Kenangan Bersama Mama Papa

Atlana mendorong pelan pintu kamar yang dulunya ditempati ibu dan ayahnya. Dulu, ayahnya memang sengaja untuk berpindah kamar setelah menikah dengan Yuni.

Bagi ayahnya, kamar itu dipenuhi kenangan bersama sang istri, yang seharusnya tidak boleh ada kenangan bersama wanita lain.

Atlana mengamati isi kamar tersebut. Ada perubahan besar setelah meninggalnya sang ayah. Semua barang-barang milik ibunya dipindahkan dari kamar itu ke gudang.

"Atlana kangen mama sama papa," gumamnya pelan. "Andai mama sama papa masih bareng Atlana, pasti hidup Atlana sempurna banget."

Atlana menarik nafasnya cukup panjang. Dia lalu menarik kembali pintu hingga tertutup, kemudian berlalu meninggalkan kamar tersebut.

Atlana membawa langkahnya menuju gudang. Alisnya menukik tajam ketika tak mendapati barang-barang peninggalan ibunya disana. Dengan cepat dia meninggalkan gudang dan menghampiri Yuni yang duduk di sofa ruang tengah.

"Dimana barang-barang ibu gue?" tanya Atlana tak sabaran. Emosinya terpancing. "Gue tanya! Di mana barang-barang ibu gue yang lo pindahin ke gudang?!"

Yuni meringis pelan lalu menatap Atlana. "Sudah saya bak—"

Plak!!

Ucapan Yuni seketika berhenti saat sebuah tamparan mendarat di pipinya. Sementara Atlana, dia menatap sengit wanita itu. Dia benar-benar membenci ibu tirinya.

Atlana lalu memperhatikan ruangan tersebut. Beberapa foto ayahnya yang dulunya terpajang, kini sudah tak terlihat lagi. Dia berjalan ke ruang tamu. Ketika memasuki rumah tadi, dia benar-benar tidak memperhatikan seisi rumah.

Di ruang tamu juga tidak ada foto ayahnya. Semuanya yang terpajang adalah foto-foto Yuni dan Dara, juga beberapa lukisan mahal.

Atlana semakin marah. Dia kembali ke ruang tengah, dan tanpa basa basi langsung mencengkram kuat baju Yuni, lalu menarik kasar wanita itu untuk berdiri. Dia tidak peduli dengan Yuni yang mengaduh kesakitan.

"Dimana foto papa gue?!"

"Akkh... Sakit, Atlana," ucap Yuni, mencoba melepaskan tangan Atlana yang mencengkram bajunya. Namun, dia gagal karena Atlana terlalu kuat baginya.

"Gue gak akan lepasin lo sebelum lo ngomong, dimana foto atau barang-barang Papa gue!"

"Sudah saya bakar."

Bruk!

"Akkhhhh!!" Yuni terpekik keras saat Atlana secara kasar mendorongnya ke sofa. Bokong dan pinggulnya masih begitu sakit karena kejadian tadi, dan Atlana kembali menambah sakit tersebut.

Mengabaikan Yuni, Atlana meninggalkan wanita itu dan berjalan menaiki tangga menuju kamarnya. Dia harap, barang-barangnya masih ada. Disana ada beberapa lembar fotonya, foto ibu dan ayahnya juga foto kebersamaan mereka yang ia simpan di sebuah album.

Selain itu, sebagian barang-barangnya adalah pemberian kedua orang tuanya. Setidaknya, dia masih memiliki semuanya untuk ia bawa.

Atlana mendorong pintu kamarnya. Matanya langsung menangkap sosok Dara yang tertidur pulas di ranjang.

Dia menatap seisi ruang kamarnya yang berubah. Perasaannya tak enak. Dengan cepat dia mendekati laci meja belajarnya. Berharap agar album foto nya masih ada.

Bahu Atlana luruh seketika saat melihat lacinya diisi barang Dara. Ada beberapa foto Dara disana. Atlana menuju lemari dan membukanya. Semua isinya adalah milik Dara. Tidak ada satupun bajunya yang tersisa.

Atlana sangat ingin menangis. Semua miliknya hilang dalam sekejap. Dia tidak memiliki apapun untuk ia kenang bersama ayah dan ibunya.

Atlana mengusap air matanya yang menetes. "Gue gak boleh cengeng," gumamnya lalu berbalik. Dia melangkah mendekati Dara yang terbaring.

Dia tahu, saudara tirinya itu jika sudah tertidur sangat sulit untuk dibangunkan. Atlana memegang tangannya, lalu menariknya dengan keras hingga terjatuh ke lantai.

Bruk!!

"Akhh... Sial— akhhhh!!" Seolah tak mengizinkan Dara mengeluh kesakitan karena jatuh dari ranjang, Atlana langsung menarik rambut Dara yang terihat sedikit berantakan.

"Hallo saudara tiri," sapa Atlana sedikit berbisik di telinga Dara.

"Atlana sialan! Kenapa lo di sin— akhh... sakit anj**g!!"

"Sakit ya?" tanya Atlana. "Hehehe... Lebih sakit yang mana? Di sini, atau yang di toilet sekolah?"

"Lo gila! Lepas— akhhhh!!" Dara terpekik keras ketika Atlana yang tadinya duduk jongkok di sebelahnya tiba-tiba berdiri tanpa melepas genggamannya pada rambut Dara.

"Berdiri!" Atlana berucap tegas. Tidak ada rasa kasian atau apapun itu. Sudah cukup dirinya berbuat baik pada orang seperti mereka.

Dara tetap terdiam di tempatnya. Dia masih mencoba melepaskan diri dari Atlana. Merasa kesal karena ucapannya tak dituruti, Atlana dengan kasar menarik rambut Dara sambil melangkah menuju pintu kamar. Membuat Dara langsung merangkak mengikutinya.

"Akhh... Atlana lepasin!" teriak Dara, namun Atlana tak peduli.

"Atlana, lepasin gue!"

"Atlana gue mau berdiri!"

Langkah Atlana terhenti. Dia berbalik dan menatap Dara. Sudut bibirnya terangkat membentuk seringaian. "Lo telat!" ucapnya, kemudian melanjutkan langkahnya.

Dara kembali berteriak kesakitan. Air matanya bahkan sampai menetes. Kulit kepalanya terasa panas dan begitu sakit. Atlana benar-benar tak memiliki belas kasihan.

"Berdiri lo!" ucap Atlana ketika tiba di dekat tangga. Dia masih memiliki hati untuk menyuruh Dara menuruni tangga dengan cara merangkak.

Mendengar ucapan Atlana, Dara dengan cepat berdiri. Terbesit dalam pikirannya untuk mendorong Atlana dari tangga. Tangannya sudah terangkat, namun Atlana yang sengaja menoleh menangkap basah niatnya.

"Hehehe." Atlana terkekeh. Ia menatap Dara dengan tatapan merendahkan. "Mau dorong gue?" tanyanya santai. Dara bergeming, tak tahu harus memberi alasan apa.

"Bego!" ucap Atlana, lalu melanjutkan langkahnya menuruni tangga tanpa melepas rambut Dara yang digenggamnya. Dia juga menambahkan kekuatan tarikannya.

Dara meringis, namun juga sadar. Seandainya dia benar-benar mendorong Atlana, bukan hanya Atlana yang terjatuh dari tangga, melainkan dirinya juga. Atlana sedang menggenggam rambutnya yang otomatis akan menariknya juga ketika terjatuh.

"Dara? Ya Tuhan Dara!" teriak Yuni ketika Atlana dan Dara memasuki ruang tengah.

"Mamaaa.... Hiks, sakit," rengek Dara, membuat Atlana terkekeh. Setelah itu, secara tiba-tiba dia mendorong Dara hingga menubruk Yuni yang ada di sofa.

"Akhhhh...." Teriak mereka bersamaan. Penderitaan mereka merupakan kesenangan Atlana. Gadis itu tertawa keras.

"Hahaha.... Gimana? Enak kan rasanya? Ini belum seberapa," ucap Atlana. Dia berbalik dan berjalan menuju ruang tamu.

Setelah itu, dia kembali dengan beberapa lukisan mahal yang dilihatnya tadi, dan juga beberapa foto ibu dan anak itu.

"Atlana, apa yang kamu lakukan? Simpan kembali lukisan itu! Itu lukisan mahal. Lukisan itu susah payah saya—"

Prang!!

"Ups! Sengaja gue jatohin," ucap Atlana berpura-pura terkejut.

Pecahan-pecahan bingkai kaca dari lukisan dan foto berserakan di lantai. Yuni dan Dara begitu syok melihat kejadian itu. Sementara Atlana terkekeh puas melihat reaksi ibu dan anak tersebut.

"Ck. Kayaknya gue udah nggak nyaman lama-lama disini. Gue balik dulu, ya. Kapan-kapan gue datang lagi," ujar Atlana. Dia tersenyum lalu berjalan meninggalkan kedua wanita itu.

Tapi, baru beberapa langkah, dia kembali berbalik menatap keduanya. "Jangan lupa dibersihin," serunya dengan senyum menyebalkan sambil melambaikan tangan pada kedua wanita itu.

Atlana keluar dari rumah tersebut dengan perasaan sedih. Jujur, dia masih ingin berada di rumah yang memiliki kenangannya bersama kedua orang tuanya. Langkah lemahnya mengantarnya menuju pagar di depan rumah.

"Non?" Suara supir yang bekerja di rumah itu sontak membuat Atlana yang sejak tadi berjalan menunduk, mendongakkan wajahnya.

Deg!!

Atlana terdiam mematung. Bukan karena si supir yang menyapanya, tapi karena Regan yang berdiri di luar pagar sambil bersandar di mobil dengan mata yang menatap lekat ke arahnya.

"Regan," gumam Atlana pelan.

"Pacarnya ya, Non? Udah dari tadi tungguin Non Atlana. Disuruh masuk gak mau," ucap si supir.

Atlana menoleh dan tersenyum pada lelaki yang sudah cukup lama bekerja di rumah itu. "Saya balik dulu, Pak. Jaga kesehatan," ucap Atlana, membuka pintu pagar kemudian langsung mendekati Regan.

"Balik sekarang?" tanya cowok itu lembut, yang dibalas anggukan Atlana.

Terpopuler

Comments

pisces

pisces

harusnya surat2 penting ambil dong ntar rumah dijual lg sm ibu tiri dan dara

2024-01-20

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!