BAB 8: Jadilah anak mandiri

Karena terlalu lama, Jena akhirnya pulang sendiri. Ia dibantu menyeberang jalan oleh seorang bapak-bapak yang akan menyeberang juga. Ia segera berjalan cepat sekuat tenaga lalu masuk ke komplek rumahnya.

Ia terus berjalan lurus hingga terlihat ada pertigaan jalan di depannya. Ia tak tahu arah ke rumahnya belok ke mana, karena ini baru pertama kalinya ia keluar rumah dan saat ia berangkat sekolah, ia tidak mengingat-ingat jalannya.

“Aduh… Rumah mamah belok kemana ya? Coba lurus terus aja deh…” Jena hanya mengikuti kata hatinya untuk terus berjalan lurus, sembari melihat-lihat rumah yang ia lewati, apakah ada rumah mama-nya yang terlihat.

Setelah setengah jam berjalan, ia berhenti karena jalannya buntu. Karena kecapean setelah berjalan jauh, Jena menepi disebuah tanah lapang yang mungkin akan dibangun untuk membuat rumah baru. Sudah terlihat ada beberapa fondasi dan bahan baku pembuatan bangunan.

Jena duduk di fondasi tersebut dan meminum air putih yang ia bekal untuk di sekolah. Setelah ia beristirahat untuk menghilangkan rasa penat nya, ia melanjutkan perjalanan untuk mencari rumahnya. Tetapi saat ia meloncat turun dari fondasi yang cukup tinggi baginya, rok nya sobek karena tersangkut di besi fondasi dan Jena terjatuh.

Ia menahan tangis dan mencoba untuk berdiri. Dilihatnya, lutut kecilnya itu berdarah. Jena mengeluarkan buku dan menyobek selembar kertas, lalu ia pun menyeka lukanya dengan menggunakan kertas dan membungkus lukanya dengan dasi yang ia pakai.

Setelah selesai membungkus lukanya, ia melanjutkan perjalanannya untuk mencari rumahnya. Satu persatu ia lihat, tak ada rumah yang ia lihat seperti rumah mama-nya. Waktu menunjukkan pukul 12.15, seharusnya Jena sudah berada di rumah dua jam yang lalu.

Ia terus berjalan lurus ke arah nya datang. Ia berinisiatif untuk menunggu saja ayahnya pulang di gerbang komplek. Setelah sampai dan menunggu ayahnya digerbang, ia dihampiri oleh seorang satpam.

“Adek lagi nunggu siapa?” Tanya satpam itu.

“Aku lagi nunggu ayah pulang, aku lupa rumah ayah yang mana…” Jawab Jena dengan polosnya.

“Oh gitu… Adek namanya siapa? Memangnya ayah pulang jam berapa?”

“Namaku Jena, dan aku tidak tahu kapan ayah pulang”

Satpam itu kasihan melihat Jena dan berinisiatif untuk mengantarnya pulang setelah Jena memberi tahu nama ayahnya. Arhan cukup terkenal di komplek karena keramahan nya, termasuk satpam satu ini, ia langsung saja mengantarkan Jena kepada Arhan. Setelah berjalan untuk beberapa saat, mereka akhirnya menemukan rumah Jena.

“Rumah ayahmu yang ini kan” Tanya pak satpam.

Jena mengangguk dan berterimakasih kepada pak satpam. Ia pun segera masuk ke rumahnya. Saat ia membuka pintu, terlihat mama nya sudah berdiri dibalik pintu sambil melipat tangannya dengan ekspresi yang sangat kesal.

“Sudah jam berapa ini! Kenapa baru pulang? Main dulu ya kamu…Dasar bandel! Baru aja hari pertama udah bikin khawatir aja!” Bentak Andina.

“Maaf ma… Tadi Jena nyasar, Jena lupa jalan Mah..Maaf ya…” Jena meminta maaf dan segera mengganti pakaiannya. Saat Jena hendak menuju ke kamarnya…

“Ehh…Bentar, itu kenapa roknya kok sobek? Itu lutut kamu juga kenapa dililit sama dasi?” Tanya Andin sambil membuka lilitan dasi yang ada di lututnya. Ia melihat lutut puterinya luka dan terlihat ada bercak darah di dasi sekolahnya.

“M..Maaf ma..Tadi Jena jatuh, terus Jena gak punya plester jadi pakai dasi” Jelas Jena.

“Aduh… Anak ini, emang bikin pusing aja. Dihari pertama udah harus beli rok sama dasi aja, padahal itu masih baru! Aku harus aduin sama ayahmu karena kamu bandel. Pasti kamu jatuh gara-gara main berlebihan sama temenmu dikelas kan?”

“E..Enggak kok mah, tadi aku jatoh soalnya…”

“Alah… Alesan!” belum saja Jena menjelaskan alasannya, ia memotong pembicaraanya dan langsung menelpon suaminya. Ia mengadukan semua yang terjadi hari ini dan berharap suaminya itu marah dan memberikan Jena pelajaran. Tak lupa ia juga mengadu-kan hal itu kepada ibu nya. Tentu saja Bu Mayang yang merupakan nenek dari Jena ikut memarahi nya.

Jena hanya pasrah dan masuk ke kamarnya. Ia mengganti baju dan rok-nya yang sudah sobek. Kini ia membalut lukanya dengan plester sambil menangis. “Mengapa mama jahat sekali sama Jena?” Tanya Jena dalam hati, tak lama ia pun tertidur dan melupakan makan siangnya.

Waktu menunjukkan pukul lima sore, ini waktunya Arhan pulang dari kantornya. Dan benar saja, tak lama kemudian Arhan pulang dan segera masuk ke rumahnya. Di ruang keluarga terlihat istrinya dan ibu mertuanya sedang berbincang-bincang dan memakan hidangan yang lezat tanpa menghiraukan Jena yang saat ini kelaparan di kamarnya.

“Mana anak kita?” Tanya Arhan.

“Jena? Tuh dikamarnya, tidur dari tadi abis pulang sekolah” Ucap Andina sambil melanjutkan memakan makannannya. Dalam hatinya, ia berfikir kalau Arhan akan memarahi anak angkatnya itu.

Arhan segera berlari menuju kamar Jena dan benar saja, Jena sedang tertidur pulas di kamarnya. Ia melihat rok yang sobek dan lutut anaknya luka seperti yang telah di bicarakan istrinya di telepon.

“Jen..Jena..Bangun dulu yuk, Jena sudah makan belum?”

Jena bangun dan hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban kalau ia belum makan. Arhan mengganti plester yang asal-asalan membalut lukanya, dia meneteskan obat merah dan menempelkan luka nya dengan plester yang baru dengan rapi. Ia menggendong Jena ke dapur untuk membuatkannya makan siang.

“Kok kamu bisa jatuh Jena? Kamu main apa sebenarnya sama teman-temanmu?” Tanya Arhan sambari membuat lauk untuk makan siang putrinya.

“Aku jatuh bukan karena main sama temanku yah… Aku jatuh saat hendak pulang ke rumah. Maafkan aku ayah, aku tidak hati-hati…” Jawab Jena, ia tidak begitu detail menjelaskan kejadian sebenarnya.

Sementara Jena makan, Arhan membawa istrinya itu ke kamar mereka. Arhan sepertinya ingin mengatakan suatu hal yang serius kepada istrinya.

“Ada apa si mas?” Tanya Andin.

“Pura-pura gak tahu kamu ya… Jena terjatuh saat jalan pulang, bukan saat ia bermain bersama teman-temannya, apakah kamu tidak mengawasinya? Ia juga tadi kelaparan, kenapa kamu tidak membawakannya makan siang sedangkan kamu asyik-asyik nyemil dengan ibu berdua tanpa memikirkan anakmu yang kelaparan!” Arhan tetap berusaha mengontrol emosinya yang menggejolak.

“Saat jalan pulang?, bukannya ia terluka karena…” Dia menghentikan pembicaraannya, ia baru menyadari saat Jena pulang ia tak ada bersamanya.

“Emm… ya tetap saja Jena yang salah, suruh siapa dia jalan tidak hati-hati..” Bela Andina

“Ya wajar dia masih anak kecil! Intinya kamu yang salah!” Bentak Arhan, ia pun kembali menghampiri dan menemani Jena yang sedang makan sendiri di dapur.

“Huft..Anak ini benar-benar membuatku naik darah! Kamu mengadu apa pada suamiku!? Kamu membuat rumah tangga ku yang awalnya harmonis jadi penuh dengan bentakan dan suamiku juga semenjak ada kamu sering memarahiku! Lihat saja nanti Jena”

Episodes
1 BAB 1: Mila
2 BAB 2: Ku antarkan kau ke ayahmu
3 BAB 3: Test DNA
4 BAB 4: Hasil
5 BAB 5: Jena
6 BAB 6: Kepergian Antonio
7 BAB 7: Anak Berkebutuhan Khusus
8 BAB 8: Jadilah anak mandiri
9 BAB 9: Maafkan Jena Mama
10 BAB 10: Kepulangan Antonio
11 BAB 11: Andina hamil?
12 BAB 12: Misi mencari mama
13 BAB 13: Ternyata mama kandungku...
14 BAB 14: Hukuman untuk Jena
15 BAB 15: Hak asuh Jena
16 BAB 16: Persetujuan Anton dan Maira
17 BAB 17: Pernikahan Antonio dan Maira
18 BAB 18: Hari kedua tak menyentuhku
19 BAB 19: Rencana Itu...
20 BAB 20: Kedatangan asisten baru
21 BAB 21: Putus sekolah
22 BAB 22: Luka ini akan kuingat selalu
23 BAB 23: Jangan paksa aku Ma, Pa
24 BAB 24: Kedatangan Ayah dan kakek
25 BAB 25: Mencurigakan
26 BAB 26: Teguran
27 BAB 27: Semua terjadi karenamu
28 BAB 28: Alone
29 BAB 29: Overdosis
30 BAB 30: Rencana Licik Antonio
31 BAB 31: Menghindar
32 BAB 32: Berita bahagia dari Andina
33 BAB 33: Tersisishkan
34 BAB 34: Jena dijual?
35 BAB 35: Amarah Arhan
36 BAB 36: Kabur?
37 BAB 37: Kehidupan baru
38 BAB 38: Disembunyikan
39 BAB 39: Mariposa
40 BAB 40: Waspada
41 BAB 41: "Stop Rai, jangan tergoda!"
42 BAB 42: Keponakan Via ternyata...
43 BAB 43: Bertemu dengan Antonio?
44 BAB 44: Curiga
45 BAB 45: Rencana Pertama
46 BAB 46: Rencana kedua
47 BAB 47: Rencana Ketiga
48 BAB 48: Grebeg
49 BAB 49: Penangkapan
50 BAB 50: Karma
51 BAB 51: Bertemu kembali
52 BAB 52: Jemput
53 BAB 53: Bebas?
54 BAB 54: Keputusan
55 BAB 55: kembali ke tangan Antonio
56 BAB 56: Bantuan Vivia
57 BAB 57: Jangan beritahu Maira, cantik…
58 BAB 58: Memulai kembali rencana itu
59 BAB 59: Client pertama
60 BAB 60: Kembali menjadi tahanan
61 BAB 61: Selangkah bertemu Jena
62 BAB 62: Bertemu kembali
63 BAB 63: Antonio stress?
64 BAB 64: Pembelaan
65 BAB 65: Antonio bebas?
66 BAB 66: Pria misterius
67 BAB 67: Masalah dengan Farrel
68 BAB 68: Adegan malam itu?
69 BAB 69: Tuduhan
70 BAB 70: Persyaratan dari Antonio
71 BAB 71: Damai?
72 BAB 72: Memutar balik fakta
73 BAB 73: Tak Jera
74 BAB 74: My babby girl
75 BAB 75: Pria itu?
76 BAB 76: Berpencar
77 BAB 77 : Tersesat
78 BAB 78: Pilih atas atau bawah
79 BAB 79: Sedikit lagi...
80 BAB 80:
81 BAB 81: Membahas video itu
82 BAB 82: Masih tak mengakui
83 BAB 83: Perjanjian untuk Jena
84 BAB 84: Ada apa dengan Farrel
85 BAB 85: Ciuman pertama dengan Farrel
86 BAB 86: Rahasia Farrel
87 BAB 87: Curiga
88 BAB 88: obsesi
89 BAB 89: Sedikit lagi
90 BAB 90: Sudah terlambat
91 BAB 91: Ku kira...
92 BAB 92: Pak Yoga...
Episodes

Updated 92 Episodes

1
BAB 1: Mila
2
BAB 2: Ku antarkan kau ke ayahmu
3
BAB 3: Test DNA
4
BAB 4: Hasil
5
BAB 5: Jena
6
BAB 6: Kepergian Antonio
7
BAB 7: Anak Berkebutuhan Khusus
8
BAB 8: Jadilah anak mandiri
9
BAB 9: Maafkan Jena Mama
10
BAB 10: Kepulangan Antonio
11
BAB 11: Andina hamil?
12
BAB 12: Misi mencari mama
13
BAB 13: Ternyata mama kandungku...
14
BAB 14: Hukuman untuk Jena
15
BAB 15: Hak asuh Jena
16
BAB 16: Persetujuan Anton dan Maira
17
BAB 17: Pernikahan Antonio dan Maira
18
BAB 18: Hari kedua tak menyentuhku
19
BAB 19: Rencana Itu...
20
BAB 20: Kedatangan asisten baru
21
BAB 21: Putus sekolah
22
BAB 22: Luka ini akan kuingat selalu
23
BAB 23: Jangan paksa aku Ma, Pa
24
BAB 24: Kedatangan Ayah dan kakek
25
BAB 25: Mencurigakan
26
BAB 26: Teguran
27
BAB 27: Semua terjadi karenamu
28
BAB 28: Alone
29
BAB 29: Overdosis
30
BAB 30: Rencana Licik Antonio
31
BAB 31: Menghindar
32
BAB 32: Berita bahagia dari Andina
33
BAB 33: Tersisishkan
34
BAB 34: Jena dijual?
35
BAB 35: Amarah Arhan
36
BAB 36: Kabur?
37
BAB 37: Kehidupan baru
38
BAB 38: Disembunyikan
39
BAB 39: Mariposa
40
BAB 40: Waspada
41
BAB 41: "Stop Rai, jangan tergoda!"
42
BAB 42: Keponakan Via ternyata...
43
BAB 43: Bertemu dengan Antonio?
44
BAB 44: Curiga
45
BAB 45: Rencana Pertama
46
BAB 46: Rencana kedua
47
BAB 47: Rencana Ketiga
48
BAB 48: Grebeg
49
BAB 49: Penangkapan
50
BAB 50: Karma
51
BAB 51: Bertemu kembali
52
BAB 52: Jemput
53
BAB 53: Bebas?
54
BAB 54: Keputusan
55
BAB 55: kembali ke tangan Antonio
56
BAB 56: Bantuan Vivia
57
BAB 57: Jangan beritahu Maira, cantik…
58
BAB 58: Memulai kembali rencana itu
59
BAB 59: Client pertama
60
BAB 60: Kembali menjadi tahanan
61
BAB 61: Selangkah bertemu Jena
62
BAB 62: Bertemu kembali
63
BAB 63: Antonio stress?
64
BAB 64: Pembelaan
65
BAB 65: Antonio bebas?
66
BAB 66: Pria misterius
67
BAB 67: Masalah dengan Farrel
68
BAB 68: Adegan malam itu?
69
BAB 69: Tuduhan
70
BAB 70: Persyaratan dari Antonio
71
BAB 71: Damai?
72
BAB 72: Memutar balik fakta
73
BAB 73: Tak Jera
74
BAB 74: My babby girl
75
BAB 75: Pria itu?
76
BAB 76: Berpencar
77
BAB 77 : Tersesat
78
BAB 78: Pilih atas atau bawah
79
BAB 79: Sedikit lagi...
80
BAB 80:
81
BAB 81: Membahas video itu
82
BAB 82: Masih tak mengakui
83
BAB 83: Perjanjian untuk Jena
84
BAB 84: Ada apa dengan Farrel
85
BAB 85: Ciuman pertama dengan Farrel
86
BAB 86: Rahasia Farrel
87
BAB 87: Curiga
88
BAB 88: obsesi
89
BAB 89: Sedikit lagi
90
BAB 90: Sudah terlambat
91
BAB 91: Ku kira...
92
BAB 92: Pak Yoga...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!