji Alea sambil tersenyum ramah.
Saat Zayn menyambut pujian gadis yang kini menyibakkan rambut panjangnya , seorang bartender menyuguhkan segelas minuman.
" Kalian biasa ke sini?"tanya Alea berbasa basi.
" Nggak juga, lagi gabut saja kita!" sambut Alvaro dengan menegak minumannnya.
" Wah kebetulan juga ya!" jawab Alea sambil sesekali melirik Zayn. Bagi gadis itu sosok Zayn Bagaskara memang lebih tampan jika dilihat langsung.
" Bagaimana jika kita berdansa?" tawar Alea.
"Sama Alvaro saja!" jawab Zayn dengan kembali menegak satu gelas minuman beralkohol tinggi.
"Kepalaku sudah pusing, Zayn."jawab Alvaro.
" Please ,ayolah! Kita sudah di sini." bujuk Alea hingga Zayn beranjak dari duduknya saat gadis itu menarik lengannya.
Keduanya turun di lantai dansa dengan bergoyang mengikuti irama musik dansa.
"Aku senang bisa berdansa dengan orang setampan kamu." teriak Alea saat memuji Zayn.
Tapi Zayn hanya tersenyum hingga gadis itu semakin penasaran dengan sosok Zayn. Di rapatkan tubuhnya yang seperti gitar spanyol dengan terus bergoyang. Bahkan, tangannya pun mengalung di leher lelaki yang kini mulai memegang pinggangnya kecil itu. Keduanya pun mulai menikmati dentuman musik itu hingga terlena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Khairul Azam
lnjut kak
2024-02-12
0
Titin Rustini
makasih updatenya thor 🙏 ditunggu kelanjutannya
2024-02-11
0
Thea_noni
terimakasih dah up Thor...🙏
aku menanti bgt kelanjutan cerita ini,semoga bisa up terus ya Thor ..
semangat 💪💪
2024-02-11
2