BAB 13: Ternyata mama kandungku...

Jena terdiam sesaat sambil menilik nilik wajah wanita yang baru dikenalnya dengan panggilan Mbak Hanum. Dia mencoba untuk melontarkan beberapa pertanyaan terkait ibu kandungnya itu kepadanya.

“Mbak Hanum, tau tentang Mama Jena kan?”

Hanum mengerutkan keningnya sambil bertanya tanya dalam hatinya “Apakah anak ini sudah diberitahu oleh keluarga Antonio tentang ibu kandung sebenarnya. Mengapa mereka tidak memberitahu hal sebenarnya bahwa ibu kandungnya itu telah meninggal dunia”

Lantas Hanum menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia menahan air mata yang hampir tak terbendung di pelupuk matanya. Ia berlutut dihadapan Jena lalu mengusap kedua pipinya sambil menatapnya dengan penuh rasa iba.

Hanum pun mulai berfikir bahwa keluarga Antonio tidak memperlakukannya dengan baik, mengapa mereka tidak memberitahu hal sebenarnya saja atau merahasiakan ini semua agar Jena tidak perlu mencari berita tentang ibunya.

“Ayo cepat katakan Mbak Hanum… Jena ingin sekali melihat mama.” Lirihnya.

“Maaf Jena… Mbak gak bisa kasih tau kamu dimana mama-mu” Mbak Hanum mulai meneteskan air matanya. Ia memeluk Jena kembali sambil mengelus elus punggungnya.

“Mbak Hanum kenapa nangis… Mbak jangan nangis ya, Jena juga gak nangis walaupun sampai saat ini belum ketemu mama” Katanya sambil mengusap air mata yang membasahi pipi wanita paruh baya yang ada didepannya.

Kali ini bukan hanya Hanum yang bersedih dengan keadaan Jena, tetapi Pak Sapri dan Risa yang merupakan teman Jena ikut merasakan apa yang Jena rasakan. Pak Sapri mulai meneteskan air matanya mengingat perlakuan anggota keluarga Pak Julio terhadap Jena.

“Mengapa semua ikut menangis” Ucapnya polos sambil melihat supir keluarganya itu menangis dan temannya juga terlihat prihatin kepadanya.

“Kamu tidak usah mencari mama mu lagi ya… Mama mu sudah bahagia sekarang…” kata Hanum.

“Bahagia? Mama sekarang bahagia ya tanpa Jena. Em.. Mungkin Jena bukan anak yang diinginkan semua orang...” ia pun tertunduk sedih.

“Tidak Jena, bukan seperi itu maksud Mbak. Tapi mama sudah bahagia di tempat yang baru”

“Jena… Kalau kata ibuku, ucapan seperti itu maksudnya berarti mama mu sudah meninggal. Itu saja tidak mengerti!” Celetuk Risa dengan polosnya. Tentu saja semua mata kini tertuju padanya.

“Hah… Berarti mama sudah meninggal?!” Jena terkejut dan langsung bertanya pada Hanum.

Hanum agak marah sebenarnya mengapa temannya itu memberitahu nya langsung dan membuat Jena terkejut. Ia sebenarnya tak sanggup memberitahu Jena hal itu, tetapi dengan terpaksa ia pun mengangguk sebagai isyarat apa yang dikatakan temannya itu benar.

Langsung saja Jena lemas dan ia pun terduduk. Ia menangis sejadi jadinya sampai dadanya terasa sesak dan tenggorokannya sakit sekali. Mbak Hanum, Pak Sapri dan temannya itu mencoba menenangkannya.

Mbak Hanum membawakan air minum untuknya dan setelah tangisannya reda, ia pun mengajaknya ke sebuah rumah kosong disamping rumahnya. Rumah sederhana tanpa gerbang yang kini sudah dipenuhi oleh rumput liar dihalamannya.

“Jena, ini adalah rumah mama. Nama mama mu adalah Mila, dia sangat cantik sama sepertimu. Dia anak yang baik dan pekerja keras, Mbak sangat mengenalnya karena saat ia masih sekolah orang tuanya menitipkan nya ke mbak. Ia juga rajin menabung walaupun penghasilannya saat berjualan disekolah itu tidak seberapa.”

Hanum mulai membuka pintu depan rumahnya yang tidak dikunci. Besi nya sudah mulai berkarat dan permukaan tembok yang berlumut, membuat rumah tersebut terasa seram seperti rumah rumah di film horor karena rumah itu juga terbengkalai dan tak terurus.

Dalam rumah itu perabotan masih sangat lengkap, tak ada satu pun barang yang berpindah posisi saat kepergian Mila. Lalu Hanum mencoba membawa Jena untuk memasuki kamar almarhumah. Mereka melihat foto-foto Mila yang masih terpajang di kamarnya walaupun kini warna foto tersebut mulai pudar dan dipenuhi oleh debu.

Hanum mencabut salah satu foto yang terpajang itu dan menunjukkannya kepada Jena.

“Lihat Jena, ini mama mu… Dia mirip sekali denganmu bukan?”.

Jena tersenyum, akhirnya ia mengetahui rupa asli ibu kandungnya. Ia memang cantik sekali seperti Jena. Terlihat Mila yang sedang berswafoto sambil tersenyum, padahal dibalik senyumnya itu, ia menyimpan luka dan rasa sedih yang sangat mendalam.

Jena memasukkan foto mama-nya itu kedalam tas kecilnya. Matanya memandangi benda lain yang berada di kamar almarhum ibunya itu, dan ia pun langsung tertuju pada sebuah buku yang terletak di atas meja rias. Ia berlari dan mencoba membukanya.

“Sepertinya ini buku punya mama… Mbak Hanum bisa bacakan buku ini untuk Jena? Jena belum bisa baca…” Ucapnya sambil mengangkat buku itu untuk ditunjukan kepada hanum. Dan Sreet…

Selembar kertas terbang dan jatuh dihadapannya. Jadinya hanum lebih tertarik untuk membaca kertas yang jatuh itu dibanding buku yang dipegang Jena, karena fikirnya kertas ini mengandung sebuah pesan tentang sesuatu.

“Sebentar ya Jena, Mbak baca kertas ini dulu… Sepertinya ini sebuah surat untuk diberikan kepada seseorang”

Jena mengangguk dan menghampiri temannya saja yang berada di samping pak sapri di bagian ruang tamu rumah almarhum ibunya.

“Risa, kamu sudah bisa baca kan? Bisa bacakan ini untukku…” pinta Jena.

Sementara itu Hanum masih berada di kamar untuk menyelesaikan membaca surat yang ditulis almarhum Mila.

...Surat Untuk Anakku Tersayang...

..."Hai nak, ini mama....

...Bulan ini merupakan bulan terakhir kamu tidur diperut mama. Semoga mama dapat menjagamu dengan baik agar kamu menjadi anak yang bahagia dan tidak kesepian seperti mama sekarang....

...Dan jika mama tidak bisa bersamamu, mama ingin kamu menjadi anak yang mandiri dan beruntung. Semoga kamu selalu dikelilingi orang orang yang baik dan senantiasa memberikan kebahagiaan untukmu....

...Jika mama tiada, mama harap kamu membaca surat ini, dan tumbuhlah menjadi anak yang baik dan bahagia ya anakku sayang 🤍"...

Sepucuk surat tersebut membuat Hanum kembali meneteskan air matanya. Ia segera memanggil Jena untuk membacakan surat tersebut kepadanya.

“Jena ayo sini!, mbak Hanum mau bacakan surat untukmu dari mama…” Panggil Hanum.

“Iya sebentar, Jena masih baca buku milik mama…”

“Cepat kemari Jena, sepertinya isi surat ini lebih penting dari buku mama yang sedang kamu baca itu”

Lalu Jena pun langsung meninggalkan Risa yang masih membacakan isi dari buku itu dan segera menghampiri Mbak Hanum di kamar. Ia duduk di ranjang bekas almarhum mama nya untuk mendengarkan isi surat yang akan dibacakan Mbak Hanum.

Hanum membacanya dengan nada yang bergemetar sambil menahan tangis yang hampir tak terbendung. Sementara Jena sangat khidmat mendengarkan isi dari surat yang diberikan almarhum Mila untuknya.

