BAB 9: Maafkan Jena Mama

Tak seperti biasanya, hari ini Arhan berangkat lebih awal ke kantor yang telah diamanahkan oleh ayah mertua kepadanya.

“Jena…nanti diantar sama mama ya…!” Arhan tidak bisa mengantar Jena untuk hari keduanya ia bersekolah.

Arhan juga berbicara kepada istrinya untuk mengantarnya dan menunggunya sampai waktu pulang, karena Jena benar-benar butuh dampingan dari orang tuanya. Dan seperti biasa, Andina akan menunggu putri angkatnya itu. Ia hanya berlagak seperti akan menjaga Jena dengan baik, walaupun sebenarnya ia acuh tak acuh terhadap Jena.

“Tak bisakah kau bersiap lebih cepat!? Lihat ini sudah jam berapa?” Andina meneriaki Jena dari luar kamarnya.

Jena sebenarnya sudah siap dari tadi, ia kebingungan harus memakai baju apa karena rok yang ia pakai kemarin sudah sobek. Ia akhirnya menjahit rok tersebut sebisanya. Jena akhirnya keluar dari kamar dengan memakai seragam nya yang kemarin, dan bersiap untuk berangkat.

Andina yang melihat putri angkatnya itu memakai rok compang camping lanjut memarahinya. “Kamu ini tidak tahu malu! Kamu gak malu apa nanti dilihat orang pake rok seperti ini, itu mencoreng nama baik keluarga kita! Masa anak orang kaya pake baju kayak gini…Ganti gak!”

“Ganti pakai baju yang mana ma?”

“Terserah pokonya ganti! Mama gak mau nganter anak yang pake pakaian compang-camping kayak tadi!”

Jena akhirnya kembali masuk ke kamarnya dan memilih dengan cepat baju yang hendak ia pakai, lalu ia segera menghampiri ibunya yang telah menunggu di depan gerbang.

“Ayo cepat! Sudah jam berapa ini?” Andina segera berjalan meninggalkan putrinya yang tergesa-gesa menyusul langkah kakinya. Setelah menyeberang, Andina lalu meninggalkanyya. Ia tidak mengantar Jena tepat disekolahnya, melainkan hanya dipinggir jalan.

“Jena, ayo masuk! Baris-berbarisnya sudah selesai…” Panggil ibu guru.

“Jena, kamu ngelindur ya… Sekarang kan masih pakai baju yang sama seperti kemarin, besok baru ganti” Ucap teman sebangku Jena.

“Haha…Jena kamu mau main apa belajar? Ke sekolah kok pakai baju main” Celetuk teman lelaki yang duduk dibelakangnya. Semua teman-teman sekelasnya mulai menertawakan Jena.

“Sudah…sudah! Tidak baik menertawakan teman. Mungkin Jena lupa ya kan Jen…?” Ibu guru menyudahi pembulian verbal yang dilakukan anak muridnya.

“Lihat, ini hari keduanya ia bersekolah. Ibunya sudah tidak mengantarnya saja, kasihan sekali anak itu!” ucap salah satu orang tua murid yang melihatnya dari luar.

Hari kedua ia bersekolah telah usai. Seperti biasa ia pulang sendirian, ia menunggu seseorang yang hendak menyeberang jalan lalu ia akan mengikutinya. Kali ini ia ingat jalan pulang ke rumahnya, jadi ia bisa pulang tepat waktu.

Baru saja ia pulang dari sekolah dan merasa sangat lapar dan capek, ia sudah dipelototi saja oleh ibunya didalam rumah.

“Ada apa ma? Jena buat salah lagi?” Tanya Jena lembut kepada mama-nya.

“Pake nanya! Kamu tahu gak, karena kamu salah baju hari ini, jadinya mama dinasehati gurumu tadi. Kamu tidak bisa memilih baju dengan benar? Baju yang kamu pakai itu untuk main! Pakai baju batik atau baju seragam yang besok dipakai, itu saja tidak becus!” Bentak Andina kepada Jena. Jena hanya menunduk dan meminta maaf kepada ibunya.

“Ada apa ini? Siang yang panas gini malah ribut! Tambah panas ini suasana rumah” Bu Mayang tiba-tiba saja datang dari luar rumah dan menghampiri mereka. Lalu Andina pun menceritakan semua dengan melebih-lebihkan ucapannya.

“Enggak kok nek…Jena enggak…”

“Sudah kamu, jangan mengelak lagi. Sini! Kamu harus diberi pelajaran!” Belum saja Jena membela dirinya, ia langsung diseret oleh neneknya ke kamar. Dan mengunci Jena disana, sedangkan ia belum makan siang. Ya, ini merupakan kedua kalinya Jena telat makan siang. Ia harus rela menahan lapar sampai ayahnya pulang.

“Biar dia tidak usah keluar dari kamarnya. Dia harus diberi pelajaran karena telah mempermalukan keluarga kita!” Ucap Bu Mayang terhadap Andina. Dia hanya mengangguk sambil tersenyum puas.

Waktu menunjukkan pukul empat sore, artinya suaminya sebentar lagi akan pulang. Andina segera membuka kunci pintu kamar Jena, dan memberinya sepring nasi dengan telur. “Cepat habiskan sebelum ayahmu pulang!”. Jena yang kelaparan langsung melahapnya dengan cepat, dan setelah selesai ia pun menyimpan piringnya ke dapur dan mencucinya.

Tangan Jena yang licin oleh sabun membuatnya tak sengaja melepaskan piring yang ia pegang.

Prangg….!

Piring yang ber-ukirkan emas itupun pecah. Sontak saja membuat mama dan neneknya marah.

“Ini piring mahal! Harga satunya pun seharga dengan uang jajanmu satu bulan. Kenapa kau ceroboh sekali!? Mulai sekarang, uang jajanmu dari ayah, akan mama potong!”

“Maaf Mah..Nek..Jena tidak sengaja. Piringnya licin, jadi Jena tidak sengaja menjatuhkannya” Ucap Jena dengan jujur. Tetapi, Andina dan neneknya tidak menghiraukannya, ia malah menyuruh Jena membersihkan pecahan piringnya.

Tak lama, Arhan beserta Pak Julio pun pulang dan menghampiri mereka yang sedang ribut di dapur. Arhan yang melihat Jena sedang membersihkan pecahan piring segera menghentikannya dan memindahkan nya ke tempat yang lebih aman. Sementara pak Julio menyuruh ART-nya untuk mengganti Jena membersihkan pecahan piring yang cukup tajam dan berbahaya untuk Jena.

“Apa ini? Kenapa menyuruh Jena melakukan ini, padahal sangat berbahaya baginya. Ia bisa saja terluka oleh pecahan piring yang cukup tajam.” Arhan bertanya kepada Andina dan ibu mertuanya.

“Ini sebagai hukuman baginya! Dia telah memecahkan piring yang harganya cukup mahal. Aku tahu ayah membelinya dengan harga jutaan per piring. Dia harus bertanggung jawab, jika tidak bisa menggantinya, dia harus membereskannya sendiri” Jelas Andina.

“Ayah sama sekali tidak mempermasalahkan harga dari piring ini, tetapi keselamatan Jena lebih penting. Nanti lagi, jika Jena memecahkan piring. Jangan suruh ia membersihkannya, ia masih kecil dan berbahaya baginya. Berikan Jena piring dari melanin atau plastik agar tidak pecah jika terjatuh” kata pak Julio.

Arhan dan Pak Julio malah membela Jena. Hal itu membuat Andina dan Bu Mayang menjadi gusar dan tambah sebal terhadap Jena. Mereka ingin anak ini segera dewasa dan meninggalkan rumah ini secepatnya.

“Mengapa putri kandung Antonio ini sangat menyebalkan. Ia telah mempermalukan ku ibu… Aku tak tahan jika harus terus mengurus anak ini. Kata gurunya, ia sering ditertawakan disekolah, itu membuatku malu dengan orangtua murid yang lainnya. Untung saja aku tidak menyekolahkannya ke sekolah internasional yang merupakan tempat putra teman-temanku sekolah. Nanti tambah malu aku sama teman-teman yang anaknya pintar pintar!” Adu Andina pada ibunya.

“Yang sabar ya sayang… Anggap saja si Jena anak sewaan supaya kamu tidak terlalu malu jika bertemu temanmu yang sudah mempunyai anak. Kamu takut dibilang mandul kan kalau masih belum punya anak?” Bu mayang menenangkan Andina dan dia hanya mengangguk meng-iyakan perkataan ibunya.

Episodes
1 BAB 1: Mila
2 BAB 2: Ku antarkan kau ke ayahmu
3 BAB 3: Test DNA
4 BAB 4: Hasil
5 BAB 5: Jena
6 BAB 6: Kepergian Antonio
7 BAB 7: Anak Berkebutuhan Khusus
8 BAB 8: Jadilah anak mandiri
9 BAB 9: Maafkan Jena Mama
10 BAB 10: Kepulangan Antonio
11 BAB 11: Andina hamil?
12 BAB 12: Misi mencari mama
13 BAB 13: Ternyata mama kandungku...
14 BAB 14: Hukuman untuk Jena
15 BAB 15: Hak asuh Jena
16 BAB 16: Persetujuan Anton dan Maira
17 BAB 17: Pernikahan Antonio dan Maira
18 BAB 18: Hari kedua tak menyentuhku
19 BAB 19: Rencana Itu...
20 BAB 20: Kedatangan asisten baru
21 BAB 21: Putus sekolah
22 BAB 22: Luka ini akan kuingat selalu
23 BAB 23: Jangan paksa aku Ma, Pa
24 BAB 24: Kedatangan Ayah dan kakek
25 BAB 25: Mencurigakan
26 BAB 26: Teguran
27 BAB 27: Semua terjadi karenamu
28 BAB 28: Alone
29 BAB 29: Overdosis
30 BAB 30: Rencana Licik Antonio
31 BAB 31: Menghindar
32 BAB 32: Berita bahagia dari Andina
33 BAB 33: Tersisishkan
34 BAB 34: Jena dijual?
35 BAB 35: Amarah Arhan
36 BAB 36: Kabur?
37 BAB 37: Kehidupan baru
38 BAB 38: Disembunyikan
39 BAB 39: Mariposa
40 BAB 40: Waspada
41 BAB 41: "Stop Rai, jangan tergoda!"
42 BAB 42: Keponakan Via ternyata...
43 BAB 43: Bertemu dengan Antonio?
44 BAB 44: Curiga
45 BAB 45: Rencana Pertama
46 BAB 46: Rencana kedua
47 BAB 47: Rencana Ketiga
48 BAB 48: Grebeg
49 BAB 49: Penangkapan
50 BAB 50: Karma
51 BAB 51: Bertemu kembali
52 BAB 52: Jemput
53 BAB 53: Bebas?
54 BAB 54: Keputusan
55 BAB 55: kembali ke tangan Antonio
56 BAB 56: Bantuan Vivia
57 BAB 57: Jangan beritahu Maira, cantik…
58 BAB 58: Memulai kembali rencana itu
59 BAB 59: Client pertama
60 BAB 60: Kembali menjadi tahanan
61 BAB 61: Selangkah bertemu Jena
62 BAB 62: Bertemu kembali
63 BAB 63: Antonio stress?
64 BAB 64: Pembelaan
65 BAB 65: Antonio bebas?
66 BAB 66: Pria misterius
67 BAB 67: Masalah dengan Farrel
68 BAB 68: Adegan malam itu?
69 BAB 69: Tuduhan
70 BAB 70: Persyaratan dari Antonio
71 BAB 71: Damai?
72 BAB 72: Memutar balik fakta
73 BAB 73: Tak Jera
74 BAB 74: My babby girl
75 BAB 75: Pria itu?
76 BAB 76: Berpencar
77 BAB 77 : Tersesat
78 BAB 78: Pilih atas atau bawah
79 BAB 79: Sedikit lagi...
80 BAB 80:
81 BAB 81: Membahas video itu
82 BAB 82: Masih tak mengakui
83 BAB 83: Perjanjian untuk Jena
84 BAB 84: Ada apa dengan Farrel
85 BAB 85: Ciuman pertama dengan Farrel
86 BAB 86: Rahasia Farrel
87 BAB 87: Curiga
88 BAB 88: obsesi
89 BAB 89: Sedikit lagi
90 BAB 90: Sudah terlambat
91 BAB 91: Ku kira...
92 BAB 92: Pak Yoga...
Episodes

Updated 92 Episodes

1
BAB 1: Mila
2
BAB 2: Ku antarkan kau ke ayahmu
3
BAB 3: Test DNA
4
BAB 4: Hasil
5
BAB 5: Jena
6
BAB 6: Kepergian Antonio
7
BAB 7: Anak Berkebutuhan Khusus
8
BAB 8: Jadilah anak mandiri
9
BAB 9: Maafkan Jena Mama
10
BAB 10: Kepulangan Antonio
11
BAB 11: Andina hamil?
12
BAB 12: Misi mencari mama
13
BAB 13: Ternyata mama kandungku...
14
BAB 14: Hukuman untuk Jena
15
BAB 15: Hak asuh Jena
16
BAB 16: Persetujuan Anton dan Maira
17
BAB 17: Pernikahan Antonio dan Maira
18
BAB 18: Hari kedua tak menyentuhku
19
BAB 19: Rencana Itu...
20
BAB 20: Kedatangan asisten baru
21
BAB 21: Putus sekolah
22
BAB 22: Luka ini akan kuingat selalu
23
BAB 23: Jangan paksa aku Ma, Pa
24
BAB 24: Kedatangan Ayah dan kakek
25
BAB 25: Mencurigakan
26
BAB 26: Teguran
27
BAB 27: Semua terjadi karenamu
28
BAB 28: Alone
29
BAB 29: Overdosis
30
BAB 30: Rencana Licik Antonio
31
BAB 31: Menghindar
32
BAB 32: Berita bahagia dari Andina
33
BAB 33: Tersisishkan
34
BAB 34: Jena dijual?
35
BAB 35: Amarah Arhan
36
BAB 36: Kabur?
37
BAB 37: Kehidupan baru
38
BAB 38: Disembunyikan
39
BAB 39: Mariposa
40
BAB 40: Waspada
41
BAB 41: "Stop Rai, jangan tergoda!"
42
BAB 42: Keponakan Via ternyata...
43
BAB 43: Bertemu dengan Antonio?
44
BAB 44: Curiga
45
BAB 45: Rencana Pertama
46
BAB 46: Rencana kedua
47
BAB 47: Rencana Ketiga
48
BAB 48: Grebeg
49
BAB 49: Penangkapan
50
BAB 50: Karma
51
BAB 51: Bertemu kembali
52
BAB 52: Jemput
53
BAB 53: Bebas?
54
BAB 54: Keputusan
55
BAB 55: kembali ke tangan Antonio
56
BAB 56: Bantuan Vivia
57
BAB 57: Jangan beritahu Maira, cantik…
58
BAB 58: Memulai kembali rencana itu
59
BAB 59: Client pertama
60
BAB 60: Kembali menjadi tahanan
61
BAB 61: Selangkah bertemu Jena
62
BAB 62: Bertemu kembali
63
BAB 63: Antonio stress?
64
BAB 64: Pembelaan
65
BAB 65: Antonio bebas?
66
BAB 66: Pria misterius
67
BAB 67: Masalah dengan Farrel
68
BAB 68: Adegan malam itu?
69
BAB 69: Tuduhan
70
BAB 70: Persyaratan dari Antonio
71
BAB 71: Damai?
72
BAB 72: Memutar balik fakta
73
BAB 73: Tak Jera
74
BAB 74: My babby girl
75
BAB 75: Pria itu?
76
BAB 76: Berpencar
77
BAB 77 : Tersesat
78
BAB 78: Pilih atas atau bawah
79
BAB 79: Sedikit lagi...
80
BAB 80:
81
BAB 81: Membahas video itu
82
BAB 82: Masih tak mengakui
83
BAB 83: Perjanjian untuk Jena
84
BAB 84: Ada apa dengan Farrel
85
BAB 85: Ciuman pertama dengan Farrel
86
BAB 86: Rahasia Farrel
87
BAB 87: Curiga
88
BAB 88: obsesi
89
BAB 89: Sedikit lagi
90
BAB 90: Sudah terlambat
91
BAB 91: Ku kira...
92
BAB 92: Pak Yoga...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!