Asisten Rumah Tangga (ART) yang telah direkrut Bu Mayang akan datang siang ini. Dia bernama Nina yang masih ada ikatan persaudaraan dengan Bu Mayang. Tetapi keadaan ekonomi membuatnya memiliki nasib yang beda satu sama lain. Usianya pun hampir sama dengan Bu mayang hanya saja, Bik Nina lebih muda beberapa tahun.
“Selamat datang bik Nina, bibi akan bekerja menjadi asisten saya dirumah ini. Tenang saja, untuk urusan kebersihan rumah saya telah memiliki ART lain. Bibi cukup menjadi asisten pribadi saya seperti yang telah dikatakan mertua saya, Bu Mayang. Bibi tau kan rencana kita?” Ucap Maira pelan. Ia tak mau Jena dan suaminya itu mengetahui rencananya, walaupun suaminya juga mempunyai suatu rencana untuk Jena.
“Oh, iya nyonya saya tahu. Tentang Anak itu? Memangnya nyonya ingin saya melakukan apa tentang anak itu?” Tanya Bi Nina.
“Intinya saya ingin dia tidak mengganggu hubungan saya dengan Antonio. Saya sebenarnya ingin anak itu pergi dari hadapan saya. Jujur saja saya tak ingin melihatnya dan kalau bisa, saya ingin membuang anak itu saja ke jalanan!”
“Sebenarnya, anak itu salah apa nyonya? Kenapa nyonya dan ibu sepertinya sangat membenci Jena… Apakah dia melakukan kesalahan yang fatal?”
“Anak itu anak h*ram Bi… lemot pula. Dia itu bikin malu keluarga... jadi saya gak mau ngurus anak kayak dia! Oh iya bi, bibi kalau mau kerja jadi asisten saya disini dengan bayaran yang mahal, bibi jangan banyak komentar. Bibi lakukan apa saja yang saya suruh!” Pinta Maira.
“Baiklah nyonya, saya akan menuruti perintah nyonya”
Terserah apa saja yang ia suruh akan saya lakukan demi uang yang banyak. Ini merupakan kesempatan untuk saya, hahaha. Gumam Bik Nina dengan liciknya.
Tak lama, Jena datang dari belakang rumah mungkin ia habis main kebun-kebunan sehingga membuat kaki dan tangannya penuh dengan tanah dan lumpur. Lantai yang dipijak Jena meninggalkan jejak tanah yang membuatnya menjadi kotor dan membuat Maira marah.
“Ya ampun Jena, Apa yang kau lakukan!? Dasar anak nakal! Cepat bersihkan badanmu dan bersihkan juga lantainya!” Perintah Maira.
“Maaf kan aku Mah… Tapi lihat Ma, Jena bisa menanam bunga di taman dan lihatlah bunga ini sangat cantik kan?” Jena dengan polosnya malah menunjukkan bunga mawar berwarna merah yang ia tanam.
Maira yang tambah kesal segera mengambil bunga itu lalu menginjaknya dengan marah.
“Kamu ini tidak tahu kalau orang sedang kesal. Kamu tidak merasa bersalah sama sekali dengan apa yang kamu lakukan? Lihat lantai granit mewah ini menjadi kotor gara-gara jejak kakimu. Ayo cepat pergi ke kamarmu dan ganti bajumu! Jangan lupa untuk membersihkan lantainya nanti”
“Mama mengapa menginjak bunga mawar yang Jena tanam… Benih bunga itu kan ayah Arhan yang kasih. Itu kan mawar satu-satunya yang berhasil Jena tanam, soalnya bunga lain pada mati…” Jena menunduk sedih.
Maira dan Bi Nina tertawa mendengarkan penjelasan Jena. “Tentu saja pada mati, kamu kan gak bisa merawatnya Jen… Lihat saja bunga yang berhasil kamu rawat juga tidak berkembang dengan sempurna. Dengarlah Jena, daripada kamu mengurusi hal seperti itu lebih baik kamu belajar. Biar lemotnya berkurang hahaha…” Bi Nina menertawakan Jena dengan jahatnya tanpa memikirkan perasaannya.
