BAB 20: Kedatangan asisten baru

Asisten Rumah Tangga (ART) yang telah direkrut Bu Mayang akan datang siang ini. Dia bernama Nina yang masih ada ikatan persaudaraan dengan Bu Mayang. Tetapi keadaan ekonomi membuatnya memiliki nasib yang beda satu sama lain. Usianya pun hampir sama dengan Bu mayang hanya saja, Bik Nina lebih muda beberapa tahun.

“Selamat datang bik Nina, bibi akan bekerja menjadi asisten saya dirumah ini. Tenang saja, untuk urusan kebersihan rumah saya telah memiliki ART lain. Bibi cukup menjadi asisten pribadi saya seperti yang telah dikatakan mertua saya, Bu Mayang. Bibi tau kan rencana kita?” Ucap Maira pelan. Ia tak mau Jena dan suaminya itu mengetahui rencananya, walaupun suaminya juga mempunyai suatu rencana untuk Jena.

“Oh, iya nyonya saya tahu. Tentang Anak itu? Memangnya nyonya ingin saya melakukan apa tentang anak itu?” Tanya Bi Nina.

“Intinya saya ingin dia tidak mengganggu hubungan saya dengan Antonio. Saya sebenarnya ingin anak itu pergi dari hadapan saya. Jujur saja saya tak ingin melihatnya dan kalau bisa, saya ingin membuang anak itu saja ke jalanan!”

“Sebenarnya, anak itu salah apa nyonya? Kenapa nyonya dan ibu sepertinya sangat membenci Jena… Apakah dia melakukan kesalahan yang fatal?”

“Anak itu anak h*ram Bi… lemot pula. Dia itu bikin malu keluarga... jadi saya gak mau ngurus anak kayak dia! Oh iya bi, bibi kalau mau kerja jadi asisten saya disini dengan bayaran yang mahal, bibi jangan banyak komentar. Bibi lakukan apa saja yang saya suruh!” Pinta Maira.

“Baiklah nyonya, saya akan menuruti perintah nyonya”

Terserah apa saja yang ia suruh akan saya lakukan demi uang yang banyak. Ini merupakan kesempatan untuk saya, hahaha. Gumam Bik Nina dengan liciknya.

Tak lama, Jena datang dari belakang rumah mungkin ia habis main kebun-kebunan sehingga membuat kaki dan tangannya penuh dengan tanah dan lumpur. Lantai yang dipijak Jena meninggalkan jejak tanah yang membuatnya menjadi kotor dan membuat Maira marah.

“Ya ampun Jena, Apa yang kau lakukan!? Dasar anak nakal! Cepat bersihkan badanmu dan bersihkan juga lantainya!” Perintah Maira.

“Maaf kan aku Mah… Tapi lihat Ma, Jena bisa menanam bunga di taman dan lihatlah bunga ini sangat cantik kan?” Jena dengan polosnya malah menunjukkan bunga mawar berwarna merah yang ia tanam.

Maira yang tambah kesal segera mengambil bunga itu lalu menginjaknya dengan marah.

“Kamu ini tidak tahu kalau orang sedang kesal. Kamu tidak merasa bersalah sama sekali dengan apa yang kamu lakukan? Lihat lantai granit mewah ini menjadi kotor gara-gara jejak kakimu. Ayo cepat pergi ke kamarmu dan ganti bajumu! Jangan lupa untuk membersihkan lantainya nanti”

“Mama mengapa menginjak bunga mawar yang Jena tanam… Benih bunga itu kan ayah Arhan yang kasih. Itu kan mawar satu-satunya yang berhasil Jena tanam, soalnya bunga lain pada mati…” Jena menunduk sedih.

Maira dan Bi Nina tertawa mendengarkan penjelasan Jena. “Tentu saja pada mati, kamu kan gak bisa merawatnya Jen… Lihat saja bunga yang berhasil kamu rawat juga tidak berkembang dengan sempurna. Dengarlah Jena, daripada kamu mengurusi hal seperti itu lebih baik kamu belajar. Biar lemotnya berkurang hahaha…” Bi Nina menertawakan Jena dengan jahatnya tanpa memikirkan perasaannya.

Jena yang terbiasa dengan hinaan itu pun pergi meninggalkan mereka ke kamarnya. Setelah selesai mandi dan mengganti pakaiannya, ia pun menjalankan perintah Mama-nya untuk membersihkan jejak kakinya.

...****************...

Hari menjelang malam. Antonio baru saja pulang dari kantornya. Ia disambut hangat oleh Maira yang kini hubungan mereka semakin dekat sejak malam itu. Antonio berjalan memasuki rumah bersama dengan Maira dan ia tak sengaja melihat ke lantai granit yang ia pijak. Ia keheranan mengapa lantai ini berwarna agak kecoklatan dan kusam. Maira pun menjelaskan kalau hal tersebut merupakan perbuatan Jena.

Jena pun segera dipanggil untuk menghadap kepadanya. Tak disangka oleh Jena, Papa-nya yang dari kemarin bersikap baik kepadanya, kini ia sama seperti Maira yang jahat kepadanya.

“Kau tidak lihat, papa-mu ini pulang kerja dan kau malah membuat seisi rumah menjadi seperti kandang hewan! Lihatlah, semua ini sangat kotor dan berantakan. Kalau habis mengepel itu, kain pel nya disimpan lagi bukannya malah ditaruh disini. Ini kan ruang tamu, kalau ada tamu bagaimana? Apakah kau tidak bisa berfikir Jena!” Bentak Antonio kepada Jena.

Maira tersenyum puas melihat anak angkatnya itu dimarahi oleh suaminya. Ia duduk di shofa ruang tamu itu sambil tumpang kaki dan melipat tangannya menonton Jena yang sedang dimarahi oleh suaminya.

“Papa, mengapa papa jadi jahat sama Jena? Maafkan Jena ya…Jena tidak sengaja” Jena menunduk sedih, ia kecewa ternyata papa-nya itu selama ini hanya berpura-pura baik kepadanya.

“Sudahlah! Minta maaf saja tidak cukup Jena. Mulai besok, papa akan memberi kamu pelajaran! Papa minta agar kamu membantu Bik Nina untuk membantu menyelesaikan pekerjaan rumah”

“Kalau besok Jena beres-beres rumah berarti Jena tidak sekolah donk yah?”

“Tidak! Kamu tidak usah pergi sekolah. Percuma saja aku menyekolahkanmu tetapi tetap saja tidak ada hasil kepadamu. Bukannya semakin pintar tetapi sama saja, malah tambah membuat malu keluarga kami. Masa keluarga konglomerat mempunyai anak yang bodoh. Buang-buang waktu dan uang saja! Sudahlah, memang kamu tidak mempunyai masa depan Jena!” Antonio pun pergi meninggalkan Jena sendirian.

Maira menghampiri Jena yang masih terdiam di tempatnya berpijak dan ia pun berbisik kepadanya “Tuh dengerin, papa-mu saja sudah muak denganmu! Kamu memang seharusnya sudah dibuang oleh keluarga kami! Buat malu saja”

Maira pun pergi ke kamar Bik Nina untuk membicarakan apa yang telah suaminya perintahkan kepada Jena. Dia menyampaikan pada Bik Nina agar besok, pekerjaan rumah biar Jena sendiri yang menyelesaikan.

“Lho bukannya nyonya mempunyai ART lain yang akan bekerja di rumah ini?” tanya Bik Nina keheranan.

“Ya, ART tersebut adalah Jena. Lagipula mulai besok dia akan nganggur dirumah. Jadi kami beri dia pekerjaan saja. Tugas Bik Nina hanya memasak ya bi… Semua pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mengepel, lap-lap barang itu biar Jena saja yang melakukannya…”

Mereka pun tertawa licik. Mulai besok, Jena tak lagi bisa menghirup udara luar dengan bebasnya, Karena kini, Ia akan dikurung dalam rumah untuk melakukan semua pekerjaan yang seharusnya tak dilakukan oleh anak seusianya.

Ia baru berusia 6 tahun dan akan menginjak usia 7 tahun. Tak bisa menulis dan membaca sama sekali. Hidupnya hanya penuh dengan hinaan dari orang-orang disekitarnya. Tak dibekali juga dengan agama oleh orang tuanya, membuat Jena semakin kehilangan arah dan ia hanya pasrah terhadap hidup yang saat ini ia jalani.

Episodes
1 BAB 1: Mila
2 BAB 2: Ku antarkan kau ke ayahmu
3 BAB 3: Test DNA
4 BAB 4: Hasil
5 BAB 5: Jena
6 BAB 6: Kepergian Antonio
7 BAB 7: Anak Berkebutuhan Khusus
8 BAB 8: Jadilah anak mandiri
9 BAB 9: Maafkan Jena Mama
10 BAB 10: Kepulangan Antonio
11 BAB 11: Andina hamil?
12 BAB 12: Misi mencari mama
13 BAB 13: Ternyata mama kandungku...
14 BAB 14: Hukuman untuk Jena
15 BAB 15: Hak asuh Jena
16 BAB 16: Persetujuan Anton dan Maira
17 BAB 17: Pernikahan Antonio dan Maira
18 BAB 18: Hari kedua tak menyentuhku
19 BAB 19: Rencana Itu...
20 BAB 20: Kedatangan asisten baru
21 BAB 21: Putus sekolah
22 BAB 22: Luka ini akan kuingat selalu
23 BAB 23: Jangan paksa aku Ma, Pa
24 BAB 24: Kedatangan Ayah dan kakek
25 BAB 25: Mencurigakan
26 BAB 26: Teguran
27 BAB 27: Semua terjadi karenamu
28 BAB 28: Alone
29 BAB 29: Overdosis
30 BAB 30: Rencana Licik Antonio
31 BAB 31: Menghindar
32 BAB 32: Berita bahagia dari Andina
33 BAB 33: Tersisishkan
34 BAB 34: Jena dijual?
35 BAB 35: Amarah Arhan
36 BAB 36: Kabur?
37 BAB 37: Kehidupan baru
38 BAB 38: Disembunyikan
39 BAB 39: Mariposa
40 BAB 40: Waspada
41 BAB 41: "Stop Rai, jangan tergoda!"
42 BAB 42: Keponakan Via ternyata...
43 BAB 43: Bertemu dengan Antonio?
44 BAB 44: Curiga
45 BAB 45: Rencana Pertama
46 BAB 46: Rencana kedua
47 BAB 47: Rencana Ketiga
48 BAB 48: Grebeg
49 BAB 49: Penangkapan
50 BAB 50: Karma
51 BAB 51: Bertemu kembali
52 BAB 52: Jemput
53 BAB 53: Bebas?
54 BAB 54: Keputusan
55 BAB 55: kembali ke tangan Antonio
56 BAB 56: Bantuan Vivia
57 BAB 57: Jangan beritahu Maira, cantik…
58 BAB 58: Memulai kembali rencana itu
59 BAB 59: Client pertama
60 BAB 60: Kembali menjadi tahanan
61 BAB 61: Selangkah bertemu Jena
62 BAB 62: Bertemu kembali
63 BAB 63: Antonio stress?
64 BAB 64: Pembelaan
65 BAB 65: Antonio bebas?
66 BAB 66: Pria misterius
67 BAB 67: Masalah dengan Farrel
68 BAB 68: Adegan malam itu?
69 BAB 69: Tuduhan
70 BAB 70: Persyaratan dari Antonio
71 BAB 71: Damai?
72 BAB 72: Memutar balik fakta
73 BAB 73: Tak Jera
74 BAB 74: My babby girl
75 BAB 75: Pria itu?
76 BAB 76: Berpencar
77 BAB 77 : Tersesat
78 BAB 78: Pilih atas atau bawah
79 BAB 79: Sedikit lagi...
80 BAB 80:
81 BAB 81: Membahas video itu
82 BAB 82: Masih tak mengakui
83 BAB 83: Perjanjian untuk Jena
84 BAB 84: Ada apa dengan Farrel
85 BAB 85: Ciuman pertama dengan Farrel
86 BAB 86: Rahasia Farrel
87 BAB 87: Curiga
88 BAB 88: obsesi
89 BAB 89: Sedikit lagi
90 BAB 90: Sudah terlambat
91 BAB 91: Ku kira...
92 BAB 92: Pak Yoga...
Episodes

Updated 92 Episodes

1
BAB 1: Mila
2
BAB 2: Ku antarkan kau ke ayahmu
3
BAB 3: Test DNA
4
BAB 4: Hasil
5
BAB 5: Jena
6
BAB 6: Kepergian Antonio
7
BAB 7: Anak Berkebutuhan Khusus
8
BAB 8: Jadilah anak mandiri
9
BAB 9: Maafkan Jena Mama
10
BAB 10: Kepulangan Antonio
11
BAB 11: Andina hamil?
12
BAB 12: Misi mencari mama
13
BAB 13: Ternyata mama kandungku...
14
BAB 14: Hukuman untuk Jena
15
BAB 15: Hak asuh Jena
16
BAB 16: Persetujuan Anton dan Maira
17
BAB 17: Pernikahan Antonio dan Maira
18
BAB 18: Hari kedua tak menyentuhku
19
BAB 19: Rencana Itu...
20
BAB 20: Kedatangan asisten baru
21
BAB 21: Putus sekolah
22
BAB 22: Luka ini akan kuingat selalu
23
BAB 23: Jangan paksa aku Ma, Pa
24
BAB 24: Kedatangan Ayah dan kakek
25
BAB 25: Mencurigakan
26
BAB 26: Teguran
27
BAB 27: Semua terjadi karenamu
28
BAB 28: Alone
29
BAB 29: Overdosis
30
BAB 30: Rencana Licik Antonio
31
BAB 31: Menghindar
32
BAB 32: Berita bahagia dari Andina
33
BAB 33: Tersisishkan
34
BAB 34: Jena dijual?
35
BAB 35: Amarah Arhan
36
BAB 36: Kabur?
37
BAB 37: Kehidupan baru
38
BAB 38: Disembunyikan
39
BAB 39: Mariposa
40
BAB 40: Waspada
41
BAB 41: "Stop Rai, jangan tergoda!"
42
BAB 42: Keponakan Via ternyata...
43
BAB 43: Bertemu dengan Antonio?
44
BAB 44: Curiga
45
BAB 45: Rencana Pertama
46
BAB 46: Rencana kedua
47
BAB 47: Rencana Ketiga
48
BAB 48: Grebeg
49
BAB 49: Penangkapan
50
BAB 50: Karma
51
BAB 51: Bertemu kembali
52
BAB 52: Jemput
53
BAB 53: Bebas?
54
BAB 54: Keputusan
55
BAB 55: kembali ke tangan Antonio
56
BAB 56: Bantuan Vivia
57
BAB 57: Jangan beritahu Maira, cantik…
58
BAB 58: Memulai kembali rencana itu
59
BAB 59: Client pertama
60
BAB 60: Kembali menjadi tahanan
61
BAB 61: Selangkah bertemu Jena
62
BAB 62: Bertemu kembali
63
BAB 63: Antonio stress?
64
BAB 64: Pembelaan
65
BAB 65: Antonio bebas?
66
BAB 66: Pria misterius
67
BAB 67: Masalah dengan Farrel
68
BAB 68: Adegan malam itu?
69
BAB 69: Tuduhan
70
BAB 70: Persyaratan dari Antonio
71
BAB 71: Damai?
72
BAB 72: Memutar balik fakta
73
BAB 73: Tak Jera
74
BAB 74: My babby girl
75
BAB 75: Pria itu?
76
BAB 76: Berpencar
77
BAB 77 : Tersesat
78
BAB 78: Pilih atas atau bawah
79
BAB 79: Sedikit lagi...
80
BAB 80:
81
BAB 81: Membahas video itu
82
BAB 82: Masih tak mengakui
83
BAB 83: Perjanjian untuk Jena
84
BAB 84: Ada apa dengan Farrel
85
BAB 85: Ciuman pertama dengan Farrel
86
BAB 86: Rahasia Farrel
87
BAB 87: Curiga
88
BAB 88: obsesi
89
BAB 89: Sedikit lagi
90
BAB 90: Sudah terlambat
91
BAB 91: Ku kira...
92
BAB 92: Pak Yoga...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!