“Kapan kamu bersedia melamar Maira, Ton?”
Bu Mayang bertanya kepada Antonio yang sedang sibuk memainkan game online-nya. Ia tak habis fikir melihat putranya itu terlalu santai terhadap masa depannya apalagi tentang pernikahan.
“Lihat nanti saja bu, sekarang Antonio belum siap…”
“Lah siapnya kapan Ton? Kamu itu sudah terlalu tua untuk menikah. Kamu beberapa tahun lagi mau 40 tahun lho… Ibu pengen lihat cucu dari pernikahanmu.”
“Kan Jena ada bu”
“Jena itu bukan anak hasil pernikahan yang sah. Ibu tak ingin mengakui anak itu sebagai cucu ibu, walaupun anak itu adalah darah dagingmu tapi tetap saja dia anak h*ram!”
Perkataan ibu nya itu membuatnya langsung menatap tajam wajah ibunya. Ia menggelengkan kepala, lalu menghela nafas panjang dan ia pun pergi meninggalkannya. Walaupun Antonio tidak terlalu suka dengan Jena, tetapi tetap saja jika Jena di cap sebagai anak haram darinya, ia tidak terima.
Tak berselang lama, Andina menghampiri Bu Mayang yang masih berdiri ditempatnya berpijak. Sepertinya ia ingin menyampaikan sesuatu yang serius kepada ibunya itu. Andina memegang kedua pundak ibunya, dan menyandarkan dagunya.
“Bu, Andina kan hamil. Berarti Andina beberapa bulan lagi akan mempunyai bayi. Jadi maksud Andina… Boleh gak kalau Jena gak diasuh sama Andina lagi? Kan waktu itu tujuan aku rawat dia soalnya takut tetangga bilang mandul karena belum punya anak padahal pernikahanku dengan Arhan sudah berjalan lama. Nah, sekarang kan Aku udah hamil dan sebentar lagi punya anak, jadi Andin pengen kalau Jena tidak menjadi anak angkatku dan Mas Arhan lagi.” Ucapnya dengan nada memelas.
“Jadi kamu akan memutuskan kalau Jena tidak akan menjadi anak angkatmu lagi?”
“Heem” Andina mengangguk
“Ya itu terserah kamu, tetapi apakah suamimu setuju?”
“Nah itu dia, kayanya dia gak mau deh. Orang si Jena aja udah dia anggap kaya anak kandungnya sendiri. Kelihatannya dia sayang banget sama Jena. Kupikir dia tidak akan mengijinkanku untuk melepas Jena. Jadi makanya aku bilang ibu, biar ibu kasih tau cara supaya Mas Arhan gak suka sama Jena.”
“Oh kalau masalah itu serahkan saja pada ibu. Nanti akan ibu fikirkan”
“Yee, makasih bu…”
Andina memeluk ibunya seraya berterimakasih kepadanya. Tetapi Bu Mayang menjadi kebingingan tentang hak asuh anak itu nantinya. Tak ada yang ingin merawat anak itu di keluarga, kecuali Arhan dan Pak Julio, malah Bu Mayang berniat untuk membuang anak itu ke jalanan saja atau menitipkan pada perempuan yang mengantarkan Jena pada keluarganya pertama kali yaitu Mbak Hanum. Entahlah kalau Antonio sekarang, apakah dia mau merawat darah dagingnya sendiri?
Bu Mayang terus memutar otak untuk jalan keluar permasalahannya itu. Tetapi sekarang, ia lebih memikirkan cara agar anaknya itu cepat melamar Maira dan menikah dengannya. Ia lalu menghampiri Antonio yang sedang berada di kamarnya yang sedari tadi memainkan kembali game online-nya.
Ia menghampirinya lalu bertanya kembali tentang tanggal Antonio melamar Maira. Seperti jawaban sebelumnya, ia hanya menggelengkan kepala. Tak ada sedikit pun niat yang ada di hatinya untuk menikahi Maira. Walaupun Maira sebenarnya memiliki paras cantik dan memiliki body dambaan para wanita, tetapi tetap saja ia tak ingin menikahi wanita itu kalau tidak dipaksa. Dalam fikirannya ia hanya ingin mempermainkan banyak wanita tanpa menikahinya.
“Anton tidak tahu bu, biar ibu saja yang menentukan tanggal lamaran dan pernikahannya. Jadi terserah ibu saja, Anton akan siap dalam waktu dekat ataupun masih lama. Tetapi Anton tak akan berjanji akan membuatnya bahagia.” Ia pergi meninggalkan ibunya kembali, dan saat ia sudah berada di tepi pintu.
