Hari lamaran telah berlalu. Kini mereka akan mempersiapkan pernikahan dadakannya yang akan dilaksanakan seminggu lagi. Hal ini membuat Antonio menjadi lebih sering memiliki waktu berdua dengan Maira.
Saat itu, Antonio sedang berada di rumahnya. Mereka duduk di shofa sambil berbincang bincang mengenai adat yang akan mereka pakai dan hal lain yang harus mereka siapkan seperti MUA, souvenir, dan konsumsi.
Ditengah kesibukan mereka merencakan hal tersebut. Bu Mayang tiba-tiba saja menghampiri mereka dan duduk disamping Maira. Ia mencoba untuk mengatakan sesuatu kepada mereka berdua tetapi tertahan dan agak kebingungan bagaimana cara memulai pembicaraannya.
“Bu ada apa? Ibu mau mengatakan sesuatu sama kita?” Tanya Maira.
“Em..eh iya… Aduh bagaimana ya ini mengatakannya. Sebenarnya sih ini terserah kalian mau atau tidak ya tidak apa-apa…”
“Hm… Mau atau tidak apa bu?” Maira dan Arhan saling bertatapan, tak mengerti apa yang ia maksud.
“Tentang Jena, Maira juga sudah tahu kan? Jadi gini, Andina ingin memutuskan agar Jena tidak menjadi anak angkatnya lagi. Emm… Kalian mau tidak menjadi orang tua Jena nanti?”
“Lah kok? Arhan bagaimana?” Tanya Antonio.
“Arhan sebenarnya tak ingin melepas Jena, tetapi kalau Jena mempunyai orang tua angkat yang baru dan lebih baik dari mereka, maka Arhan mengizinkannya. Mungkin juga Arhan sudah pusing dengan keluhan Andina tentang Jena…”
Maira dan Antonio saling bertatapan memberi kode satu sama lain. Maira mengangkat alisnya bak memberi isyarat kepada Antonio tentang tawaran ibunya. Antonio menghela nafas dan berfikir sejenak, lalu ia pun mengangguk setuju. Karena ada rencana lain yang disembunyikan Antonio, maka ia pun setuju untuk merawat Jena.
Karena Maira tahu anggukan calon suaminya itu berarti setuju. ia pun ikutmenyetujui saja keputusan suaminya untuk menjadikan Jena sebagai anak angkatnya. Walaupun demikian, Maira sebenarnya tidak ingin merawat anak itu, karena ia tahu bahwa Jena merupakan anak kandung Antonio hasil hubungan haramnya dengan wanita lain.
“Iya bu, kami setuju. Setelah kami menikah, kami akan membawa dan merawat Jena seperti anak kandung kami sendiri. Ibu tak usah bingung dengan hal itu, kami akan mengurus semuanya tentang Jena”
Perkataan yang diucapkan Maira seperti sangat serius akan menjaga Jena dengan baik. Tetapi entahlah kedepannya, semoga saja apa yang ia katakan benar. Dan akan memperlakukan Jena seperti anak kandungnya sendiri.
Bu Mayang pun akhirnya merasa lega dengan keputusan Antonio dengan calon istrinya itu. Ia tak sabar ingin memberitahukan hal ini kepada Andina, pasti ia sangat senang karena nantinya Jena akan dibawa pergi bersama Antonio di rumah barunya dan ia dan Andina tak akan melihat wajah anak yang menyebalkan itu dimatanya.
“Terimakasih Mai… Kamu memang menantu yang baik”
...****************...
Di malam hari. Pak Julio, Bu Mayang, Andina, Arhan dan Antonio berkumpul di ruang keluarga untuk membicarakan tentang hak asuh Jena. Saat itu Jena sudah tertidur pulas dikamarnya.
Kini hal tersebut sudah diketahui semua anggota keluarga, terkecuali Jena. Mereka sengaja merahasiakan hal ini terlebih dahulu kepada Jena dengan sebuah alasan. Awalnya Pak Julio dan Arhan menentang kalau Jena akan dipindah tangan untuk diasuh oleh Antonio. Tetapi karena bujukan dari istri masing-masing, jadi dengan terpaksa mereka menyetujui hal itu.
“Jika hal tersebut memang yang terbaik, maka saya akan merelakannya untuk diasuh oleh Antonio dan Maira. Saya hanya ingin berpesan kepada Antonio agar menjaganya dengan baik” Ucap Arhan.
“Iya kak Arhan, saya mengerti. Pemikiran saya tidak seperti dulu yang tak ingin mengasuh darah daging sendiri. Kini saya berubah pikiran kalau saya ingin merawat dan menjaganya sampai ia dewasa. Tenang saja, saya akan merawatnya dengan baik” Antonio meyakinkannya.
Semua setuju dengan kesepakatan yang telah dibicarakan. Kini tak akan ada lagi pertentangan atau permasalahan tentang hak asuh Jena karena semua sudah mengerti dan sepakat.
“Baiklah, mulai besok saya akan mencoba untuk mengantarnya ke sekolah dan bermain dengannya” Ucapan Antonio itu benar-benar seperti meyakinkan semua orang bahwa kini ia sudah menganggap dan memperlakukan Jena tidak seperti dulu. Bahkan Andina saja masih tak yakin dengan perkataan manisnya itu.
“Si Anton beneran gak sih? Kok tiba-tiba aja dia jadi mau banget rawat Jena, padahal dulu dia ogah banget sama anak itu. Positif thinking aja Andin! Mungkin dia ingin menjadi lebih baik saat ia menikah nanti…Intinya aku harus bersyukur. Beberapa minggu lagi, aku gak akan liat anak haram itu lagi!” Gumam Andina dalam hati.
...****************...
Pagi pun tiba.
Seperti biasa, Jena akan pergi ke sekolah dan kebetulan hari ini ada ulangan harian yang akan dilaksanakan disekolahnya. Jena tak tahu ulangan yang dikatakan ibu gurunya itu apa. Jadi ia tidak mempersiapkannya sama sekali.
“Jen, hari ini kamu berangkat sekolah sama Papa ya…” Kata Antonio sambil memegang salah satu pundak Jena dari belakang.
“Papa?” Jena keheranan.
“Oh iya, mulai sekarang kamu panggil om jadi Papa, ya… Jadi kamu punya dua ayah, yang pertama ayah Arhan dan yang kedua, papa Anton”
Jena masih kebingungan dengan apa yang dikatakan Antonio. Ia hanya mengangguk dan menuruti perintah Antonio untuk memanggilnya papa. Ia tak tahu mengapa Antonio tiba-tiba saja baik kepadanya dan memintanya untuk memanggilnya papa.
Karena waktu sudah menunjukkan pukul 07.30 Jena pun segera berangkat ke sekolah diantar papa barunya. Tanpa disadari oleh mereka, dari lantai atas ada Arhan dan Andina yang sedari tadi memantau Antonio dan Jena.
“Ternyata memang benar, Antonio telah berubah menjadi lebih baik. Hal ini membuatku tidak was-was lagi agar Jena dirawat oleh Antonio…” Ucap Arhan kepada istrinya.
Istrinya hanya mengangguk, tapi dalam hatinya ia masih berfikir kalau itu hanya perkataan manis dan tipuan belaka. Andina yang merupakan kakak kandung Antonio, sudah pasti mengetahui wataknya sejak kecil. Maka ia tidak mudah tertipu dengan watak aslinya. Antonio dikenalnya sebagai orang yang keras kepala, apa yang ia inginkan harus dipenuhi dan terakhir, ia juga sangat pintar menipu dan berkata manis untuk suatu hal yang ia inginkan.
“Apa ada sesuatu yang Anton inginkan dari Jena? Tak pernah ia sebaik ini dengan orang lain apalagi si Jena itu berstatus anak h*ram yang dulu saja ia tak ingin merawatnya. Tidak! Pasti ada sesuatu yang disembunyikannya” Gumam Andina.
...****************...
Antonio menunggu Jena sampai selesai pelajaran. Ia melihat Jena yang keluar sekolah tergesa-gesa sambil membawa selembar kertas yang sepertinya akan ia tunjukan kepadanya.
“Papa lihat! Jena tadi sudah ulangan dan ini hasilnya…”
Benar saja, Jena menunjukkan kertas yang berisi soal ulangan tersebut kepada Antonio. Matanya langsung saja tertuju pada sebuah angka bulat berwarna merah di pojok atas kertas. Antonio hanya bisa menatap Jena tanpa kata-kata.
“Kalau aku tidak pura-pura baik sekarang, mungkin sudah ku toyorkan saja kepala anak ini. Pertanyaan seperti ini saja nilainya nol. Aku sebenarnya tidak mau memiliki anak yang b*doh seperti dia!” Ucapnya dalam hati tapi menampakkan wajah yang ramah kepada Jena.
“Gak papa, nanti belajar lagi aja ya...” Ia pun mengelus elus kepala anak kandungnya itu dan membawanya kembali pulang ke rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Teteh Lia
beneran ga nih Antonio.
2024-01-28
1