Awalnya Jena biasa saja saat dibacakan surat itu, tetapi saat dijelaskan lebih rinci oleh Mbak Hanum, ia pun menangis bahagia ternyata ibu kandungnya peduli dan sayang terhadapnya, beda seperti Andina, ibu angkatnya yang sangat kasar kepadanya.

Episodes
1 BAB 1: Mila
2 BAB 2: Ku antarkan kau ke ayahmu
3 BAB 3: Test DNA
4 BAB 4: Hasil
5 BAB 5: Jena
6 BAB 6: Kepergian Antonio
7 BAB 7: Anak Berkebutuhan Khusus
8 BAB 8: Jadilah anak mandiri
9 BAB 9: Maafkan Jena Mama
10 BAB 10: Kepulangan Antonio
11 BAB 11: Andina hamil?
12 BAB 12: Misi mencari mama
13 BAB 13: Ternyata mama kandungku...
14 BAB 14: Hukuman untuk Jena
15 BAB 15: Hak asuh Jena
16 BAB 16: Persetujuan Anton dan Maira
17 BAB 17: Pernikahan Antonio dan Maira
18 BAB 18: Hari kedua tak menyentuhku
19 BAB 19: Rencana Itu...
20 BAB 20: Kedatangan asisten baru
21 BAB 21: Putus sekolah
22 BAB 22: Luka ini akan kuingat selalu
23 BAB 23: Jangan paksa aku Ma, Pa
24 BAB 24: Kedatangan Ayah dan kakek
25 BAB 25: Mencurigakan
26 BAB 26: Teguran
27 BAB 27: Semua terjadi karenamu
28 BAB 28: Alone
29 BAB 29: Overdosis
30 BAB 30: Rencana Licik Antonio
31 BAB 31: Menghindar
32 BAB 32: Berita bahagia dari Andina
33 BAB 33: Tersisishkan
34 BAB 34: Jena dijual?
35 BAB 35: Amarah Arhan
36 BAB 36: Kabur?
37 BAB 37: Kehidupan baru
38 BAB 38: Disembunyikan
39 BAB 39: Mariposa
40 BAB 40: Waspada
41 BAB 41: "Stop Rai, jangan tergoda!"
42 BAB 42: Keponakan Via ternyata...
43 BAB 43: Bertemu dengan Antonio?
44 BAB 44: Curiga
45 BAB 45: Rencana Pertama
46 BAB 46: Rencana kedua
47 BAB 47: Rencana Ketiga
48 BAB 48: Grebeg
49 BAB 49: Penangkapan
50 BAB 50: Karma
51 BAB 51: Bertemu kembali
52 BAB 52: Jemput
53 BAB 53: Bebas?
54 BAB 54: Keputusan
55 BAB 55: kembali ke tangan Antonio
56 BAB 56: Bantuan Vivia
57 BAB 57: Jangan beritahu Maira, cantik…
58 BAB 58: Memulai kembali rencana itu
59 BAB 59: Client pertama
60 BAB 60: Kembali menjadi tahanan
61 BAB 61: Selangkah bertemu Jena
62 BAB 62: Bertemu kembali
63 BAB 63: Antonio stress?
64 BAB 64: Pembelaan
65 BAB 65: Antonio bebas?
66 BAB 66: Pria misterius
67 BAB 67: Masalah dengan Farrel
68 BAB 68: Adegan malam itu?
69 BAB 69: Tuduhan
70 BAB 70: Persyaratan dari Antonio
71 BAB 71: Damai?
72 BAB 72: Memutar balik fakta
73 BAB 73: Tak Jera
74 BAB 74: My babby girl
75 BAB 75: Pria itu?
76 BAB 76: Berpencar
77 BAB 77 : Tersesat
78 BAB 78: Pilih atas atau bawah
79 BAB 79: Sedikit lagi...
80 BAB 80:
81 BAB 81: Membahas video itu
82 BAB 82: Masih tak mengakui
83 BAB 83: Perjanjian untuk Jena
84 BAB 84: Ada apa dengan Farrel
85 BAB 85: Ciuman pertama dengan Farrel
86 BAB 86: Rahasia Farrel
87 BAB 87: Curiga
88 BAB 88: obsesi
89 BAB 89: Sedikit lagi
90 BAB 90: Sudah terlambat
91 BAB 91: Ku kira...
92 BAB 92: Pak Yoga...
Episodes

