Balik Ke Rumah

Suasana kelas terlihat sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Setiap siswa yang bertugas mendesain pakaian untuk acara pementasan busana mengerjakan tahapan desain sesuai tugas yang dibagikan. Begitu juga dengan Atlana. Dia juga ikut membantu.

Namun, tidak dengan Dara. Gadis yang baru saja kembali bersekolah itu terlihat muram. Dia benci dengan semua kegiatan itu. Dia sudah berusaha keras untuk meminta wali kelas mengganti Atlana dengan dirinya. Tapi, dia mendapat penolakan dari wanita itu.

"Dar, tolong bawain guting di depan lo itu." Dara menatap malas seorang siswi yang meminta tolong padanya. Tanpa mengatakan apapun, dia bangun dan bergegas meninggalkan kelas. Tidak peduli dengan permintaan tolong dari teman sekelasnya itu.

"Dasar!" ucap siswi tersebut kesal sambil berjalan ke arah dimana gunting berada.

Ucapan siswa tersebut membuat amarah Dara terpancing. Dia menghentikan langkahnya lalu berbalik mendekati siswi tersebut.

"Maksud lo apa?" ucap Dara sambil mendorong bahu gadis itu.

"Apa? Gue cuman bilang dasar, emangnya kenapa?"

"Lo ngerendahin gue!" Dara lagi-lagi mendorong bahu gadis itu.

Suasana kelas yang cukup tenang menjadi heboh. Siswa maupun siswi yang tadi sedang fokus pada pekerjaan masing-masing kini beralih memperhatikan keributan yang Dara ciptakan.

"Ngerendahin gimana? Gue cuman bilang dasar kok. Dimana unsur ngerendahinnya? Atau emang lo yang lagi emosi gara-gara gak bisa jadi model di acara paragaan busana nanti?"

"Kurang ajar!"

Dara semakin tersulut emosi sekarang. Dia mengangkat tangannya hendak menampar siswi tersebut. Namun, tangannya hanya mampu tertahan di udara.

"Lepasin!" ucap Dara. Dia menatap sengit Atlana yang menahan tangannya yang hendak menampar siswi tersebut.

Atlana tak mengatakan apapun. Dia menuruti ucapan Dara untuk melepaskan tangannya. Namun, dia menghempasnya dengan sedikit kasar.

"Lo gak pantas nampar dia!" ucap Atlana tenang.

"Kenapa gak pantas? Lo gak usah jadi cewek sok suci! Gak usah sok jadi orang baik! Lo belain dia cuman pengen lo punya banyak temen kan?"

Atlana tersenyum miring. "Huh! Pengen punya banyak teman? Daraaa, Dara. Gue udah punya banyak teman tanpa lo sadari. Gue bukan lo yang tebar pesona atau lo yang suka ngebully biar dikenal banyak orang."

Dara mengepalkan tangannya dan mengeraskan rahangnya. Atlana, gadis itu harus diberi pelajaran. Tapi, dia belum cukup pulih untuk melawan Atlana sekarang.

"Lo seharusnya malu udah rebut posisi gue!" ucap Dara. Dia dengan susah payah menahan emosinya untuk tidak berantam Atlana.

"Malu buat apa ya? Lagian bukan gue yang daftarin diri. Gue juga gak akan mau kalau bukan bu guru yang minta. Tapi, kalau lo mau, lo masih punya cukup banyak waktu buat gantiin gue. Itu pun kalau lo bisa dapetin persetujuan bu wali."

Dara menatap sengit Atlana. Dia kalah jika sudah membawa nama guru wali kelasnya. Wanita itu tidak sedikit pun goyah untuk menjadikan Atlana sebagai model di pementasan nanti. Dia sudah meminta pada wanita itu beberapa kali. Tapi yang dia dapatkan adalah penolakan.

Merasa dirinya sudah tak bisa membalas ucapan Atlana, Dara meninggalkan ruang kelas tersebut. Dia benar-benar sangat kesal pada Atlana.

***

Pulang sekolah kali ini, Atlana harus menggunakan taksi karena Regan ataupun Jovan dan Yudha sedang memiliki urusan di markas. Senang? Tentu saja Atlana senang. Jarang sekali dia pulang sekolah sendirian seperti ini. Dia bisa memanfaatkan waktu pulang sekolahnya untuk berkeliling sebentar, seperti yang sering dia lakukan saat belum bersama Regan. Dia adalah gadis yang terkadang senang memiliki waktu menyendiri dan menikmatinya.

"Nah, ini orangnya!"

Atlana berbalik dan menatap malas ketiga gadis di depannya. Jujur, dia sangat malas meladeni ketiga cewek itu.

"Kenapa? Mau main sama gue?" tanya Atlana malas.

"Kita mau ajak lo ngomong," ucap Yura.

"Gue gak berminat!"

Fenny mengepalkan tangannya. Entah kenapa, dia melihat gaya berbicara Atlana sama seperti gaya berbicara Regan. Bahkan ucapan Atlana mengingatkannya pada penolakan Regan saat dia mengajak cowok itu makan malam bersama keluarganya.

Fenny terkekeh pelan. Setelah itu, dia menatap Atlana dengan tatapan merendahkan. "Huh! Makin mirip Regan lo ya?"

Atlana tersenyum. "Makasih," ucapnya, membuat Fenny semakin terselut emosi. Gadis itu mendekat dan mencengkram kerah seragam Atlana.

"Lo harus tau! Regan milik gue!" ucap Fenny sambil menggertakkan giginya.

"Oh ya? Tapi kok Regan sering sama gue?"

"Itu karena lo kegatelan!" ucap Dara dari belakang Fenny. "Ngaku lo! Lo udah diapa-apain sama Regan kan?"

Atlana menatap Dara dan Yura, lalu menatap Fenny. Kemudin gadis itu tersenyum menjengkelkan. "Mau tau aja lo! Itu privasi!" jawab Atlana semakin membuat Fenny marah.

"Lo—"

"Heh! Kalian ngapain?"

Suara security sekolah membuat keempat cewek itu menoleh. Fenny menggeram kesal, lalu melepaskan cengkramannya di kerah seragam Atlana.

"Gak apa-apa, Pak. Kita lagi latihan drama." Yura memberi alasan sambil tersenyum pada security.

"Kalau mau latihan drama, di ruang latihan. Bukan di depan gerbang atau pinggir jalan kayak gini!"

"Iya, Pak." Yura dan Dara menjawab bersamaan. Atlana hanya mengangguk, sementara Fenny diam dengan emosi yang menggebu.

"Sudah sana, balik!"

"Iya, Pak."

Keempat cewek itu bergegas meninggalkan gerbang dan kembali ke dalam sekolah. Kendaraan yang mereka gunakan masih berada di parkiran sekolah. Tapi, yang membuat ketiga cewek itu heran adalah Atlana yang ikut kembali ke parkiran sekolah.

"Lo ngapain?" tanya Dara.

"Ga ngapain," balas Atlana santai. Dia membuka pintu di jok belakang mobil Dara dan duduk di sana. Perbuatan Atlana membuat Dara melotot tak terima.

"Heh! Lo ngapain? Keluar gak!" ucap Dara. Yura dan Fenny hanya melihat adegan tersebut.

"Gue gak mau!" balas Atlana keras kepala. Dia melipat tangannya di dada, bersikap acuh terhadap reaksi Dara.

"Atlana sialan! Keluar gak lo dari mobil gue!" Dara membuka pintu mobil dan mencoba menarik lengan Atlana. Namun, tarikannya tak berefek apapun pada Atlana. Gadis itu bahkan menghempaskan tangan Dara dengan kuat.

"Lo yang sialan! Ini mobil punya bokap gue! Bukan punya lo!"

Dara mengeraskan rahangnya. Dia menarik nafasnya dalam kemudian mengehmbuskannya. "Mau lo apa sih?"

"Gue mau pulang naik mobil ini."

"Gue gak mau anterin lo!"

"Siapa yang nyuruh lo anterin gue?"

Kening Dara mengerut mendengar ucapan Atlana. Tidak mengantarnya? Lalu kemana Atlana akan pulang?

"Maksud lo?" tanya Dara. Dia tidak paham dengan ucapan Atlana.

"Gue balik ke rumah gue."

"Rumah yang mana? Lo gak punya rumah!"

"Lo kali yang gak punya rumah. Bukannya lo sama ibu lo itu numpang ya di rumah gue?"

"Anj*ng!" Dara mengumpat. Baginya, Atlana tidak waras sekarang.

"Kenapa? Gue bener kan?" Atlana tersenyum jahat. "Ya udah. Sekarang, ayo pulang. Gue udah capek banget, pengen cepat pulang."

Dara menatap sengit Atlana, kemudian menutup pintu mobil dengan kasar. Dia tidak bisa menolak Atlana sekarang. Cewek itu cukup berbahaya saat ini. Banyak hal yang tak terduga yang bisa Atlana lakukan.

Fenny dan Yura hanya bisa menatap wajah kesal Dara. Seandainya tidak ada security sekolah di dekat sana, sudah pasti mereka akan memberi pelajaran pada Atlana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!