BAB 6: Kepergian Antonio

Andina berjalan hendak menghampiri adiknya yang sedang bermain golf di belakang rumahnya. Dilihatnya dari jauh adiknya sedang duduk melamun melihat gumpalan awan Cumolonimbus tanda tak lama lagi akan turun hujan. Bola golf dan stik-nya tampak berserakan dilapangan.

“Ton… Anton! Kakak mau bicara sebentar” Panggil kakaknya sambil menghampiri adiknya yang tak berkutik dari lamunan nya. Ia hanya melirik kakaknya yang baru saja memanggilnya dan meneruskan memikirkan sesuatu.

“Ton, Lo kenapa?”

“Enggak”

“Lo udah tau kalau ayah bakalan ngirim lo ke spanyol? Lo pasrah gitu aja? Masa gara-gara bayi h*ram itu doang, lo sampe diasingkan ke spanyol sih. Ntar lo disana kerjaannya cuma jadi peternak sama uncle. Udah gitu perusahaan lo diambil suami gue, padahal suami gue udah bagus kerja di perusahaannya yang sekarang. Udah relasinya bagus, multinasional juga. Kalo di perusahaan ayah gitu-gitu aja…gak ada relasi yang bagus, walaupun ya kalau di perusahaan ayah dapat jabatan tertinggi” Jelas Andina

Antonio hanya mengangguk tanpa berbicara apapun. Andina yang geram karena adiknya itu diam saja pun mendorong bahu nya perlahan.

“Heh…ngangguk-ngangguk doang, lo nggak apa-apa? Lo gak akan protes sama ayah?”

“Enggak”

Hanya satu kata yang diucapkan Antonio sambil pergi meninggalkan kakaknya, entah apa yang membuat Antonio pasrah saja dengan keputusan ayahnya itu. Apakah Anton benar benar ingin meninggalkan pekerjaannya yang cukup membuat nya stress dan ingin menenangkan diri di Spanyol? Entahlah apa yang Antonio fikirkan kala itu.

...****************...

"Ayah sudah menitipkanmu sama uncle di Spanyol. Bantu dia bekerja sebagai peternak dan petani di sana. Biar kamu belajar betapa susahnya kehidupan di sana bersama pamanmu. Semua tabunganmu ayah sita dan jika kekurangan yang ayah tidak akan mentransfermu! Itu hukuman untukmu yang telah mencoreng nama baik kita dan menodai wanita luaran!" Ucap Pak Julio kepada Anton satu hari sebelum keberangkatannya menuju Spanyol.

Tibalah saatnya Antonio pergi meninggalkan keluarga kecilnya. Tiga koper besar dan dua ransel yang ia bawa untuk menjalani kehidupan barunya di Spanyol. Ia pun mengunci kamarnya dan menuruni tangga, bersiap untuk berpisah dengan keluarganya yang sedari tadi menunggunya di luar rumah.

Ibu Antonio memeluk erat karena putra bungsunya akan pergi meninggalkannya. Ia menyesal karena tergesa-gesa dalam membuat keputusan, padahal ia tak ingin putranya pergi meninggalkannya.

Dia berpamitan dengan semuanya dengan ekspresi yang datar. Ibu dan kakaknya merasa kasihan terhadap Antonio. Tetapi ayahnya tetap tegar, mengingat kesalahan yang dilakukan putranya itu telah mencoreng nama baik keluarga dan perusahaanya.

Antonio sudah bersepakat kepada semuanya bahwa ia akan pergi sendiri dan tidak ingin keluarganya mengantar ke bandara. Ia pun memesan taksi untuk membawanya pergi ke Bandara Internasional Soetta.

Setelah berpamitan, ia pun masuk ke dalam mobil. Di depan keluarganya ia memasang ekspresi sedih tetapi saat dalam perjalannya, di taksi ia tersenyum dan bahagia sekali karena telah pergi dari keluarganya. Karena ternyata ia memiliki rencana rahasia bahwa ia tak akan pergi ke spanyol, melainkan ke daerah lain dan masih satu negara.

...****************...

Ibu menghampiri Andina yang sedang memangku Jena sambil memainkan ponselnya di ranjang kamarnya. Ia lalu duduk disampingnya dan berbincang-bincang bersamanya.

“Ibu khawatir sama Anton, ya walaupun memang benar dia melakukan kesalahan. Tapi ibu rasa hukuman ini terlalu berlebihan, bodohnya ibu malah sepakat dengan ayah untuk memberikan hukuman ini kepadanya. Kasihan dia disana” Bu Mayang menyesal.

“Ya, mau bagaimana lagi bu… Udah terlanjur, semua gara-gara anak ini! Kenapa ibunya gak ngegugurin dia aja, jadinya ribet kan sekarang urusannya. Kita gak kenal perempuan itu, ayahnya pergi. Udahlah, dia jadi anak yatim piatu disini. Kalau aku gak terlalu dengerin omongan tetangga, gak mungkin aku mau rawat anak h*ram ini!” Celetuk Andina.

“Iya, kamu benar juga. Kenapa ibunya tidak menggugurkan anak ini saja? Kasihan sekali anak ini apalagi perempuan, semoga saja saat ia sudah dewasa, dia tidak mempermalukan keluarga kita dengan menjadi wanita malam seperti ibunya!”

Bayi perempuan yang telah memasuki usia dua minggu itu menatap polos mereka dalam pangkuan. Jikalau ia mengerti apa yang kedua wanita dewasa itu katakan, mungkin ia akan sakit hati dan akan melawan mereka.

...****************...

6 bulan berlalu.

Kini, seharusnya Jena sudah bisa setidaknya mengucapkan ma-ma atau pa-pa. Ataupun mencoba untuk berguling dan menggenggam suatu benda yang ada didekatnya. Namun hal itu tidak terjadi.

Arhan merasa ada keanehan dan mencoba mengajak Andina untuk pergi membawanya ke bidan akan keanehan bayi yang saat ini menjadi putrinya tersebut. Pada awalnya Andina menolak, karena mungkin belum waktunya saja. Karena tetap di paksa oleh Arhan, istrinya itupun lalu menurutinya.

Mereka memutuskan untuk membawanya ke Bidan saat itu juga karena kebetulan hari itu hari minggu, jadi Arhan libur dan dapat mengantar istrinya. Lalu di bawalah bayi itu menuju bidan yang tak jauh dari lokasi rumahnya.

“Perkembangan motorik dari putri ibu agak lambat dari bayi umumnya, hal ini bisa disebabkan karena beberapa faktor. Yang pertama, mungkin saat ibu hamil, ibu mengonsumsi makanan yang kurang sehat yang membuat nutrisi untuk bayi tidak sempurna. Yang kedua, ibu mengonsumsi obat-obatan luar ataupun alkohol. Dan yang terakhir, biasanya keracunan air ketuban. Dari ketiga hal yang saya sebutkan tadi, ada yang pernah ibu alami?” Tanya bidan itu.

“Oh, Eh…saya tidak tahu dok, soalnya ini bukan anak kandung saya. Dia anak hasil hubungan diluar pernikahan dan saya yang merawatnya. Jadi saya tidak tahu saat hamil ibunya melakukan apa…” Jelas Andina.

“Oh…ya, saya mengerti. Mungkin ini terjadi karena bayi ini akan digugurkan oleh ibunya dengan meminum obat-obatan atau alkohol, namun bayinya tetap bisa bertahan dalam kandungannya. Itu menurut saya kemungkinan besar yang terjadi.”

"Dan satu hal lagi... salah satu kaki dari bayi perempuan ini agak lemah, ini merupakan faktor bawaan sejak lahir dan tidak bisa diobati. Ini juga bisa jadi terjadi karena efek samping dari obat-obatan atau alkohol yang di konsumsi oleh ibunya saat masih hamil" sambung bidan tersebut.

Akhirnya Arhan dan Andina tahu penyebab putri angkat mereka itu agak lambat dalam perkembangannya. Mereka juga baru tahu kalau bayi yang mereka rawat itu salah satu kakinya lemah dan kemungkinan ia akan bisa berjalan sendiri lebih lama dari bayi-bayi seusianya.

Setelah diberi saran oleh dokter agar Kena di terapi untuk merangsang perkembangan motoriknya. Mereka akhirnya pulang ke rumah dan membicarakan hal tersebut dengan anggota keluarga yang lain.

Episodes
1 BAB 1: Mila
2 BAB 2: Ku antarkan kau ke ayahmu
3 BAB 3: Test DNA
4 BAB 4: Hasil
5 BAB 5: Jena
6 BAB 6: Kepergian Antonio
7 BAB 7: Anak Berkebutuhan Khusus
8 BAB 8: Jadilah anak mandiri
9 BAB 9: Maafkan Jena Mama
10 BAB 10: Kepulangan Antonio
11 BAB 11: Andina hamil?
12 BAB 12: Misi mencari mama
13 BAB 13: Ternyata mama kandungku...
14 BAB 14: Hukuman untuk Jena
15 BAB 15: Hak asuh Jena
16 BAB 16: Persetujuan Anton dan Maira
17 BAB 17: Pernikahan Antonio dan Maira
18 BAB 18: Hari kedua tak menyentuhku
19 BAB 19: Rencana Itu...
20 BAB 20: Kedatangan asisten baru
21 BAB 21: Putus sekolah
22 BAB 22: Luka ini akan kuingat selalu
23 BAB 23: Jangan paksa aku Ma, Pa
24 BAB 24: Kedatangan Ayah dan kakek
25 BAB 25: Mencurigakan
26 BAB 26: Teguran
27 BAB 27: Semua terjadi karenamu
28 BAB 28: Alone
29 BAB 29: Overdosis
30 BAB 30: Rencana Licik Antonio
31 BAB 31: Menghindar
32 BAB 32: Berita bahagia dari Andina
33 BAB 33: Tersisishkan
34 BAB 34: Jena dijual?
35 BAB 35: Amarah Arhan
36 BAB 36: Kabur?
37 BAB 37: Kehidupan baru
38 BAB 38: Disembunyikan
39 BAB 39: Mariposa
40 BAB 40: Waspada
41 BAB 41: "Stop Rai, jangan tergoda!"
42 BAB 42: Keponakan Via ternyata...
43 BAB 43: Bertemu dengan Antonio?
44 BAB 44: Curiga
45 BAB 45: Rencana Pertama
46 BAB 46: Rencana kedua
47 BAB 47: Rencana Ketiga
48 BAB 48: Grebeg
49 BAB 49: Penangkapan
50 BAB 50: Karma
51 BAB 51: Bertemu kembali
52 BAB 52: Jemput
53 BAB 53: Bebas?
54 BAB 54: Keputusan
55 BAB 55: kembali ke tangan Antonio
56 BAB 56: Bantuan Vivia
57 BAB 57: Jangan beritahu Maira, cantik…
58 BAB 58: Memulai kembali rencana itu
59 BAB 59: Client pertama
60 BAB 60: Kembali menjadi tahanan
61 BAB 61: Selangkah bertemu Jena
62 BAB 62: Bertemu kembali
63 BAB 63: Antonio stress?
64 BAB 64: Pembelaan
65 BAB 65: Antonio bebas?
66 BAB 66: Pria misterius
67 BAB 67: Masalah dengan Farrel
68 BAB 68: Adegan malam itu?
69 BAB 69: Tuduhan
70 BAB 70: Persyaratan dari Antonio
71 BAB 71: Damai?
72 BAB 72: Memutar balik fakta
73 BAB 73: Tak Jera
74 BAB 74: My babby girl
75 BAB 75: Pria itu?
76 BAB 76: Berpencar
77 BAB 77 : Tersesat
78 BAB 78: Pilih atas atau bawah
79 BAB 79: Sedikit lagi...
80 BAB 80:
81 BAB 81: Membahas video itu
82 BAB 82: Masih tak mengakui
83 BAB 83: Perjanjian untuk Jena
84 BAB 84: Ada apa dengan Farrel
85 BAB 85: Ciuman pertama dengan Farrel
86 BAB 86: Rahasia Farrel
87 BAB 87: Curiga
88 BAB 88: obsesi
89 BAB 89: Sedikit lagi
90 BAB 90: Sudah terlambat
91 BAB 91: Ku kira...
92 BAB 92: Pak Yoga...
Episodes

Updated 92 Episodes

1
BAB 1: Mila
2
BAB 2: Ku antarkan kau ke ayahmu
3
BAB 3: Test DNA
4
BAB 4: Hasil
5
BAB 5: Jena
6
BAB 6: Kepergian Antonio
7
BAB 7: Anak Berkebutuhan Khusus
8
BAB 8: Jadilah anak mandiri
9
BAB 9: Maafkan Jena Mama
10
BAB 10: Kepulangan Antonio
11
BAB 11: Andina hamil?
12
BAB 12: Misi mencari mama
13
BAB 13: Ternyata mama kandungku...
14
BAB 14: Hukuman untuk Jena
15
BAB 15: Hak asuh Jena
16
BAB 16: Persetujuan Anton dan Maira
17
BAB 17: Pernikahan Antonio dan Maira
18
BAB 18: Hari kedua tak menyentuhku
19
BAB 19: Rencana Itu...
20
BAB 20: Kedatangan asisten baru
21
BAB 21: Putus sekolah
22
BAB 22: Luka ini akan kuingat selalu
23
BAB 23: Jangan paksa aku Ma, Pa
24
BAB 24: Kedatangan Ayah dan kakek
25
BAB 25: Mencurigakan
26
BAB 26: Teguran
27
BAB 27: Semua terjadi karenamu
28
BAB 28: Alone
29
BAB 29: Overdosis
30
BAB 30: Rencana Licik Antonio
31
BAB 31: Menghindar
32
BAB 32: Berita bahagia dari Andina
33
BAB 33: Tersisishkan
34
BAB 34: Jena dijual?
35
BAB 35: Amarah Arhan
36
BAB 36: Kabur?
37
BAB 37: Kehidupan baru
38
BAB 38: Disembunyikan
39
BAB 39: Mariposa
40
BAB 40: Waspada
41
BAB 41: "Stop Rai, jangan tergoda!"
42
BAB 42: Keponakan Via ternyata...
43
BAB 43: Bertemu dengan Antonio?
44
BAB 44: Curiga
45
BAB 45: Rencana Pertama
46
BAB 46: Rencana kedua
47
BAB 47: Rencana Ketiga
48
BAB 48: Grebeg
49
BAB 49: Penangkapan
50
BAB 50: Karma
51
BAB 51: Bertemu kembali
52
BAB 52: Jemput
53
BAB 53: Bebas?
54
BAB 54: Keputusan
55
BAB 55: kembali ke tangan Antonio
56
BAB 56: Bantuan Vivia
57
BAB 57: Jangan beritahu Maira, cantik…
58
BAB 58: Memulai kembali rencana itu
59
BAB 59: Client pertama
60
BAB 60: Kembali menjadi tahanan
61
BAB 61: Selangkah bertemu Jena
62
BAB 62: Bertemu kembali
63
BAB 63: Antonio stress?
64
BAB 64: Pembelaan
65
BAB 65: Antonio bebas?
66
BAB 66: Pria misterius
67
BAB 67: Masalah dengan Farrel
68
BAB 68: Adegan malam itu?
69
BAB 69: Tuduhan
70
BAB 70: Persyaratan dari Antonio
71
BAB 71: Damai?
72
BAB 72: Memutar balik fakta
73
BAB 73: Tak Jera
74
BAB 74: My babby girl
75
BAB 75: Pria itu?
76
BAB 76: Berpencar
77
BAB 77 : Tersesat
78
BAB 78: Pilih atas atau bawah
79
BAB 79: Sedikit lagi...
80
BAB 80:
81
BAB 81: Membahas video itu
82
BAB 82: Masih tak mengakui
83
BAB 83: Perjanjian untuk Jena
84
BAB 84: Ada apa dengan Farrel
85
BAB 85: Ciuman pertama dengan Farrel
86
BAB 86: Rahasia Farrel
87
BAB 87: Curiga
88
BAB 88: obsesi
89
BAB 89: Sedikit lagi
90
BAB 90: Sudah terlambat
91
BAB 91: Ku kira...
92
BAB 92: Pak Yoga...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!