Updated 92 Episodes

1
BAB 1: Mila
2
BAB 2: Ku antarkan kau ke ayahmu
3
BAB 3: Test DNA
4
BAB 4: Hasil
5
BAB 5: Jena
6
BAB 6: Kepergian Antonio
7
BAB 7: Anak Berkebutuhan Khusus
8
BAB 8: Jadilah anak mandiri
9
BAB 9: Maafkan Jena Mama
10
BAB 10: Kepulangan Antonio
11
BAB 11: Andina hamil?
12
BAB 12: Misi mencari mama
13
BAB 13: Ternyata mama kandungku...
14
BAB 14: Hukuman untuk Jena
15
BAB 15: Hak asuh Jena
16
BAB 16: Persetujuan Anton dan Maira
17
BAB 17: Pernikahan Antonio dan Maira
18
BAB 18: Hari kedua tak menyentuhku
19
BAB 19: Rencana Itu...
20
BAB 20: Kedatangan asisten baru
21
BAB 21: Putus sekolah
22
BAB 22: Luka ini akan kuingat selalu
23
BAB 23: Jangan paksa aku Ma, Pa
24
BAB 24: Kedatangan Ayah dan kakek
25
BAB 25: Mencurigakan
26
BAB 26: Teguran
27
BAB 27: Semua terjadi karenamu
28
BAB 28: Alone
29
BAB 29: Overdosis
30
BAB 30: Rencana Licik Antonio
31
BAB 31: Menghindar
32
BAB 32: Berita bahagia dari Andina
33
BAB 33: Tersisishkan
34
BAB 34: Jena dijual?
35
BAB 35: Amarah Arhan
36
BAB 36: Kabur?
37
BAB 37: Kehidupan baru
38
BAB 38: Disembunyikan
39
BAB 39: Mariposa
40
BAB 40: Waspada
41
BAB 41: "Stop Rai, jangan tergoda!"
42
BAB 42: Keponakan Via ternyata...
43
BAB 43: Bertemu dengan Antonio?
44
BAB 44: Curiga
45
BAB 45: Rencana Pertama
46
BAB 46: Rencana kedua
47
BAB 47: Rencana Ketiga
48
BAB 48: Grebeg
49
BAB 49: Penangkapan
50
BAB 50: Karma
51
BAB 51: Bertemu kembali
52
BAB 52: Jemput
53
BAB 53: Bebas?
54
BAB 54: Keputusan
55
BAB 55: kembali ke tangan Antonio
56
BAB 56: Bantuan Vivia
57
BAB 57: Jangan beritahu Maira, cantik…
58
BAB 58: Memulai kembali rencana itu
59
BAB 59: Client pertama
60
BAB 60: Kembali menjadi tahanan
61
BAB 61: Selangkah bertemu Jena
62
BAB 62: Bertemu kembali
63
BAB 63: Antonio stress?
64
BAB 64: Pembelaan
65
BAB 65: Antonio bebas?
66
BAB 66: Pria misterius
67
BAB 67: Masalah dengan Farrel
68
BAB 68: Adegan malam itu?
69
BAB 69: Tuduhan
70
BAB 70: Persyaratan dari Antonio
71
BAB 71: Damai?
72
BAB 72: Memutar balik fakta
73
BAB 73: Tak Jera
74
BAB 74: My babby girl
75
BAB 75: Pria itu?
76
BAB 76: Berpencar
77
BAB 77 : Tersesat
78
BAB 78: Pilih atas atau bawah
79
BAB 79: Sedikit lagi...
80
BAB 80:
81
BAB 81: Membahas video itu
82
BAB 82: Masih tak mengakui
83
BAB 83: Perjanjian untuk Jena
84
BAB 84: Ada apa dengan Farrel
85
BAB 85: Ciuman pertama dengan Farrel
86
BAB 86: Rahasia Farrel
87
BAB 87: Curiga
88
BAB 88: obsesi
89
BAB 89: Sedikit lagi
90
BAB 90: Sudah terlambat
91
BAB 91: Ku kira...
92
BAB 92: Pak Yoga...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!