Andina berjalan hendak menghampiri adiknya yang sedang bermain golf di belakang rumahnya. Dilihatnya dari jauh adiknya sedang duduk melamun melihat gumpalan awan Cumolonimbus tanda tak lama lagi akan turun hujan. Bola golf dan stik-nya tampak berserakan dilapangan.
“Ton… Anton! Kakak mau bicara sebentar” Panggil kakaknya sambil menghampiri adiknya yang tak berkutik dari lamunan nya. Ia hanya melirik kakaknya yang baru saja memanggilnya dan meneruskan memikirkan sesuatu.
“Ton, Lo kenapa?”
“Enggak”
“Lo udah tau kalau ayah bakalan ngirim lo ke spanyol? Lo pasrah gitu aja? Masa gara-gara bayi h*ram itu doang, lo sampe diasingkan ke spanyol sih. Ntar lo disana kerjaannya cuma jadi peternak sama uncle. Udah gitu perusahaan lo diambil suami gue, padahal suami gue udah bagus kerja di perusahaannya yang sekarang. Udah relasinya bagus, multinasional juga. Kalo di perusahaan ayah gitu-gitu aja…gak ada relasi yang bagus, walaupun ya kalau di perusahaan ayah dapat jabatan tertinggi” Jelas Andina
Antonio hanya mengangguk tanpa berbicara apapun. Andina yang geram karena adiknya itu diam saja pun mendorong bahu nya perlahan.
“Heh…ngangguk-ngangguk doang, lo nggak apa-apa? Lo gak akan protes sama ayah?”
“Enggak”
Hanya satu kata yang diucapkan Antonio sambil pergi meninggalkan kakaknya, entah apa yang membuat Antonio pasrah saja dengan keputusan ayahnya itu. Apakah Anton benar benar ingin meninggalkan pekerjaannya yang cukup membuat nya stress dan ingin menenangkan diri di Spanyol? Entahlah apa yang Antonio fikirkan kala itu.
...****************...
"Ayah sudah menitipkanmu sama uncle di Spanyol. Bantu dia bekerja sebagai peternak dan petani di sana. Biar kamu belajar betapa susahnya kehidupan di sana bersama pamanmu. Semua tabunganmu ayah sita dan jika kekurangan yang ayah tidak akan mentransfermu! Itu hukuman untukmu yang telah mencoreng nama baik kita dan menodai wanita luaran!" Ucap Pak Julio kepada Anton satu hari sebelum keberangkatannya menuju Spanyol.
Tibalah saatnya Antonio pergi meninggalkan keluarga kecilnya. Tiga koper besar dan dua ransel yang ia bawa untuk menjalani kehidupan barunya di Spanyol. Ia pun mengunci kamarnya dan menuruni tangga, bersiap untuk berpisah dengan keluarganya yang sedari tadi menunggunya di luar rumah.
Ibu Antonio memeluk erat karena putra bungsunya akan pergi meninggalkannya. Ia menyesal karena tergesa-gesa dalam membuat keputusan, padahal ia tak ingin putranya pergi meninggalkannya.
Dia berpamitan dengan semuanya dengan ekspresi yang datar. Ibu dan kakaknya merasa kasihan terhadap Antonio. Tetapi ayahnya tetap tegar, mengingat kesalahan yang dilakukan putranya itu telah mencoreng nama baik keluarga dan perusahaanya.
Antonio sudah bersepakat kepada semuanya bahwa ia akan pergi sendiri dan tidak ingin keluarganya mengantar ke bandara. Ia pun memesan taksi untuk membawanya pergi ke Bandara Internasional Soetta.
Setelah berpamitan, ia pun masuk ke dalam mobil. Di depan keluarganya ia memasang ekspresi sedih tetapi saat dalam perjalannya, di taksi ia tersenyum dan bahagia sekali karena telah pergi dari keluarganya. Karena ternyata ia memiliki rencana rahasia bahwa ia tak akan pergi ke spanyol, melainkan ke daerah lain dan masih satu negara.
...****************...
Ibu menghampiri Andina yang sedang memangku Jena sambil memainkan ponselnya di ranjang kamarnya. Ia lalu duduk disampingnya dan berbincang-bincang bersamanya.
“Ibu khawatir sama Anton, ya walaupun memang benar dia melakukan kesalahan. Tapi ibu rasa hukuman ini terlalu berlebihan, bodohnya ibu malah sepakat dengan ayah untuk memberikan hukuman ini kepadanya. Kasihan dia disana” Bu Mayang menyesal.
“Ya, mau bagaimana lagi bu… Udah terlanjur, semua gara-gara anak ini! Kenapa ibunya gak ngegugurin dia aja, jadinya ribet kan sekarang urusannya. Kita gak kenal perempuan itu, ayahnya pergi. Udahlah, dia jadi anak yatim piatu disini. Kalau aku gak terlalu dengerin omongan tetangga, gak mungkin aku mau rawat anak h*ram ini!” Celetuk Andina.
“Iya, kamu benar juga. Kenapa ibunya tidak menggugurkan anak ini saja? Kasihan sekali anak ini apalagi perempuan, semoga saja saat ia sudah dewasa, dia tidak mempermalukan keluarga kita dengan menjadi wanita malam seperti ibunya!”
Bayi perempuan yang telah memasuki usia dua minggu itu menatap polos mereka dalam pangkuan. Jikalau ia mengerti apa yang kedua wanita dewasa itu katakan, mungkin ia akan sakit hati dan akan melawan mereka.
...****************...
6 bulan berlalu.
Kini, seharusnya Jena sudah bisa setidaknya mengucapkan ma-ma atau pa-pa. Ataupun mencoba untuk berguling dan menggenggam suatu benda yang ada didekatnya. Namun hal itu tidak terjadi.
Arhan merasa ada keanehan dan mencoba mengajak Andina untuk pergi membawanya ke bidan akan keanehan bayi yang saat ini menjadi putrinya tersebut. Pada awalnya Andina menolak, karena mungkin belum waktunya saja. Karena tetap di paksa oleh Arhan, istrinya itupun lalu menurutinya.
Mereka memutuskan untuk membawanya ke Bidan saat itu juga karena kebetulan hari itu hari minggu, jadi Arhan libur dan dapat mengantar istrinya. Lalu di bawalah bayi itu menuju bidan yang tak jauh dari lokasi rumahnya.
“Perkembangan motorik dari putri ibu agak lambat dari bayi umumnya, hal ini bisa disebabkan karena beberapa faktor. Yang pertama, mungkin saat ibu hamil, ibu mengonsumsi makanan yang kurang sehat yang membuat nutrisi untuk bayi tidak sempurna. Yang kedua, ibu mengonsumsi obat-obatan luar ataupun alkohol. Dan yang terakhir, biasanya keracunan air ketuban. Dari ketiga hal yang saya sebutkan tadi, ada yang pernah ibu alami?” Tanya bidan itu.
“Oh, Eh…saya tidak tahu dok, soalnya ini bukan anak kandung saya. Dia anak hasil hubungan diluar pernikahan dan saya yang merawatnya. Jadi saya tidak tahu saat hamil ibunya melakukan apa…” Jelas Andina.
“Oh…ya, saya mengerti. Mungkin ini terjadi karena bayi ini akan digugurkan oleh ibunya dengan meminum obat-obatan atau alkohol, namun bayinya tetap bisa bertahan dalam kandungannya. Itu menurut saya kemungkinan besar yang terjadi.”
"Dan satu hal lagi... salah satu kaki dari bayi perempuan ini agak lemah, ini merupakan faktor bawaan sejak lahir dan tidak bisa diobati. Ini juga bisa jadi terjadi karena efek samping dari obat-obatan atau alkohol yang di konsumsi oleh ibunya saat masih hamil" sambung bidan tersebut.
Akhirnya Arhan dan Andina tahu penyebab putri angkat mereka itu agak lambat dalam perkembangannya. Mereka juga baru tahu kalau bayi yang mereka rawat itu salah satu kakinya lemah dan kemungkinan ia akan bisa berjalan sendiri lebih lama dari bayi-bayi seusianya.
Setelah diberi saran oleh dokter agar Kena di terapi untuk merangsang perkembangan motoriknya. Mereka akhirnya pulang ke rumah dan membicarakan hal tersebut dengan anggota keluarga yang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments