Kembali Ke Sekolah

Bau obat-obatan begitu menyengat di indra penciuman Atlana. Matanya begitu berat untuk terbuka. Ia merasakan rasa pusing yang teramat mendera kepalanya. Namun, dengan tekad yang kuat, Atlana tetap berusaha membuka matanya. Pertama kali yang ia lihat adalah ruangan berwarna putih.

"Shh...." Atlana meringis pelan kala merasakan rasa sakit dan pusing di kepalanya.

"Anjing, Yudha! Atlana sadar, woy!" Suara itu membuat Atlana sadar, dia tidak sendiri di ruangan yang terlihat bercat putih itu.

"A-aku dimana?" tanya Atlana terbata. Dia menatap dua lelaki yang berdiri di sisi brankarnya.

"Lo di rumah sakit. Syukur banget lo udah sadar," ucap seorang cowok.

"Ho'oh. Lo koma 4 hari," ujar cowok sebelahnya.

Atlana mencoba melihat dua cowok itu lebih jelas lagi. Hingga pada akhirnya, matanya bisa melihat dengan sempurna.

Tapi, itu yang membuatnya terkejut. Dia memiliki mata rabun karena kecelakaan yang mempengaruhi syarafnya dan berimbas pada mata. Tapi, sekarang dia bisa melihat dengan jelas tanpa harus menggunakan bantuan kacamata.

"Ko-koma? A-aku merasa aku pergi ke suatu tempat dan bertemu papa dan mama. Tapi, mereka mengusirku kembali."

Dua cowok itu meneguk ludah mendengar ucapan Atlana. Keduanya tahu jika orang tua kandung Atlana sudah meninggal. Mendengar itu membuat mereka merinding.

"Gue kok jadi merinding ya, Van?" ucap Yudha, sembari mengusap lengannya.

"Gue juga, Yud," balas Jovan.

"Kalian Jovan sama Yudha kan?" Dua orang itu mengangguk cepat. "Terima kasih udah nolongin aku."

"Bukan kita yang nolongin. Tapi Regan," ucap Jovan.

"Regan? Re-Regantara maksudnya?"

"Yup. Regantara. Cowok yang gantengnya sebelas dua belas sama gue."

Plak!

Jovan langsung menggeplak lengan Yudha. Membuat Yudha meringis, tapi Atlana tersenyum tipis.

"Lo tau, Regan udah kayak superhero saat nolongin lo. Pintu toilet yang dikunci didobraknya cuma sekali. Regan terkejut liat lo terkapar dengan darah yang mengalir dari kepala lo dan juga tangan. Dia langsung bawa lo kesini," jelas Jovan.

Atlana terdiam. Dia tak menyangka, cowok yang terkenal dingin, kejam dan tak banyak bicara itu sudah menolongnya.

"Terus Regan— "

Ucapan Atlana terpotong oleh decitan pintu yang terbuka. Dari sana, muncul cowok bertubuh tegap nan atletis yang berjalan ke arah mereka. Mata tajamnya menatap lurus pada Atlana. Dia menarik kursi yang ada di samping brankar Atlana lalu mendudukinya.

"Udah panggil dokter?" Suara dingin dan rendah itu terdengar.

Jovan dan Yudha langsung meneguk kasar ludah. Mereka terlalu semangat melihat Atlana sadar, dan melupakan untuk memanggil dokter.

"Ki-kita... lupa, Gan," ucap Yudha takut.

Regan tak mengatakan apapun. Dia sekilas melirik tajam kedua temannya, lalu menekan tombol yang ada di dinding ruangan untuk memanggil dokter. Setelah itu, dia meraih segelas air. "Minum dulu," ucapnya, membantu Atlana bangun dan minum air. Setelah itu, Regan membantunya berbaring.

"Lo berdua balik!" perintah Regan.

"Siap Bos!" jawab keduanya bersamaan. Mereka segera mendekati sofa, meraih jaket dan kunci motor mereka, kemudian keluar dari ruang rawat itu.

Tapi, Yudha menghentikan langkahnya ketika berada di ambang pintu. Dia menoleh pada Regan dan Atlana yang terdiam.

"Ingat Bos! Atlana masih sakit. Jangan digrepe-grepe dulu," ucap Yudha, kemudian berlari cepat meninggalkan ruangan tersebut. Dia sangat takut dihukum Regan.

"Apa yang lo rasain?" tanya Regan, setelah Yudha dan Jovan meninggalkan ruangan tersebut.

"Pusing," jawab Atlana.

"Bentar lagi dokter datang," ucap Regan.

Tak berapa lama, seorang dokter benar-benar datang bersama seorang perawat. Dokter perempuan itu segera memeriksa Atlana.

***

Hari terus berganti, tak terasa sudah seminggu berlalu sejak Atlana sadar dari koma. Hari ini adalah hari dimana Atlana diperbolehkan pulang ke rumah. Selama itu juga, Regan tak pernah absen menemani Atlana.

"Lo punya tempat lain selain rumah lo?" tanya Regan. Dia tidak ingin Atlana kembali ke rumah penuh penyiksaan itu.

"Aku ada apartemen," ucap Atlana.

Regan hanya mengangguk. Dia kemudian membantu membereskan barang-barang Atlana yang akan dibawa pulang.

"Regan." Suara Atlana yang mengalun memanggilnya membuat Regan menoleh.

"Hm?"

"Makasih," ucap Atlana. Regan hanya mengangguk, lalu kembali fokus pada kegiatannya.

Atlana menarik nafasnya panjang. Dia sudah memikirkan semuanya dengan matang. Dia akan merubah hidupnya. Dia akan mengakhiri semua perlakuan semena-mena padanya.

