Entah kenapa hari ini setelah dua hari kedatangan Antonio, Andina merasa sangat pusing dan mual. Ia merasakan keram di area perutnya, ia juga merasa sangat lemas sehingga tidak bisa beraktifitas seperti biasanya.
Arhan yang tidak biasa melihat istrinya sakit dengan gejala seperti itu, lantas membawanya ke dokter untuk mengetahui penyakitnya. Sementara untuk urusan sekolah Jena, Arhan menitipkannya sementara kepada Antonio.
Mereka pun akhirnya pergi menuju bidan terdekat di daerahnya.
“Apakah ibu tidak menyadari bahwa ibu sedang hamil?” Perkataan dokter yang memeriksa Andina langsung membuat dia dan suaminya terdiam sejenak dan keheranan.
“Apa? Hamil?” Ucap mereka berdua berbarengan.
“Iya, ibu hamil. Mari kita coba USG saja agar bapak dan ibu percaya…” Dokter itu menyiapkan alat USG nya dan membalurkan cairan berbentuk jel yang ia biasa disebut clear ultrasound gel.
Setelah dibalurkannya, ia mulai memeriksa rahim Andina untuk memastikan dia hamil. Dan ternyata memang benar, ada seorang bakal calon bayi yang kini ada dalam rahimnya. Diperkirakan baru usia dua minggu karena masih sangat kecil dan belum berbentuk.
Sungguh itu merupakan sebuah keajaiban yang diberikan tuhan kepada pasangan ini. Setelah bertahun tahun tidak dikaruniai seorang putra, kini tiba-tiba saja di waktu Andina yang sudah hampir memasuki usia empat puluh tahun ada bayi yang dititipkan tuhan di rahimnya.
Andina dan Arhan menangis karena tidak percaya dengan semua ini. Sepulang mereka dari rumah sakit, mereka langsung mewawarkan kabar gembira ini pada anggota keluarga yang saat ini berada dirumah. Ibu dan ayah Andina awalnya tidak percaya dengan hal itu, dan setelah Andina menunjukkan hasil USG nya mereka pun ikut terharu dengan keajaiban ini.
Bu Mayang sangat terkejut dan memeluk erat putri sulungnya, ia pun menangis haru. Akhirnya ia mempunyai cucu yang benar benar anak kandung dari putrinya.
“Jaga selalu calon bayi ini, kamu jangan kecapean dan jangan bekerja yang berat-berat. Ini cucu harapan ku…” Katanya sambil mengelus perut Andina yang agak membuncit.
Tak lama kemudian...
“Kita pulang…!” Ucap Antonio dari luar yang telah selesai menjemput Jena sekolah.
“Eh Anton… Ada kabar gembira untuk keluarga kita” Bu Mayang segera memberitahu kabar kehamilan kakaknya, karena tinggal Antonio yang belum mengetahui kabar kehamilan Andina.
“Seriously!” Ucapnya dengan logat inggris yang sangat fasih ia lafalkan. Ia juga awalnya tidak percaya dan mengambil hasil USG di meja yang ada di hadapannya. Ia pun tersenyum lalu memeluk kakaknya dan memberikan selamat.
Jena yang melihat para orang dewasa di depannya tertawa. Ia mendengar kata-kata USG dan ia juga mendengar bahwa Mama-nya itu hamil. Ia pun kebingungan dengan kata baru yang disebutkan mereka.
“USG? Mama hamil? Oh apakah karena mama di USG jadi hamil? Berarti aku akan mempunyai saudara kan…” Ucapnya dalam hati.
Dengan polosnya ia menghampiri kumpulan orang dewasa itu lalu bertanya
“mama habis di USG bisa hamil ya? Berarti kalau hamil nanti Jena punya saudara bayi dong…”
Sontak ucapannya itu membuat para anggota keluarga yang mendengarnya tertawa dengan ucapanya. Ada yang tertawa karena tingkah polosnya dan ada juga yang tertawa untuk merendahkannya.
“Anak ini memang b*doh sekali… Mana mungkin setelah di USG aku langsung hamil. Hahaha…” Andina tertawa dengan julidnya, sama seperti ibunya.
“Haha… iya ya Din. Oh iya tadi juga disekolah masa dia tidak bisa membaca dan menulis, masa dua ditambah dua sama dengan enam coba. Hahaha… apakah anak ini tidak pernah belajar?” Ejek Antonio.
“Heh dia tuh bukan gak pernah belajar, tapi otaknya aja yang gak nangkep-nangkep pelajaran. Jadi ditanya apa jawab apa…hahaha…” Bu mayang menimpalinya.
Tentu saja, hal itu membuat Jena menjadi sedih, ia memainkan jari telunjuknya sambil tertunduk karena malu. Ia tak berani menatap satu pun wajah orang dewasa yang ada di hadapannya. Untungnya, tak lama dari itu Arhan segera membela Jena dengan memotong pembicaraan mereka dan menasehati agar berhenti menertawakannya.
Jena yang sakit hati, lalu pergi meninggalkan keluarga angkatnya. Ia segera mandi dan mengganti pakaiannya di kamar. Setelah itu Jena termenung kembali sambil menatap burung yang sedang bertengger di pohon halaman rumahnya.
Terlihat burung itu sedang memberi makan kedua anaknya. Ia memberi anak-anaknya masing masing satu cacing yang mungkin telah ia dapatkan saat mencarinya di tanah yang basah dekat kebunnya. Ia tampak begitu menyayangi burung itu.
“Nanti kalau mama punya bayi lagi, dia akan seperti burung itu tidak ya? Dia sangat adil terhadap anak-anaknya. Tapi jangankan berlaku adil, mama juga belum tentu sayang sama Jena. Mungkin dia nanti lebih sayang sama adik bayi dan tidak peduli sama Jena…” Jena sangat sedih akan hal yang ia khawatirkan itu.
“Oh iya, Jena baru ingat! Mama kan bukan ibu kandungnya Jena, soalnya ibu kandung Jena gak tau dimana. Pokoknya Jena harus mencarinya!”
Ia memutuskan untuk mencari ibunya besok setelah pulang sekolah jika temannya mau menemaninya. Tetapi sebelum itu, ia harus mengetahui nama ibu kandungnya itu dengan mencari tahu kepada keluarganya, dan orang pertama yang ia tanya adalah Arhan, ayah angkatnya.
Arhan yang ditanya hal itu oleh putrinya keheranan. “Untuk apa kamu bertanya ibu kandungmu Jena? Mama adalah ibu kandungmu…” Arhan menutupi nya padahal Jena sudah tahu bahwa dirinya bukanlah anak kandung Andina.
“Ayah bohong! Kata Mama, Jena bukan anak kandungnya… Jena anak buangan yang dirawat Mama. Jena itu sebenarnya anak om Anton kan?” Jena kini tak bisa dibohongi.
“Eh… sayang bukan begitu tapi…” Perkataanya terhenti karena istrinya memanggilnya di kamar mandi, tampaknya ia sedang muntah dan ingin meminta bantuan Arhan. Maka suaminya itupun segera menghampirinya dan meninggalkan Jena.
Jena belum menemukan jawaban atas ibu kandungnya tersebut. Setelah ia kembali mengingat ucapannya bahwa dirinya merupakan anak kandung Antonio, ia pun mengumpulkan semua keberaniannya dan menghadap Antonio untuk bertanya.
Dilihatnya, Antonio sedang duduk di sofa sambil men-scroll aplikasi sosmednya. Ia memberanikan diri untuk bertanya agar mendapatkan petunjuk tentang ibunya. Tetapi ia mulai dengan basa-basi untuk bertanya pada ayah kandungnya itu.
“E…Em…Om Anton..”
“Apa Jen…vMau apa kamu kesini?”
“Jen-Jena mau tanya, Om Anton kan kata Mama Andina ayah asli Jena. Berarti Om Anton tau mama asli Jena?”
“Sini deh om Anton jelasin dulu, soalnya kamu keliatan belum mudeng. Iya benar, om ini ayah asli atau ayah kandung kamu, sementara si Arhan yang kamu anggap ayah itu adalah ayah angkat mu dan Andina juga ibu angkatmu, bukan ibu mu sebenarnya. Dan ibu kandungmu sebenarnya itu, om gak bisa kasih tau siapa dia.” Jelasnya agak berbelit belit dan tentu saja itu membuat Jena masih belum mengerti.
Walaupun Jena tidak mengerti perkataan yang diucapkan ayah aslinya itu, tapi ia tetap ingin tahu ibu aslinya “Cepat om Anton kasih tau Jena…! Jena ingin tahu…”
Karena pusing dengan Jena yang terus memaksanya memberi tahu, akhirnya ia mencoba untuk mengingatnya. Ia sangat mengingat wanita yang merupakan ibu kandung Jena, ia sangat cantik dengan body nya yang sangat menarik untuk kaum Adam. Tetapi ia lupa tentang kabar wanita tersebut karena yang mengantarkan Jena waktu itu bukan dirinya melainkan tetangganya yaitu Mbak Hanum.
“Kamu ini terus saja memaksa! Saya lupa ibumu siapa, tetapi seingat saya kamu diantarkan oleh seseorang bernama Mbak Hanum. Rumahnya kurang lebih tiga sampai empat kilometer ke arah selatan. Kenapa, memang kamu mau cari ibumu? Sana cari saja kalau bisa! Paling kamu nanti akan nyasar!”
Setelah mengejek Jena, Antonio pun pergi tanpa rasa bersalah meninggalkan putri kandungnya. Dengan ringannya ia berkata seperti itu terhadap putri yang merupakan darah dagingnya sendiri. Ia menganggap apa Jena dimatanya? Seakan begitu hinanya anak tak bersalah ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments