“Maira, hari ini kita akan ke pengadilan untuk mengurusi hak asuh Jena. Aku, Arhan dan Andina akan pergi ke sana sekarang. Kau ikut ya…” Ajak Antonio kepada Maira pagi itu.
Maira ingat apa yang akan ia rencanakan hari ini. Ya, dia akan curhat dan mengadu kepada mertuanya tentang bagaimana sikap suaminya itu. Ia pun segera menolak permintaan Antonio.
“Tidak mas, aku tidak bisa. Aku ada kepentingan hari ini”
“Kepentingan apa memangnya?”
“Pokonya hari ini aku sibuk”
Maira meninggalkan suaminya sendirian di kamarnya. Antonio hanya membiarkannya saja karena Maira tidak terlalu penting juga untuk mengurusi hak asuh Jena selama di pengadilan nanti. Ia yang sudah mengenakan setelan jas itu pun segera menyusul Arhan dan Andina yang sudah dalam perjalanan menuju pengadilan. Tak lupa, ia juga mendandani Jena dan membawanya.
Maira dari kejauhan memastikan bahwa Antonio sudah pergi. Inilah saatnya ia menuju rumah mertuanya yang lokasinya agak jauh dari rumahnya itu. Setelah 30 menit perjalanan ia pun sampai dirumah mertuanya. Hanya ada Bu mayang dan beberapa ART nya di rumah itu.
“Ibu…!” Maira menghampiri Bu Mayang yang merupakan ibu Antonio di dekat ruang keluarga. Ia memeluknya sambil menangis tersedu sedu dan akan memulai drama-nya. Bu Mayang yang melihatnya kaget, mengapa menantunya ini menangis begitu histeris.
“Kenapa Maira? Ada masalah apa?” Bu Mayang bertanya tanpa melepaskan pelukannya sambil menenangkan Maira.
“Bu, Mas Anton bu…” Maira tidak melanjutkan ucapannya.
“Anton? Kenapa dengan suamimu itu? Apakah dia memarahimu? Ayo cerita saja!”
Sebelum Maira bercerita, ia meneruskan tangisannya agar ibu mertuanya itu percaya dengan apa yang ia ucapkan nanti. Bu Mayang semakin merasa prihatin dengan menantunya itu. Ia berfikir kalau Maira benar-benar diperlakukan tak baik oleh putranya.
“Bu, Mas Anton benar-benar tidak mencintai ku. Sudah dua hari setelah pernikahan kami, ia belum pernah menyentuhku. Ia malah lebih mementingkan Jena dibanding aku sebagai istrinya. Lihat saja, setelah kita menikah bukannya bulan madu yang ia pikirkan malah mengurusi Jena. Aku ingin kita menikmati waktu berdua terlebih dahulu bu tetapi dia terus saja memikirkan anak h*ram itu…” Maira menjelaskannya sambil terus menangis.
“Oh begitu… Dasar anak itu, pengganggu rumah tangga orang saja. Emm… begini saja, nanti ibu akan segera merekrut satu ART yang akan bekerja di rumahmu dan dia akan kerja sama dengan kita. Kita harus merencanakan sesuatu untuk anak itu. Ibu juga memang sebenarnya tidak menginginkan anak itu sejak awal, tambah sini ibu semakin membencinya karena ia anak yang lemot dan salah satu kakinya lemah. Tidak ada yang bisa dibanggakan dari anak itu, makanya ibu waktu itu ada niatan untuk membuangnya saja, tetapi tidak jadi.”
“Membuangnya!?” Maira kaget dengan perkataan ibu mertuanya. Nampaknya memang Bu Mayang begitu membenci anak itu. Dan ini merupakan kesempatan untuk nya bekerja sama dengan mertuanya itu.
Seperti yang telah direncanakan Bu Mayang bahwa ia akan merekrut satu ART dan akan ada rencana yang akan mereka lakukan terhadap anak itu. Intinya tujuan dari rencana mereka adalah menyingkirkan anak itu dari Antonio agar dia fokus selalu untuk berdua bersama Maira.
Setelah berbincang dengan ibu mertuanya itu, ia segera pulang sebelum suaminya itu pulang ke rumah. Ia berpamitan dan ibu mertua nya itu berjanji akan mengirimkan ART tersebut secepat mungkin.
...****************...
Maira pulang ke rumah tepat waktu. Taksi yang membawanya lebih cepat lima menit sebelum kedatangan Antonio. Maira segera berjalan cepat menuju rumah sambil menghapus riasannya yang luntur akibat tangisannya.
Antonio memarkirkan mobilnya dan segera masuk ke rumah bersama Jena. Ia melihat rumahnya begitu sepi, lalu ia pun memanggil istrinya. “Maira…!” dan istrinya itu pun segera turun dari kamarnya untuk menghampiri suaminya.
“Ada apa Mas?” Tanya Maira.
“Tidak, aku hanya memanggilmu. Oh iya urusan tentang anak kita, Jena sudah selesai hari ini dan akan segera diurus oleh pihak sana”
Maira hanya mengangguk sambil melipatkan tangannya. “Hanya itu yang akan kamu bicarakan?”
“Emm… Tidak, aku ingin bertanya kepadamu satu hal.”
“Hm, Apa?”
“Selama kita dua hari dirumah baru ini, kamu belum pernah membereskannya?”
“Tentu saja belum, rumah ini terlalu besar jika aku yang membereskannya sendiri. Apa kau ingin aku mati!?” Maira mulai tersulut emosi dan berbicara kepada suaminya itu dengan nada tinggi.
“Ya kamu kan gak ada kerjaan di rumah, minimal selama aku belum dapat pembantu ya kamu beres-beres sedikit. Jangan manja!” Antonio tak terima jika dirinya dibentak oleh istrinya itu.
“Aku sudah mencari pembantu dan akan segera datang nanti. Kamu tidak usah mencarinya lagi…”
Maira meninggalkan Antonio bersama Jena. Jena yang telah terbiasa dengan bentakan di keluarganya, sama sekali tidak kaget dan biasa saja akan hal itu. Ia menatap papa-nya dan menenangkan nya.
“Yang sabar ya papa… Papa jangan berantem sama mama Maira. Kasihan juga mama Maira kalau dibentak papa.” Ucapnya sambil memegang salah satu tangan ayahnya yang cukup besar baginya.
Antonio hanya tersenyum kepada gadis kecil itu dan membuatkannya makan malam. Ia hanya memasakan makan malam untuknya dan Jena saja, sementara istrinya itu dibiarkan begitu saja, tak ditanya sama sekali olehnya.
Maira yang melihatnya dari balik pintu dapur tambah kesal. Ia benar-benar lebih mementingkan Jena dibanding dirinya. Ia pun lalu mencoba masuk ke dapur, mungkin saja jika Antonio melihatnya akan menawarkan untuk makan bersama dengannya.
Maira pun berpura-pura mengambil segelas air di dispenser dekat tempat duduk suaminya. Tak sesuai ekspektasi, suaminya itu tetap saja acuh tak acuh kepadanya. Maira semakin kesal dan pergi meninggalkan mereka.
Ini merupakan malam ketiga pernikahan mereka, tetapi Maira sama sekali belum pernah disentuh oleh suaminya. Saat Jena sudah tertidur dan suaminya itu masuk ke kamar. Ia mencoba untuk menggodanya. Ia menggunakan pakaian agak menerawang untuk menggoda suaminya itu.
Kali ini akhirnya Antonio tergoda dengan body yang dimiliki istrinya itu, karena dilihat lihat olehnya, body yang dimiliki Maira 11-12 seperti Mila, ibu kandung Jena. Hal itu membuatnya hatinya menjadi berbalik menyukai istrinya itu.
Tiba-tiba saja ia memeluk istrinya dari belakang sambil berkata “Mai, maafkan aku”
“Kenapa mas?” Maira heran sekaligus kebingungan mengapa suaminya itu tiba-tiba saja meminta maaf kepadanya. Mungkin karena ia telah cuek dan kasar kepadanya, itu yang ada dalam fikiran Maira.
“Maafkan aku telah kasar kepadamu selama ini, jujur saja memang aku dari awal belum mencintaimu. Tapi malam ini perasaanku berubah tiba-tiba saja. Oh iya, aku sebenarnya menyembunyikan suatu hal kepadamu tentang Jena…”
“Jena?” Timpal Maira.
“Ya, aku memiliki rencana terhadap anak itu dan engkau akan segera mengetahuinya…”
“Memangnya apa rencanamu mas?”
“Intinya, rencana itu akan menguntungkan kita nantinya. Dia merupakan investasi yang cukup besar untuk kita nantinya…”
Antonio sepertinya merencanakan sesuatu yang tak pantas untuk dilakukan seorang ayah terhadap anak angkatnya itu.
Hari ketiga pernikahan mereka merupakan pertama kalinya bagi Antonio dan Maira bercinta. Hal itu membuat mereka lebih mencintai satu sama lain dan membuat hubungannya semakin erat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Atha Diyuta
next
2024-02-08
0
Teteh Lia
hadeuh Antonio juga sama ternyata 🤦♀️
2024-01-29
0
Teteh Lia
Maira, malah jadi kompor🤦♀️
2024-01-29
0