Dia ingin membalas semua yang telah orang-orang itu perbuat padanya. Atlana menatap Regan. Cowok dingin yang selalu ia anggap kejam itu ternyata begitu baik padanya.

"Lo ga ada kepikiran buat balas dendam?"

Deg!

Atlana terkejut. Dia meneguk ludahnya kasar. Dia baru saja berpikir untuk membalas semua perbuatan yang orang-orang itu lakukan padanya. Tapi tak disangka, Regan malah bertanya tentang itu padanya.

"Ya, aku ingin membalas mereka dengan tanganku sendiri," jawab Atlana mantap.

Regan tersenyum tipis. Dia mendekati Atlana dan duduk di kursi yang berada tepat di sebelah brankar Atlana. Saat ini, gadis itu sedang duduk di pinggir brankar dengan kaki yang menjuntai.

"Gue akan bantu lo."

Atlana menggeleng. "Makasih. Tapi, aku mau balas dendam dengan caraku sendiri."

Regan menarik sudut bibirnya, membentuk senyum tipisnya. Sepersekian detik, Atlana tepaku dengan senyuman Regan yang baru pertama kali ia lihat. Tapi, dengan cepat dia menyadarkan dirinya.

"Gue bantu lo mempersiapkan diri. Urusan balas dendam, gue gak akan ikut campur kecuali lo yang minta bantuan."

Atlana terdiam. Bukan karena ucapan Regan, tapi karena Regan berbicara dengan kalimat yang panjang padanya. Selama ini, dia belum pernah mendengar cowok itu berbicara panjang.

Setelah semuanya selesai, Regan dan Atlana pergi meninggalkan rumah sakit. Regan langsung membawa Atlana menuju apartemen, sesuai alamat yang Atlana katakan. Dia akan memulai kehidupannya disana.

***

Dua seminggu berlalu. Akhirnya Atlana kembali ke sekolah. Jika dulu, dia akan selalu mengepang rambutnya dan memakai kacamata, kali ini tidak.

Dia membiarkan rambutnya terurai. Kacamata juga sudah tak dia butuhkan. Bibirnya sedikit ia beri lip balm. Baju tak dimasukkan kedalam rok. Dasi yang ia gunakan juga sengaja tak dia kenakan dengan benar.

Ada beberapa aksesoris gelang di tangannya. Penampilannya benar-benar sangat berbeda dengan Atlana sebelumnya.

"Udah siap?" tanya Regan yang sejak tadi menunggu di ruang tamu.

Atlana cukup terkejut melihat kehadiran cowok itu. Tapi, itu hanya beberapa detik. Setelah itu, dia tersenyum manis pada cowok yang selalu ada untuknya sejak pembullyan itu terjadi.

"Kapan sampai?" tanya Atlana, duduk di sofa sebelah Regan. Dua minggu bersama Regan, membuat gadis itu tak secanggung pertama kali berdekatan. Dia bahkan sangat percaya pada Regan. Buktinya, pin apartemennya ia berikan pada Regan.

"Dua puluh menit lalu," jawab Regan. "Udah sarapan?"

"Udah. Ayo, berangkat!" ajak Atlana setelah memperbaiki kaos kakinya lalu berdiri.

Regan menatapnya dalam diam. Gadis lugunya yang selama ini terus ia perhatikan diam-diam sekarang sudah berubah. Dan dia menyukai perubahan Atlana sekarang.

Kedua orang itu segera keluar dari apartemen. Regan segera melajukan mobil menuju SMA Mandala. 30 menit akhirnya mereka sampai.

Seperti biasa, kehadiran Regan selalu berhasil mencuri perhatian siswa siswi di sekolah. Regan menolehkan wajahnya pada Atlana yang duduk di sampingnya.

"Udah siap?" tanyanya yang langsung dibalas anggukkan Atlana. Regan mengangguk dan menepuk pelan kepala Atlana. Setelah itu, dia keluar dan langsung membuka pintu mobil untuk Atlana.

Sontak, semua yang menyaksikan terkejut melihat Regan membawa seorang cewek. Selama ini, cowok itu tak terdengar gosip apapun bersama cewek. Tapi, kali ini, dengan tiba-tiba membawa seorang cewek ke sekolah.

"Gila! Itu beneran Regantara? Sejak kapan dia mau dekat cewek?" ujar seorang siswa.

"Anjing! Mana cantik banget tu cewek," ucap seorang siswa lainnya.

"Ck. Masih cantikkan gue," ucap seorang siswi yang sejak tadi mendengar ocehan kedua siswa di dekatnya.

"Syirik aja lo!" balas kedua siswa itu bersamaan.

"Eh, bukannya itu Atlana ya? Cewek cupu yang kabarnya jadi korban bully tapi ditolongin Regan?"

"Eh iya. Anjirr, cantik banget si cupu."

Sekarang fokus para siswa siswi bukan lagi tertuju hanya pada Regan. Fokus mereka terbagi pada Atlana yang berpenampilan berbeda dan terlihat begitu cantik. Regan bahkan sampai kesal melihat tiap siswa yang menatap Atlana.

"Gue anter lo ke kelas," ucap Regan. Atlana tak membantah. Dia membiarkan saja Regan mengantarnya. Bahkan Regan yang tiba-tiba menggenggam tangannya pun ia biarkan.

"Makasih, Regan."

"Hm. Gue ke kelas dulu," ucap Regan mengusap pelan rambut Atlana.

Terpopuler

Comments

Cahaya yani

Cahaya yani

dibkira lhir kmbli, tpi bgus juga jdi kuat bukn cupu lgi

2024-03-30

2

Sri Utami

Sri Utami

hik....hik....lagi seru²nya habis ini cerita..... up dong Thor please ....

2024-01-09

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!