Hari yang baru telah dimulai. Ini merupakan hari kedua Antonio dan Maira menjalani hari bersama. Maira memandangi setiap penjuru ruangan dengan senangnya karena rumah ini merupakan mahar pemberian suaminya. Fikir Maira, suaminya begitu loyal kepadanya bahkan rumah berharga Milyaran pun diberikan kepadanya. Padahal, rumah itu merupakan rumah kedua Antonio yang sudah lama tak ditempati tetapi dicat ulang.
Maira melihat-lihat sepertinya ada benda yang kurang pada rumahnya. Ia pun berencana untuk membeli beberapa barang untuk melengkapi istana barunya tersebut.
“Emh… Oh iya Mas, kita belum membeli barang-barang untuk melengkapi rumah kita. Pantesan kaya ada yang kurang kalau aku lihat-lihat. Em... Kapan kita akan membelinya?” Tanya Maira.
“Kapan-kapan saja, hari ini aku sedang sibuk. Lagian apalagi? memangnya ada yang kurang? Ranjang, lemari, sofa, TV, kulkas, apalagi yang belum?” Antonio bertanya balik kepada istrinya.
“Hiasan dinding, vas, dan tempat mengoleksi souvenir? Itu untuk menambah ruangan ini menjadi lebih estetik”
“Terserahlah, kamu beli saja ke toko sendiri. Nanti juga tukangnya membantu kamu untuk mengantarkan barangnya”
Maira yang ceria seketika mukanya berubah menjadi masam. Ia menggerutu dalam hati karena suaminya itu tidak menuruti keinginannya. Maka, Maira pun pergi meninggalkan suaminya yang sibuk memainkan ponselnya. Tetapi baru saja beberapa langkah Maira berjalan, Antonio pun memanggilnya.
Dalam benaknya, ia berfikir kalau Antonio berubah fikiran dan akan mengajaknya untuk pergi keluar membeli barang yang ia inginkan. Seketika, Maira tersenyum kembali dan berbalik ke arah suaminya sambil menjawab panggilan suaminya
“Ya sayang, ada apa?”
“Emm… Aku lupa kalau Jena kan akan menjadi anak angkat kita. Kita harus segera membawanya kemari”
Karena jawaban Antonio itu tidak sesuai ekspektasi dan malah membahas Jena, ia pun menjadi marah dan tersulut emosi.
“Mengapa kamu membahas Jena! Kamu lebih mementingkan anak h*ram yang lahir dari perempuan malam itu dibanding aku istri sah mu, Mas? Kita itu pengantin baru, aku mau kita menikmati waktu bersama berdua dulu. Aku tidak ingin ada yang mengganggu kita!”
Antonio juga menjadi terpancing emosinya. Ia tak terima kalau Jena disebut sebagai anak h*ram oleh istrinya itu. Antonio seketika berdiri dan melemparkan ponsel yang dipegangnya ke kursi.
“Berani-berani nya kau menyebut Jena anak h*ram. Kamu tidak tahu apa-apa tentangku dan ibu kandung Jena! Asal kamu tahu saja, jika aku membandingkanmu dengan ibu kandungnya Jena, tentu saja ibu kandung Jena jauh lebih cantik darimu. Aku menyesalinya hari ini karena tidak menikahinya saja waktu itu. Sudahlah aku akan pergi menjemput anakku!”
Antonio pergi meninggalkan istrinya sendirian. Maira merasa hatinya sangat hancur. Di hari kedua pernikahannya dengan Antonio sudah penuh dengan ketegangan. Maira terduduk lemas dilantai rumahnya sambil menangis tersedu-sedu.
Sejak saat itu, Maira menjadi lebih sebal dan tidak suka terhadap Jena. Ia mempunyai dendam kesumat yang sangat menggebu-gebu dan bisa jadi akan ia lampiaskan kepada anak tak berdosa itu dalam waktu cepat ataupun lambat.
...****************...
Hari menjelang sore. Antonio segera pulang dengan membawa Jena dari rumah ayahnya. Maira yang melihat dari jendela kamarnya di lantai dua, menahan amarah yang besar saat melihat anak itu. Ia tak mau datang menghampiri dan menjemput Jena diluar.
“Jena, kamu masuk duluan ya… Temui mama baru mu, Maira.” Kata Antonio
“Hmm… Mama baru lagi? Berarti Jena punya mama 3 donk…” Ucap Jena sambil menunjukkan jari mungilnya yang berjumlah tiga.
“Hehe, iya… Gak papa banyak mama, nanti banyak yang sayang Jena jadinya”
“Enggak juga Pa, mama Andina gak sayang Jena, soalnya dia suka marah-marah. Nanti mama Maira gitu gak yah” Dengan polosnya, ia berkata jujur.
Antonio yang menyadari bahwa memang kakaknya itu jahat kepadanya hanya bisa tersenyum, mengakui kalau Andina sama sekali tidak menyayangi dan tidak ingin memiliki Jena, sama seperti Antonio. Tetapi karena Antonio menginginkan sesuatu yang ingin ia dapatkan dari Jena, makanya Antonio akhir-akhir ini menjadi baik kepadanya.
Antonio tak menjawab perkataan terakhir yang diucapkan Jena, ia langsung saja menyuruhnya masuk ke dalam rumah untuk menemui Maira. Ia memanggil istrinya itu untuk bertemu dengan Jena.
“Mai… Mai!” Panggilnya.
Tak ada jawaban sama sekali dari Maira. Mungkin ia marah karena perkataan Antonio tadi pagi. Karena tak ada respon sama sekali, Antonio menyuruh Jena agar duduk saja di sofa, sementara ia akan membereskan kamar untuk Jena. Maklum saja, Antonio belum merekrut ART baru dirumahnya, jadi ia harus mempersiapkannya semuanya sendiri untuk sementara waktu.
Jena duduk sendiri di sofa sambil mengayun-ayunkan kakinya. Ia cukup bosan saat itu dan mencoba untuk berkeliling rumah besar milik papa nya itu. Ia memutuskan untuk pergi kebelakang rumahnya, siapa tahu ada taman seperti di rumah kakeknya.
Baru beberapa langkah ia berjalan, ada seseorang yang memegang salah satu bahunya dan menghentikan langkah kakinya. Jena pun langsung berbalik, dan ternyata itu adalah Maira.
“Mama Maira…?” katanya perlahan sambil menengadah melihat mama nya yang begitu tinggi baginya.
“Mama? Hei aku bukan Mama mu ya!” Bentak Maira.
Bentakannya itu menggema di dalam rumah. Mungkin karena masih minim barang, jadinya suara seperti bentakan kecil sekalipun akan terdengar kemana-mana. Dan hal itu membuat Antonio mendengarnya dan langsung menghampiri mereka berdua.
“Ada apa ini? Jena baru datang malah di marahi!” Tanya Antonio.
“Ini lho mas, masa dia panggil aku Mama padahal kan dia bukan anak kandungku. Lagian aku juga tidak sudi menjadi mama-nya !”
“Apa kamu bilang!? Kamu tidak boleh seperti itu terhadap Jena, kita itu orang tua angkat Jena. Aku akan mejadi ayahnya dan kamu ibunya. Memangnya kamu mau dipanggil apa sama Jena? Tante?”
Mereka membuat suasana kembali panas. Dan karena Maira tidak ingin memperpanjang masalah dengan suaminya, ia pun akhirnya meninggalkannya pergi.
“Sepertinya ini hari kedua Antonio tidak akan menyentuhku lagi karena kita saling marah satu sama lain. Apakah Antonio itu tidak mencintaiku dan tidak akan pernah menyentuhku? Aku sangat mencintaimu Antonio. Mengapa kau lebih mementingkan Jena dibandingkan menghabiskan waktu berdua bersamaku? Bukankah kamu waktu itu juga membenci Jena? Apa yang membuatmu kini berubah fikiran dan menjadi baik kepada anak h*ram itu?”
Berbagai pertanyaan silih berganti, membuatnya semakin penasaran terhadap rencana Antonio, suaminya yang sangat misterius itu. Ia tak tahu harus bagaimana menghadapi suaminya itu.
Setelah tangisannya mereda, ia pun akhirnya akan memutuskan untuk pergi ke rumah mertuanya besok, untuk sekedar curhat dan bertanya bagaimana menghadapi sikap suami misteriusnya itu.
Mungkin saja Bu Mayang akan membelanya karena ia juga tidak suka kepada Jena. Maira berharap agar nanti setelah ia mengadu dan curhat kepada mertuanya itu, Antonio akan berubah dan bersikap lebih baik kepadanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Teteh Lia
jahatnya maira
2024-01-28
0