BAB 12: Misi mencari mama

Jena akan berangkat ke sekolah seperti biasanya, kali ini Arhan meminta kepada salah satu ART nya untuk mengantar dan menjemput Jena sekolah. Kini, Jena tidak bisa diantar seperti biasanya oleh Andina karena dia tidak ingin kecapean walaupun hanya mengantar putri angkatnya itu sebentar. Sementara Antonio juga tak ingin mengantarnya karena malu dengan keterbatasan pemahaman Jena.

Pagi-pagi ia sudah menyiapkan perbekalan untuk mencari alamat rumah Mbak Hanum yang dikatakan Antonio semalam. Ia membawa minum dan sepotong roti lapis untuk dimakannya ketika nanti ia lapar, tak lupa uang tabungannya ia bawa jika ada pengeluaran nantinya. Dan setelah persiapannya selesai, ia segera keluar dari kamarnya dan berangkat ke sekolah dengan diantar seorang ART di rumahnya.

“Bi, nanti Jena pulangnya gak usah dijemput ya…”

“Loh, kenapa ndo?”

“Jena mau mampir ke rumah temen, nanti Jena pulang sendiri aja…”

“Benar tidak apa-apa? Nanti kamu tersesat loh. Saya juga nanti yang dimarahi pak Arhan…”

“Iya benar, bibi pulang saja”

Jena langsung saja masuk ke kelasnya setelah di antar bibi sampai ke sekolah. Setelah mengantar Jena, ART itu pun pulang saja tanpa menunggunya.

Didalam kelas, Jena berbincang dengan teman sebangkunya, Risa. Ia mengajaknya untuk menemaninya mencari ibu kandungnya sepulang sekolah nanti. Risa merupakan anak yang baik dan selalu menemani Jena. Sifatnya berbanding terbalik dengan ibunya yang julid dan pemarah.

“Kamu mau kan Ris?”

“Memangnya kamu tahu rumah mama-mu dimana Jena? Nanti nyasar lagi…”

“Kita cari saja, ya?”

Risa pun mengangguk setuju akan ucapan temannya. Berhubung hari itu ibunya tidak lagi mengantarkannya karena ada keperluan, jadi mereka bisa langsung mencari alamat rumah Mbak Hanum. Lagian rumah Risa tidak terlalu jauh dari sekolah nya dan tidak perlu menyeberang jalan, berbeda dengan Jena.

“Baik anak-anak pelajaran sudah selesai, nanti langsung pulang dulu ke rumah ya… Jangan main dulu..!” Perkataan ibu guru mengakhiri pertemuan mereka di hari ini.

Jena dan Risa lalu segera mencari tahu alamat Mbak Hanum yang mungkin saja ia tahu keberadaan ibu kandung Jena nanti. Ia segera mencari orang disekitar tempat ia sekolah. Jena tertuju pada seseorang bapak tua yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri.

“Permisi pak, bapak tahu arah selatan?” Jena mulai bertanya kepada bapak itu.

“Arah selatan atau Jalan Selatan dik?” Bapak itu kebingungan.

“E-em... saya mau mencari mama, kata om dia rumahnya kalo dari sini itu jaraknya tiga sampai empat kilometer ke arah selatan…”

“Kamu tahu pasti alamat rumahnya tidak dik? Tiga kilometer itu jauh. Kalau kamu pergi kesana sendiri nanti nyasar, apalagi alamatnya tidak pasti. Kamu harusnya tanya lagi alamat pastinya ke Om mu ya…” Bapak itupun pergi meninggalkan Jena dan Risa yang tambah kebingungan.

“Jadi gimana Jen… Mau tetap nyari aja?” Tanya Risa memastikan kepustusan Jena.

“Aduh gimana ya… Aku juga bingung. Katanya tiga kilometer itu jauh, nanti kalau nyasar juga gawat kalau jauh…”

Tak lama dari itu, ada sebuah mobil hitam yang hendak berbelok ke komplek tempat tinggal Jena. Ternyata itu Pak Sapri, sopir pribadi di rumahnya. Tak sengaja ia melihat Jena dan temannya sedang berdiri di pinggir jalan. Ia pun memarkirkan mobilnya agak ke pinggir agar tidak menghalangi kendaraan yang hendak masuk komplek. Pak sapri segera turun dan menyeberangkan anak tuan-nya itu.

“Jena sedang apa kamu disini… Ayo pulang!” Pak Sapri mengejak Jena agar segera pulang.

“Jena mau cari mama pak…”

“Mama? Bukannya mama ada dirumah ya?”

“Bukan mama Andina… tapi mama asli Jena. Kata om Anton, yang tahu mama kandung Jena itu Mbak Hanum. Pak Sapri kenal tidak?” Tanya Jena.

Pak Sapri mengingat ingat nama seseorang yang disebutkan Jena. Nama tersebut sepertinya tidak asing ditelinganya.

“Apakah keluarganya telah memberitahu nasab sebenarnya anak ini? Bukankah Mbak Hanum itu orang yang mengantarkan Jena kepada Antonio saat masih bayi… “ Gumam pak Sapri.

“Pak, Pak Sapri… Kok malah bengong? Pak Sapri tahu tidak?” tanya Jena yang melihat supir pribadi keluarganya itu malah terdiam seperti memikirkan sesuatu.

“Oh… Eh.. Mbak Hanum itu sepertinya Pak Sapri tahu… Kamu mau pak Sapri antar? Memangnya ayah ibumu mengijinkan kamu pergi menemuinya?”

“Emm… iya pak, antarkan Jena ke Mbak Hanum ya…” Jena memohon kepada Pak Sapri dan akhirnya dia pun menuruti perkataannya.

Jena ditemani temannya, Risa dan juga Pak Sapri pergi mencari keberadaan Mbak hanum. Pak Sapri mencoba mengingat jalan yang ia tempuh untuk mengantarkan Mbak Hanum ke rumahnya yang pernah ia antar kurang lebih 6 tahun yang lalu.

Pak Sapri sepertinya mengingat jalannya dengan baik dan ia menemukan sebuah gang yang fikirnya pasti bahwa ini gang yang akan mengantarnya ke rumah Mbak Hanum. Ia membawa mobilnya perlahan, sambil melihat-lihat rumah yang menurutnya itu rumah Mbak Hanum.

Pandangannya tertuju pada rumah kecil disebelah rumah kosong yang tak terawat. Seingatnya, rumah Mbak Hanum bersebelahan dengan rumah kosong itu. Ia pun mencoba untuk turun dan menghampiri seseorang yang berada di rumah kecil nan sederhana itu.

“Permisi dik, apakah ini rumah Mbak Hanum?” Tanya Pak Sapri kepada seorang Pemuda yang sedang memperbaiki sepedanya.

“Iya pak, saya anaknya. Saya panggilkan ibu ya pak, sebentar…”

Pemuda itu langsung masuk ke rumahnya dan memanggil ibunya. Saat Mbak Hanum keluar, ia agak terkejut dengan bapak tua yang ada di hadapannya. Dia mengingat kalau Pak Sapri merupakan supir pribadi keluarga Antonio yang sangat baik dibanding orang-orang yang ada di rumah Antonio.

“Eh… Bapak ini supir yang waktu itu mengantar saya ke rumah ya. Ada keperluan apa bapak kesini?” Tanya Mbak Hanum.

“Iya, Mbak Hanum. Anu… Saya mau mengantarkan Jena, dia mau bertanya sesuatu sama mbak…” Ucapnya sambil menunjukkan gadis kecil itu.

“Jena? Siapa Jena?” Mbak Hanum kebingungan. Ia tak tahu kalau bayi yang dilahirkan Mila kini sudah diberi nama oleh keluarga Antonio. Mbak Hanum terus melihat gadis kecil itu dan mengingat kalau ia merupakan anak kandung Mila. Ia sangat mengenalnya dari lensa matanya dan rambutnya yang berbeda dengan anak-anak disekitar.

“Jena kamu sudah besar nak…” Mbak Hanum memeluk erat Jena sambil menangis. Ia tak menyangka, bayi yang waktu itu ia tangisi karena nasibnya kini berubah menjadi seorang gadis cantik yang terawat.

Fikirnya, Jena sangat di sayangi oleh keluarga Antonio dan diurus mereka dengan baik. Ia sama sekali tidak berfikir kalau Jena hidup menderita, karena ia hidup di lingkungan keluarga konglomerat yang bisa memenuhi segala kebutuhannya, berbeda dengan dirinya yang sampai saat ini masih memikirkan apakah besok akan makan atau tidak.

Episodes
1 BAB 1: Mila
2 BAB 2: Ku antarkan kau ke ayahmu
3 BAB 3: Test DNA
4 BAB 4: Hasil
5 BAB 5: Jena
6 BAB 6: Kepergian Antonio
7 BAB 7: Anak Berkebutuhan Khusus
8 BAB 8: Jadilah anak mandiri
9 BAB 9: Maafkan Jena Mama
10 BAB 10: Kepulangan Antonio
11 BAB 11: Andina hamil?
12 BAB 12: Misi mencari mama
13 BAB 13: Ternyata mama kandungku...
14 BAB 14: Hukuman untuk Jena
15 BAB 15: Hak asuh Jena
16 BAB 16: Persetujuan Anton dan Maira
17 BAB 17: Pernikahan Antonio dan Maira
18 BAB 18: Hari kedua tak menyentuhku
19 BAB 19: Rencana Itu...
20 BAB 20: Kedatangan asisten baru
21 BAB 21: Putus sekolah
22 BAB 22: Luka ini akan kuingat selalu
23 BAB 23: Jangan paksa aku Ma, Pa
24 BAB 24: Kedatangan Ayah dan kakek
25 BAB 25: Mencurigakan
26 BAB 26: Teguran
27 BAB 27: Semua terjadi karenamu
28 BAB 28: Alone
29 BAB 29: Overdosis
30 BAB 30: Rencana Licik Antonio
31 BAB 31: Menghindar
32 BAB 32: Berita bahagia dari Andina
33 BAB 33: Tersisishkan
34 BAB 34: Jena dijual?
35 BAB 35: Amarah Arhan
36 BAB 36: Kabur?
37 BAB 37: Kehidupan baru
38 BAB 38: Disembunyikan
39 BAB 39: Mariposa
40 BAB 40: Waspada
41 BAB 41: "Stop Rai, jangan tergoda!"
42 BAB 42: Keponakan Via ternyata...
43 BAB 43: Bertemu dengan Antonio?
44 BAB 44: Curiga
45 BAB 45: Rencana Pertama
46 BAB 46: Rencana kedua
47 BAB 47: Rencana Ketiga
48 BAB 48: Grebeg
49 BAB 49: Penangkapan
50 BAB 50: Karma
51 BAB 51: Bertemu kembali
52 BAB 52: Jemput
53 BAB 53: Bebas?
54 BAB 54: Keputusan
55 BAB 55: kembali ke tangan Antonio
56 BAB 56: Bantuan Vivia
57 BAB 57: Jangan beritahu Maira, cantik…
58 BAB 58: Memulai kembali rencana itu
59 BAB 59: Client pertama
60 BAB 60: Kembali menjadi tahanan
61 BAB 61: Selangkah bertemu Jena
62 BAB 62: Bertemu kembali
63 BAB 63: Antonio stress?
64 BAB 64: Pembelaan
65 BAB 65: Antonio bebas?
66 BAB 66: Pria misterius
67 BAB 67: Masalah dengan Farrel
68 BAB 68: Adegan malam itu?
69 BAB 69: Tuduhan
70 BAB 70: Persyaratan dari Antonio
71 BAB 71: Damai?
72 BAB 72: Memutar balik fakta
73 BAB 73: Tak Jera
74 BAB 74: My babby girl
75 BAB 75: Pria itu?
76 BAB 76: Berpencar
77 BAB 77 : Tersesat
78 BAB 78: Pilih atas atau bawah
79 BAB 79: Sedikit lagi...
80 BAB 80:
81 BAB 81: Membahas video itu
82 BAB 82: Masih tak mengakui
83 BAB 83: Perjanjian untuk Jena
84 BAB 84: Ada apa dengan Farrel
85 BAB 85: Ciuman pertama dengan Farrel
86 BAB 86: Rahasia Farrel
87 BAB 87: Curiga
88 BAB 88: obsesi
89 BAB 89: Sedikit lagi
90 BAB 90: Sudah terlambat
91 BAB 91: Ku kira...
92 BAB 92: Pak Yoga...
Episodes

Updated 92 Episodes

1
BAB 1: Mila
2
BAB 2: Ku antarkan kau ke ayahmu
3
BAB 3: Test DNA
4
BAB 4: Hasil
5
BAB 5: Jena
6
BAB 6: Kepergian Antonio
7
BAB 7: Anak Berkebutuhan Khusus
8
BAB 8: Jadilah anak mandiri
9
BAB 9: Maafkan Jena Mama
10
BAB 10: Kepulangan Antonio
11
BAB 11: Andina hamil?
12
BAB 12: Misi mencari mama
13
BAB 13: Ternyata mama kandungku...
14
BAB 14: Hukuman untuk Jena
15
BAB 15: Hak asuh Jena
16
BAB 16: Persetujuan Anton dan Maira
17
BAB 17: Pernikahan Antonio dan Maira
18
BAB 18: Hari kedua tak menyentuhku
19
BAB 19: Rencana Itu...
20
BAB 20: Kedatangan asisten baru
21
BAB 21: Putus sekolah
22
BAB 22: Luka ini akan kuingat selalu
23
BAB 23: Jangan paksa aku Ma, Pa
24
BAB 24: Kedatangan Ayah dan kakek
25
BAB 25: Mencurigakan
26
BAB 26: Teguran
27
BAB 27: Semua terjadi karenamu
28
BAB 28: Alone
29
BAB 29: Overdosis
30
BAB 30: Rencana Licik Antonio
31
BAB 31: Menghindar
32
BAB 32: Berita bahagia dari Andina
33
BAB 33: Tersisishkan
34
BAB 34: Jena dijual?
35
BAB 35: Amarah Arhan
36
BAB 36: Kabur?
37
BAB 37: Kehidupan baru
38
BAB 38: Disembunyikan
39
BAB 39: Mariposa
40
BAB 40: Waspada
41
BAB 41: "Stop Rai, jangan tergoda!"
42
BAB 42: Keponakan Via ternyata...
43
BAB 43: Bertemu dengan Antonio?
44
BAB 44: Curiga
45
BAB 45: Rencana Pertama
46
BAB 46: Rencana kedua
47
BAB 47: Rencana Ketiga
48
BAB 48: Grebeg
49
BAB 49: Penangkapan
50
BAB 50: Karma
51
BAB 51: Bertemu kembali
52
BAB 52: Jemput
53
BAB 53: Bebas?
54
BAB 54: Keputusan
55
BAB 55: kembali ke tangan Antonio
56
BAB 56: Bantuan Vivia
57
BAB 57: Jangan beritahu Maira, cantik…
58
BAB 58: Memulai kembali rencana itu
59
BAB 59: Client pertama
60
BAB 60: Kembali menjadi tahanan
61
BAB 61: Selangkah bertemu Jena
62
BAB 62: Bertemu kembali
63
BAB 63: Antonio stress?
64
BAB 64: Pembelaan
65
BAB 65: Antonio bebas?
66
BAB 66: Pria misterius
67
BAB 67: Masalah dengan Farrel
68
BAB 68: Adegan malam itu?
69
BAB 69: Tuduhan
70
BAB 70: Persyaratan dari Antonio
71
BAB 71: Damai?
72
BAB 72: Memutar balik fakta
73
BAB 73: Tak Jera
74
BAB 74: My babby girl
75
BAB 75: Pria itu?
76
BAB 76: Berpencar
77
BAB 77 : Tersesat
78
BAB 78: Pilih atas atau bawah
79
BAB 79: Sedikit lagi...
80
BAB 80:
81
BAB 81: Membahas video itu
82
BAB 82: Masih tak mengakui
83
BAB 83: Perjanjian untuk Jena
84
BAB 84: Ada apa dengan Farrel
85
BAB 85: Ciuman pertama dengan Farrel
86
BAB 86: Rahasia Farrel
87
BAB 87: Curiga
88
BAB 88: obsesi
89
BAB 89: Sedikit lagi
90
BAB 90: Sudah terlambat
91
BAB 91: Ku kira...
92
BAB 92: Pak Yoga...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!