Ulang Tahun Sekolah

Atlana turun dari taksi dan langsung menuju unit apartemennya. Wajahnya terlihat senang meskipun ada guratan lelah disana. Dia senang, apa yang seharusnya ada di tangannya kini kembali padanya. Bukan karena dia gila harta. Tapi, dia hanya ingin menyelamatkan hasil kerja keras ayah dan ibunya.

Atlana menekan password pintu apartemennya, lalu masuk setelah pintu itu terbuka.

"Udah balik?" Suara rendah yang begitu ia kenal itu membuat Atlana berbalik. Disana berdiri Regan dengan kedua tangan yang berada di saku celananya. Cowok itu menatapnya dengan wajah tanpa ekspresi. Ketenangan yang Regan tunjukkan sedikit mengintimidasi Atlana.

"Re-gan? Sejak kapan kamu disini?" Atlana berjalan mendekati cowok itu, lalu berdiri berhadapan dengan jarak yang cukup dekat.

"Udah makan?" Bukannya menjawab Atlana, dia malah balik bertanya.

Atlana tersenyum kaku. Karena terlalu bersemangat untuk mendapatkan apa yang seharusnya menjadi miliknya, Atlana sampai lupa jika dirinya belum makan siang sama sekali. Dan sekarang, hari sudah senja. Dia melewatkan makan siangnya begitu saja.

"Eee... aku mau ke kamar dulu, ganti baju." Atlana melangkah, hendak menghindar dari Regan. Namun, tangan Regan dengan cepat mencekalnya, menahan agar dirinya tidak pergi.

"Ayo, makan dulu," ucap Regan lembut.

"Regan, aku— maaf...." Atlana berucap lirih dengan wajah tertunduk. Dia tahu, dimana kesalahannya. Dia tidak mengabari Regan. Pasti cowok itu mencarinya hingga berakhir dengan memilih menunggunya di apartemen.

"Ga papa. Ayo, makan dulu."

Atlana mendongak, hingga netranya bersitatap dengan netra Regan. Meskipun wajahnya tak menampilkan ekspresi apapun, namun tatapannya begitu lembut menatap Atlana.

Regan menggenggam tangan Atlana lalu mengajaknya menuju meja makan. Disana, sudah terdapat makanan yang sepertinya dipesan Regan. Regan menarik kursi kemudian mempersilakan Atlana duduk.

"Gak. Kamu aja yang duduk. Aku yang siapin ini buat kamu," ucap Atlana, menolak untuk duduk.

Regan menatap Atlana. Segaris senyum tipis cowok itu tunjukkan. Dia mengusap pelan rambut Atlana, lalu duduk sesuai permintaan Atlana. Gadis ikut tersenyum, kemudian segera menyiapkan makanan yang sudah Regan pesan. Keduanya kemudian makan bersama.

"Aku udah dapat surat-surat itu," ucap Atlana di sela-sela makan mereka.

"Mau aku bantu cari lawyer?"

Atlana menggeleng. "Makasih. Tapi, kayaknya gak usah. Aku percaya sama pak Wisnu, juga keluarganya. Seperti yang pak Wisnu bilang, biarkan ponakan pak Wisnu yang membantuku mengurusnya dan memperjelas semuanya."

Regan hanya menganggukkan kepalanya. Baginya, apapun keputusan Atlana, selama itu baik bagi gadisnya, dia akan selalu mendukungnya.

***

Hari-hari berlalu dengan cepat. Tanpa terasa acara ulang tahun sekolah pun tiba. Segala persiapan untuk memeriahkan acara pun sudah sangat sempurna.

Atlana menatap dirinya yang kini bersiap-siap mengenakan busana rancangan siswa siswi di kelasnya. Sebuah gaun dengan paduan warna biru dan putih bertema putri kerajaan pun kini melekat di tubuh Atlana. Gadis itu terlihat begitu cantik dan menawan.

"Cantik banget lo, Atlana," celetuk salah satu siswi yang disetujui siswa dan siswi lainnya. Atlana membalas mereka dengan senyuman tipis. Tapi, Dara yang mendengar pujian tersebut memutar bola matanya jengah. Dia benar-benar sangat kesal mendengar pujian tersebut.

"Atlana, sudah siap?" suara Bu Guru wali kelas membuat semua siswa di kelas itu menoleh, termasuk Dara.

Gadis itu mengangguk. "Iya, Bu."

"Ayo, peserta lain udah pada berkumpul."

Atlana melangkah mengikuti guru wali kelasnya. Melewati lorong kelas, gadis itu menjadi pusat perhatian. Guru wali kelas membawa Atlana menuju halaman sekolah. Disana, beberapa peserta sudah berkumpul, termasuk Delon. Di halaman sekolah juga akan menjadi tempat berlangsungnya acara. Karpet merah sudah digelar sebagai jalur yang akan dilewati para peserta peragaan busana. Di sisi kanan terdapat tenda yang diperuntukkan untuk para guru dan undangan. Sementara di sisi kiri diperuntukan untuk para siswa siswi.

Delon menatap Atlana dengan tatapan berbinar. Gadis yang selalu dia manfaatkan itu terlihat sangat cantik.

"Kamu cantik," ucap Delon dengan senyum mengembang. Atlana juga balas tersenyum. Senyum paksa yang dia usahakan untuk terlihat tulus di mata Delon.

"Makasih," balas Atlana. Setelah itu, dia memilih untuk menatap ke arah depan. Ketika dia mengangkat wajahnya menatap ke arah lantai dua sekolah yang berada tepat di depannya, mata Atlana menangkap sosok Regan berdiri disana dengan mata yang tak lepas menatapnya.

Regan memang sengaja berada disana karena ingin melihat Atlana dengan lebih jelas. Namun, keberadaan Delon di dekat Atlana membuat hatinya panas.

"Cantik banget Bu Bos," celetuk Yudha, yang langsung mendapatkan tatapan tajam Regan.

Yudha meneguk ludahnya. Aura dingin menyeramkan yang Regan tunjukkan membuat Yudha tak mampu berkutik. Begitu juga dengan Jovan yang berdiri di sebelah kiri Regan. Cowok itu dengan kesal meninju lengan Yudha.

"Apaan sih lo!" kesal Yudha, namun suaranya tak dia besarkan. Dia melotot garang pada Jovan.

"Lo bisa diem, gak! Lagi panas ini," ucap Jovan menggertakkan giginya, sambil mata melirik Regan yang kini balik menatap Atlana.

"Gue cuman—"

Yudha tak mampu melanjutkan kata-katanya ketika Regan kembali berbalik menatap dirinya dan Jovan. Kedua cowok itu sama-sama terdiam dengan wajah tegang.

"Hehe... kita ke bawah dulu, Gan." Jovan langsung menarik tangan Yudha untuk meninggalkan Regan sendiri. Regan tak mengatakan apapun, kemudian kembali berbalik. Tatapannya kini lekat pada Atlana yang mulai berjalan di karpet merah sambil bergandengan dengan Delon, diiringi tepukan tangan dari semua yang menonton.

***

Setelah acara pementasan busana selesai, Atlana segera mengganti pakaian yang dia kenakan dengan kostum olahraga sekolah, kemudian mengikat rambutnya.

Decitan pintu yang dibuka membuat Atlana menarik nafas jengah. Dia bisa melihat, siapa yang membuka pintu tersebut dari cermin yang ada di ruangan tersebut. Siapa lagi kalau bukan Fenny, Dara dan Yura? Ketiga cewek itu seolah tidak pernah bosannya mengusik Atlana.

"Hallo, Princess Atlana," ucap Fenny menyapa.

Atlana menoleh lalu tersenyum. "Hai, babu," ucapnya pada Fenny yang sontak membuat Fenny marah. Namun Atlana tidak peduli.

"Maksud lo apa?" Fenny mendorong bahu Atlana.

"Ga ada maksud apa-apa," balas Atlana santai.

"Ga ada maksud apa-apa lo bilang? Lo ngatain gue babu kan?"

"Lo merasa kayak babu? Enggak kan? Ya udah, ga usah lo panjang-panjangin," ujar Atlana masih dengan gaya santainya.

Fenny menggeram kesal. Dia memberi isyarat menggunakan matanya pada Dara dan Yura agar memegangi Atlana. Kedua cewek itu dengan cepat memegangi Atlana.

"Eh! Lo berdua apaan sih?" ucap Atlana tak terima. Meskipun begitu, dia tak memberi perlawanan.

"Kenapa? Lo gak mau dipegang?" tanya Fenny dengan senyum mengejek.

"Ya kali mau dipegang sama kita, Fen. Pasti gak enaklah. Enakan dipegang Regan, Jovan sama Yudha," celetuk Dara diselingi kekehan di akhir kalimatnya.

"Atau sama yang lain juga. Sekarang kan dipuja-puja banyak cowok," sahut Yura.

Fenny tersenyum. Tangannya terangkat membelai pipi Atlana, kemudian mencengkramnya. "Gue ga papa kalau lo sama Regan udah ngapa-ngapain. Tapi, lo harus tau. Regan milik gue! Takdir Regan itu gue!"

Atlana terkekeh mendengar ucapan Fenny. Dia merasa lucu melihat Fenny yang selalu menekankan padanya jika Regan adalah milik gadis itu. Kekehan Atlana membuat ketiga cewek itu menatap heran.

"Lo gila?" tanya Yura. Entah kenapa, kekehan Atlana terdengar menyebalkan.

"Teman lo yang gila! Emang dia Tuhan, bisa nentuin takdir Regan?" ucap Atlana santai. "Jadi cewek jangan murahan. Lo ditolak Regan udah ratusan ka—"

Plak!

Satu tamparan Fenny layangkan ke pipi Atlana, membuat wajah gadis itu tertoleh ke samping. Suasana sejenak hening. Tapi, beberapa detik kemudian, terdengar kekehan Atlana.

"Hehehe...." Atlana perlahan mengangkat wajahnya hingga matanya bersitatap dengan Fenny. Menghentikan kekehannya, Atlana tersenyum menyeramkan lalu—

Cuih!

Wajah Fenny ditempeli ludah Atlana. Ya, Atlana dengan santainya meludahi wajah Fenny. Membuat Fenny menggeram tak terima. Dia kembali melayangkan tangannya, hendak menampar Atlana. Tapi sayang, gerakannya didahului Atlana. Gadis itu menendang perut Fenny menggunakan lututnya hingga Fenny tersungkur.

Atlana lalu menggerakkan tubuhnya, memberontak berusaha melepaskan diri dari Yura dan Dara. Dia menginjak kaki Dara, sampai gadis itu berteriak kesakitan dan melepaskan pegangannya. Lalu, Atlana beralih memukul perut Yura dengan bogemannya, hingga gadis itu merasakan sakit dan pegangannya terlepas.

"Huh. Jangan karena lo berdua dengan mudah nahan gue, lo berdua merasa paling kuat!"

Atlana mendekati Fenny, menarik rambut gadis itu, kemudian memberi tamparan berkali-kali. Dara dan Yura yang melihatnya pun bangkit dan manarik tubuh Atlana menjauh dari Fenny. Keduanya berhasil. Namun, Atlana balik menyerang keduanya. Tubuh Yura terlempar mebentur dinding setelah mendapat tendangan di dada oleh Atlana.

Sementara Dara, gadis itu menunduk memohon pada Atlana untuk tidak memukulnya lagi setelah mendapat satu tamparan dari Atlana. Tubuhnya bergetar. Sepertinya dia sedikit trauma karena sudah beberapa kali berakhir dirawat di rumah atau rumah sakit akibat dari ulah Atlana.

"Huh! Kalian harus ingat! Yang kalian hadapi itu Atlana yang berbeda. Bukan Atlana yang dulu yang bisa kalian tindas!"

Setelah mengucapkan itu, Atlana keluar dari toilet sambil membawa pakaiannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!