Jena yang terbiasa dengan hinaan itu pun pergi meninggalkan mereka ke kamarnya. Setelah selesai mandi dan mengganti pakaiannya, ia pun menjalankan perintah Mama-nya untuk membersihkan jejak kakinya.
...****************...
Hari menjelang malam. Antonio baru saja pulang dari kantornya. Ia disambut hangat oleh Maira yang kini hubungan mereka semakin dekat sejak malam itu. Antonio berjalan memasuki rumah bersama dengan Maira dan ia tak sengaja melihat ke lantai granit yang ia pijak. Ia keheranan mengapa lantai ini berwarna agak kecoklatan dan kusam. Maira pun menjelaskan kalau hal tersebut merupakan perbuatan Jena.
Jena pun segera dipanggil untuk menghadap kepadanya. Tak disangka oleh Jena, Papa-nya yang dari kemarin bersikap baik kepadanya, kini ia sama seperti Maira yang jahat kepadanya.
“Kau tidak lihat, papa-mu ini pulang kerja dan kau malah membuat seisi rumah menjadi seperti kandang hewan! Lihatlah, semua ini sangat kotor dan berantakan. Kalau habis mengepel itu, kain pel nya disimpan lagi bukannya malah ditaruh disini. Ini kan ruang tamu, kalau ada tamu bagaimana? Apakah kau tidak bisa berfikir Jena!” Bentak Antonio kepada Jena.
Maira tersenyum puas melihat anak angkatnya itu dimarahi oleh suaminya. Ia duduk di shofa ruang tamu itu sambil tumpang kaki dan melipat tangannya menonton Jena yang sedang dimarahi oleh suaminya.
“Papa, mengapa papa jadi jahat sama Jena? Maafkan Jena ya…Jena tidak sengaja” Jena menunduk sedih, ia kecewa ternyata papa-nya itu selama ini hanya berpura-pura baik kepadanya.
“Sudahlah! Minta maaf saja tidak cukup Jena. Mulai besok, papa akan memberi kamu pelajaran! Papa minta agar kamu membantu Bik Nina untuk membantu menyelesaikan pekerjaan rumah”
“Kalau besok Jena beres-beres rumah berarti Jena tidak sekolah donk yah?”
“Tidak! Kamu tidak usah pergi sekolah. Percuma saja aku menyekolahkanmu tetapi tetap saja tidak ada hasil kepadamu. Bukannya semakin pintar tetapi sama saja, malah tambah membuat malu keluarga kami. Masa keluarga konglomerat mempunyai anak yang bodoh. Buang-buang waktu dan uang saja! Sudahlah, memang kamu tidak mempunyai masa depan Jena!” Antonio pun pergi meninggalkan Jena sendirian.
Maira menghampiri Jena yang masih terdiam di tempatnya berpijak dan ia pun berbisik kepadanya “Tuh dengerin, papa-mu saja sudah muak denganmu! Kamu memang seharusnya sudah dibuang oleh keluarga kami! Buat malu saja”
Maira pun pergi ke kamar Bik Nina untuk membicarakan apa yang telah suaminya perintahkan kepada Jena. Dia menyampaikan pada Bik Nina agar besok, pekerjaan rumah biar Jena sendiri yang menyelesaikan.
“Lho bukannya nyonya mempunyai ART lain yang akan bekerja di rumah ini?” tanya Bik Nina keheranan.
“Ya, ART tersebut adalah Jena. Lagipula mulai besok dia akan nganggur dirumah. Jadi kami beri dia pekerjaan saja. Tugas Bik Nina hanya memasak ya bi… Semua pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mengepel, lap-lap barang itu biar Jena saja yang melakukannya…”
Mereka pun tertawa licik. Mulai besok, Jena tak lagi bisa menghirup udara luar dengan bebasnya, Karena kini, Ia akan dikurung dalam rumah untuk melakukan semua pekerjaan yang seharusnya tak dilakukan oleh anak seusianya.
Ia baru berusia 6 tahun dan akan menginjak usia 7 tahun. Tak bisa menulis dan membaca sama sekali. Hidupnya hanya penuh dengan hinaan dari orang-orang disekitarnya. Tak dibekali juga dengan agama oleh orang tuanya, membuat Jena semakin kehilangan arah dan ia hanya pasrah terhadap hidup yang saat ini ia jalani.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments