“Kita harus segera mengurus surat-surat dan akta kelahirannya. Oh ya…Bayi ini belum mempunyai nama, jadi mau dikasih nama siapa?” Tanya Pak Julio kepada anggota keluarganya.
“Biar saya dan Anton saja Yah yang mengurus-nya, karena bayi itu akan menjadi putri dari Andin sama Arhan. Berhubung Arhan belum pulang dari dinasnya di luar negeri. Jadi biar Andin sama Anton saja ya.. yang mengurusnya” Andina sebelumnya telah memiliki nama khusus untuk bayi itu.
Andina lalu memangku bayi mungil itu dan membawanya ke kamar. Disusul oleh Anton untuk membicarakan masalah bayi ini berdua di kamar kakaknya.
Mereka menutup pintunya dan Andina segera menidurkan bayi itu dengan sembarang di ranjangnya “Haduh berat banget nih bayi, pegel banget tangan gue” Andina mengibas-ibaskan tanganya yang pegal.
“Halah kak…baru juga gendong bentar. Nanti malah ngegendong dia terus…!” Antonio mengejeknya.
“Ish...ogah banget! Enggak lah, gak akan gue gendong terus. Manja banget dia kalo digendong dan dimomong terus… Eh gue udah bilang tau mau rawat bayi ini ke Arhan, dan dia malah exited banget lagi, sebelas dua belas tuh kaya ayah!”
“Haha… Kak Arhan kan emang pengen banget punya anak kan, ya wajarlah. Eh ngomong-ngomong, bayi ini mau diberi nama siapa?” Tanya Anton.
“JENA” hanya satu kata yang Andina ucapkan dengan pasti.
“Jena?”
“Iya, Jena. Nama itu plesetan soalnya bayi itu merupakan hasil ‘z**a’. Gue gamau ya ngasih nama anak ini bagus-bagus. Dia aja lahir dari seorang wanita malam yang na*f!” Perkataanya yang sompral membuat adiknya bergidik dan tak bisa berkata apa-apa. Ia pun menyetujuinya saja karena tidak memiliki ide untuk memberi nama bayi itu.
...****************...
Keesokan harinya
Ding-dong…
Suara seseorang yang memencet bel pagi-pagi sekali. Sepertinya itu adalah Arhan yang kembali dari dinasnya di Singapura. Andin yang sudah mengetahui suaminya itu akan pulang hari ini pun segera berlari untuk membukakan pintu untuknya. Ia spontan saja memeluknya karena sudah beberapa bulan ia tidak pulang, jadi ia sangat merindukannya.
“Sayang… Katanya kamu dinas cuma tiga bulan disana, kenapa lebih?” Tanya Andina tanpa melepas pelukannya.
“iyaa... Karena ada beberapa masalah dan kita sedang mencoba membuka cabang perusahaan yang baru disana, Kantor lama kita juga agak sempit karena jumlah karyawan yang semakin bertambah. Emm... Oh iya mana bayi itu? Sudah diserahkan kepada keluarga kita?”
Pertanyaan Arhan membuat istrinya badmood. “Sayang, baru datang kok bahas bayi itu duluan, kamu gak nanyain kabarku dulu gitu? Atau selama aku sendiri keadaanku gimana gitu? Malah nanyain bayi itu... Jadi sekarang yang lebih penting bayi h*ram itu ya bukan istrimu lagi!?” Andina melepas pelukannya dan melipat tangannya.
“Astaga…Jangan gitu sayang. Walaupun bayi itu lahir dari hubungan yang terlarang, tetapi tidak baik jika kita men-capnya dengan julukan anak h*ram. Lagian suamimu ini bertanya baik-baik juga. Aku juga sering nanya kabarmu di telepon kan… Jadi kenapa mesti marah?”
“Masih nanya kenapa marah…, ya jelas lah berarti kamu lebih mentingin bayi itu dibanding aku. Sana urusin aja tuh bayi di kamar…”
Arhan pergi meninggalkan istrinya yang sedang naik darah itu, lalu menghampiri bayi yang kini akan berstatus sebagai anaknya. Ia melihat bayi itu menangis ditinggal sendirian, tampaknya ia juga kelaparan belum diberikan susu.
“Andina… Sayang! Tolong cepat kesini…” Panggil suaminya dari kamar.
“Ish…Mau apalagi tu orang” Gerutu Andina sambil berjalan menuju kamarnya.
“Apalagi?” Tanya Andina sambil terus melipat kedua tangannya di dada.
“Sayang… ini bayinya jangan ditinggal dikamar sendirian dong. Kalau mau ditinggal, usahain di rumah, kan banyak orang yang lalu lalang. Jadinya kalau ada apa-apa masih ada yang bisa bantu jaga. Kalau ditinggal sendiri dikamar kan gak ada yang ngawasin selain kita. Ini juga bayinya nangis, kamu belum kasih susu?” Arhan menasihati istrinya panjang lebar.
“Aduh berisik…Iya-iya aku tahu” Bukannya membuatkan susu, Andina malah balik badan dan memainkan ponselnya lalu ia pun keluar dari kamar.
Arhan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan istrinya itu. Ia pun menyiapkan susu formula hangat untuk diberikan bayi perempuan malang yang ada dihadapannya.
...****************...
“Hadeh… Baru dua hari bayi itu ada disini, udah bikin masalah sama bikin gue badmood aja!” Andina menggerutu sambil memainkan ponselnya.
Tiba-tiba saja ayah menghampiri Andina dan duduk disampingnya. “Jadi, nama bayi itu Jena? Jena saja tidak ada nama panjangnya? Dan apa arti dari nama Jena?”
“Huft, tentang bayi itu lagi. Padahal aku sudah muak untuk membicarakannya” gumam Andina.
“Iya yah, Andin gak tau nama panjangnya apalagi. Kalau arti dari nama Jena, Andin kurang tahu. Andin hanya menginginkan nama itu saja untuk diberikan kepadanya karena ya cocok aja…” Andina menyembunyikan fakta sebenarnya tentang arti dari nama yang ia berikan kepada bayi itu.
“Ya sudahlah, berarti jika kau dan Arhan yang merawatnya, berarti ayah jadi memberikan hukuman kepada Anton agar ia pergi untuk diasingkan ke Spanyol bersama pamannya, lalu perusahaan yang di pegang Anton akan kami ambil alih untuk diberikan kepada suamimu”
“Loh…Tapi kan suami saya sudah bekerja juga yah”
“Suruh dia resign! dia ini terlalu mandiri bekerja diperusahaan orang. Padahal, mertuanya ini juga punya perusahaan.” Perintah Pak Julio kepada Andina.
“Baiklah, akan kami bicarakan…”
Sebenarnya Andina tidak tega jika adiknya itu dihukum untuk diasingkan di Spanyol apalagi itu merupakan tempat kelahiran ayahnya di desa yang cukup jauh dari keramaian kota. Ya, mau bagaimana lagi ini merupakan hukuman dari ayah untuknya. Andina tidak bisa menyangkal.
Ia juga tak ingin kalau suaminya itu malah bergabung dengan perusahaan ayahnya. Karena perusahaan suaminya merupakan perusahaan multinasional dan memiliki reputasi yang jauh lebih baik dari perusahaan ayahnya. Ia juga sudah terpandang baik di perusahaan suaminya itu.
Ia pun menghampiri suaminya yang sedang me-momong bayi perempuan itu dikamarnya. Aura kebapakan Arhan sangat terlihat. Nampaknya ia menyayangi anak angkatnya itu. Andina tak senang karena seharian ia sama sekali belum diperhatikan oleh suaminya itu, dan ia malah lebih memperhatikan dan bayi itu dibanding dirinya.
Ia pun masuk ke kamar sambil membicarakan apa yang dikatakan ayahnya itu. Ya... Mau tidak mau, Arhan akan menuruti perkataan mertuanya dan memutuskan untuk resign di perusahaan lama nya. Padahal perusahaan tersebut sedang berkembang dan membutuhkan kontribusi Arhan yang sangat terampil dalam berbisnis.
"Baiklah, aku akan ikut kata ayahmu saja" Ucapnya kepada istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
💞Amie🍂🍃
Karyanya bagus Thor💪💪💪
2024-01-08
2