“Oh ya… Kabarkan saja jika ibu sudah menetapkan tanggalnya” Antonio melanjutkan langkahnya pergi keluar kamar meninggalkan ibunya sendiri.
“Aduh ini anak! Biar tahu rasa, akan ku nikahkan dia secepatnya” Gumam Bu Mayang.
Ia pun langsung saja menelpon calon istri Antonio, Maira. Untuk langsung menetapkan tanggal lamaran dan pernikahan. Berbanding terbalik dengan Antonio, Maira begitu menyukai pria dewasa itu. Wajar saja, walaupun sudah tak lagi muda, ketampanan dan kharismanya tetap terpancar.
“Halo Mai, ibu mau bilang tentang tanggal lamaran dan pernikahan kamu dengan anak ibu. To the point saja ya Mai… Kamu siap gak kalau lamaran akan dilaksanakan besok dan pernikahannya akan dilaksanakan minggu depan. Tenang saja, semuanya akan kami persiapkan!”
Sontak saja, perkataan calon ibu mertuanya di telepon membuatnya terkejut. Tetapi karena wanita itu sangat menginginkan Antonio, tentu saja ia senang mendengar kabar bahwa pernikahannya itu akan dipercepat.
“Yang benar bu? Emm… Kalau saya sih bisa-bisa aja, tapi Antonio? Apakah dia bersedia?” Tanya Maira dalam panggilan suara tersebut.
“Tentu saja Antonio akan selalu siap menikahimu. Jadi beritahu orang tuamu kita akan melaksanakan lamaran besok ya…”
“Iya, baik bu!”
Bu Mayang menutup teleponnya dan segera menyuruh Pak Sapri untuk mengantarnya membeli sepasang cincin untuk lamaran putra bungsunya besok. Ia juga menyuruh para ART nya untuk membantu mempersiapkan hantaran untuk diberikan kepada besannya nanti.
“Ibu mau kemana?” Tanya Andina.
“Ibu mau beli cincin untuk lamaran adikmu. Oh iya ibu lupa memberitahunya, kamu kasih tahu dia kalau lamarannya akan dilaksanakan besok ya. Sudahlah, ibu buru-buru nanti keburu sore”
“Hah? Lamarannya besok bu?” Baru saja Andina akan bertanya kembali, ibunya itu segera menaiki mobil dan pergi meninggalkannya.
Andina yang masih tak percaya tanggal lamaran adiknya itu dipercepat, lalu pergi mencari Antonio di sekitaran rumah. Dia akhirnya melihat adiknya itu sedang bermain gitar dibawah pohon di belakang rumahnya.
“Ton… Anton! Kata ibu kamu lamaran besok!” Teriaknya kepada adik nya karena jaraknya agak jauh.
“Hah? Yang bener aja kak!” Antonio berhenti menjentikkan jarinya pada gitar yang ia mainkan. Ia menghampiri kakaknya yang ngos-ngosan mungkin telah mencarinya kemana mana.
“Iya bener” Ucapnya sambil terengah engah. Mungkin efek dari kehamilannya membuat ia cepat lelah.
Antonio hanya menepuk jidat, ia tak berfikir ibunya akan menentukan tanggal lamarannya secepat itu. Tak terbayang bagaimana hari lamarannya nanti. Ia tak tahu apa yang ia katakan kepada besannya nanti untuk lamarannya.
Berita lamaran itu pun segera menyebar di keluarga, begitupun Jena. Sepulang sekolah, ia mendengarkan kabar bahwa ayah kandungnya itu akan melamar tante Maira yang telah ia jumpa beberapa hari yang lalu. Ia tak terlalu memikirkannya, tapi ia berharap kalau tante Maira akan bersikap baik kepadanya seperti ayah angkatnya, Arhan.
...****************...
Hari lamaran pun tiba. Semua anggota keluarga hadir karena tepat sekali hari ini adalah hari minggu, jadi semua yang bekerja dan bersekolah libur. Di ruang keluarga, semua hantaran telah disiapkan, begitu pula sepasang cincin untuk dipakai kedua mempelai.
Semua anggota keluarga memakai batik yang senada berwarna ungu. Mereka membawa semua mobil milik keluarganya yang berjumlah tiga. Semua barang hantaran dimasukkan ke mobil Alphard milik pak Julio karena muatannya yang cukup luas. Sementara semua anggota keluarga naik ke mobil Lamborghini milik Antonio dan sebagian lagi naik mobil Tesla milik Arhan.
Karena dari keluarga konglomerat maka tak tanggung-tanggung, Pak Julio memberikan tambahan uang lamaran senilai 300 juta, padahal Antonio juga telah menyiapkan uang lamaran sebesar 200 juta. Sungguh beruntungnya Maira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments