TM Club

Sore hari, apartemen Atlana kembali kedatangan orang tua Regan. Semenjak berkenalan dengan kekasih sang putra, kedua orang tua itu semakin akrab dengan Atlana. Atlana juga mulai terbiasa dan tidak sungkan lagi.

"Papa nggak kerja hari ini?" tanya Atlana sambil menatap Arman.

"Papa buru-buru pulang waktu Mama bilang mau ke apartemen kamu," sahut Yolan.

Wanita itu terkekeh pelan saat mengingat bagaimana antusiasnya sang suami saat dia memberitahu jika akan pergi ke apartemen Atlana.

Atlana yang mendengarnya pun tersenyum. Ia tidak menyangka akan bertemu orang baik seperti Papa dan Mamanya Regan. Dia kembali merasakan kehangatan sebuah keluarga. Kesedihan hatinya atas kehilangan ibu dan ayahnya perlahan mulai terobati.

"Regan gak kesini?" tanya Arman.

"Regan tadi cuma anterin. Katanya ada janji sama Jovan sama Yudha."

Yolan dan Arman mengangguk serentak. Sudah menjadi kebiasaan Regan yang sering pergi bersama Jovan dan Yudha.

Itu juga yang menjadi alasan Regan memilih tinggal di apartemen dibandingkan di rumah. Katanya, dia takut mengganggu Papa dan Mamanya ketika pulang terlalu larut.

Atlana, Yolan dan Arman melanjutkan berbincang-bincang. Arman cukup banyak bicara begitu juga dengan Yolan. Atlana sampai berpikir, darimana sikap irit bicara Regan? Cowok itu hanya bicara secukupnya. Bahkan dia tidak akan berbicara sama sekali ketika sedang tidak ingin bicara.

Ketika hari mulai gelap, Yolan dan Arman berpamitan pulang. Atlana sampai mengantar mereka hingga ke tempat parkir.

"Hati-hati ya, Ma, Pa," ucap Atlana sambil memeluk Yolan. Rasa hangat saat memeluk seorang ibu kembali Atlana rasakan.

"Kamu juga hati-hati. Jangan sembarangan bukain pintu kalau tamunya bukan Regan."

"Siap, Ma."

"Telpon Papa atau Mama kalau Regan susah dihubungi," ucap Arman sambil mengusap rambut Atlana. Gadis itu mengangguk sambil tersenyum.

Setelah kepergian kedua orang tua Regan itu, Atlana kembali ke apartemennya. Atlana bergegas membersihkan dirinya, kemudian menuju dapur setelah berpakaian.

Tapi, sebelum tangannya meraih gagang pintu kamar, sebuah notifikasi terdengar dari handphonenya.

Delon

Aku kangen. Ketemuan di TM Club.

Atlana tersenyum sinis membaca pesan dari Delon. Atlana memang bukan gadis yang suka ke tempat-tempat hiburan seperti itu. Tapi, dia tahu, tempat seperti apa TM Club itu.

"Kayaknya, bakalan seru kalau Dara juga ada di sana," gumam Atlana sambil tersenyum jahat.

Atlana bergegas mengganti bajunya, lalu sedikit berdandan untuk pergi ke Club. Dia ingin menjalankan rencananya dengan baik.

Setelah selesai bersiap, Atlana mendekati laci meja belajarnya, kemudian mengeluarkan sebuah handphone dari laci tersebut.

Handphone bekas yang dibelinya dengan uang tabungan dan uang hasil keuntungan dari sebuah cafe peninggalan ayahnya yang masuk ke rekening miliknya.

Yuni dan Dara tidak tahu mengenai cafe dan uang tersebut. Selama ini, Atlana menyembunyikannya di apartemen.

Atlana menyalakan handphone tersebut, kemudian mengetikkan sesuatu di aplikasi chat. Dia mengirimkan pesan ke Dara sebagai orang asing.

"Selesai. Sekarang, ke TM Club."

***

Dentuman dj mengalun, memasuki indra pendengaran setiap pengunjung Club. Begitu banyak orang yang bergoyang dengan semangat. Atlana yang baru saja tiba sedikit menutup telingnya. Dia benar-benar tidak suka dengan kebisingan ini.

"Si Delon dimana sih?" gumam Atlana kesal. Dia tidak bisa melewati kerumunan.

"Sayang." Panggilan 'sayang' bersamaan dengan tepukan dibahunya membuat Atlana menoleh. Dia berdecih dalam hati melihat wajah tersenyum Delon.

Menjijikan!

Seperti itulah pikiran Atlana. Delon benar-benar menjiikkan, apalagi mendengar panggilan sayang keluar dari mulut lelaki itu.

"Hei, kenapa diam? Ayo, kesana!" Delon menunjuk ke arah sebuah meja yang terdapat sofa yang mengelilingi setengah bagian meja tersebut.

Atlana menatap ke arah yang ditunjuk Delon. Dia bisa melihatnya meski terkadang dihalangi oleh orang-orang yang tengah asik bergoyang.

"Udah, jangan banyak dipikirin." Delon langsung menarik tangan Atlana memasuki kerumunan. Seperti inilah Delon. Dia tidak pernah berubah, selalu menjadi orang yang suka semaunya sendiri.

"Duduk," ucapnya, menyuruh Atlana duduk. Atlana hanya bisa menuruti Delon. Sesekali dia melirik ke arah kerumunan, berharap agar Dara segera sampai.

Sementara itu, di parkiran Club, Dara dengan perasaan kesal menutup kasar pintu mobilnya. Dia begitu marah ketika membaca pesan dari nomor yang tak dia kenal. Pesan tersebut terus membayangi pikirannya.

"Atlana dan Delon di Club TM. Cih! Cewek sialan itu semakin kegatalan!" decih Dara.

Amarah terlihat jelas di matanya. Wajahnya juga ikut memerah.

"Entah siapa yang kirimin chat itu ke gue, gue terima kasih banget," gumam Dara.

Dara memasuki Club, matanya mengamati setiap orang yang ada di Club tersebut. Hingga akhirnya, tatapannya berhenti pada dua orang remaja yang sedang tertawa.

Tangannya terkepal kuat. Dengan amarah yang membuncah, Dara membelah kerumunan orang yang bergoyang, dan langsung menghampiri Atlana dan Delon.

"Cewek kegatelan lo!"

Plak!

Dara melayangkan satu tamparan di wajah Atlana setelah mengatai gadis itu kegatalan. Delon berdiri dengan wajah sedikit memerah. Dia mulai terpancing amarahnya.

"Lo apa-apaan sih?!" kesal Delon. Cowok itu seolah lupa, Dara adalah pacarnya yang sebenarnya.

"Lo? Kamu panggil aku lo, Delon?!" teriak Dara di depan Delon. Dia kesal sekaligus sakit hati dengan panggilan Delon padanya barusan.

Sementara itu, Atlana diam-diam tersenyum. Dia tidak terkejut dengan kedatangan Dara. Itu memanglah rencananya. Bahkan tamparan yang Dara berikan juga tidak masalah baginya. Tapi, tetap akan ada balasan untuk tamparan barusan.

"Kamu lebih bela cewek kegatalan ini dibanding aku?" teriak Dara lagi. Beruntung suara dj yang berdentum keras meredam suara keributan mereka.

Delon terdiam. Dia baru sadar, dia baru saja membela Atlana tanpa berpura-pura seperti biasanya.

Tatapan Dara tertuju pada Atlana. Dia menarik keras Atlana untuk berdiri, kemudian hendak melayangkan satu tamparan lagi. Namun, Delon dengan cepat menahan tangannya.

"Jangan sentuh Atlana!"

Dara menatap sengit cowok itu. Dara benar-benar tidak melihat sosok Delon yang dulu. Jika memang ini sandiwara Delon, sandiwaranya terlalu nyata.

"Kamu lebih belain dia dari pada aku?" Suara Dara terdengar sedikit pelan. Ada rasa sakit yang tertuang dalam nada bicara Dara.

"Kenapa lo tanya? Delon udah pasti milih gue. Gue pacar—"

"Diam sialan!"

"Gue gak akan diam. Siapa lo marah-marah sampai nampar gue?" Atlana tak mau diam. Dia ingin memacing Dara agar semakin marah dan berakhir dengan pertengkarannya dengan Delon.

"Gue pacar Delon!"

Atlana langsung menatap Delon dengan tatapan berpura-pura terkejut. Dia harus bisa menjalankan perannya dengan baik.

"Pa-pacar? Apa maksudnya?"

"Gue pacar Delon. Lo. Lo cuman cewek yang—"

Plak!

Satu tamparan Delon layangkan ke pipi Dara. Dara menatap terkejut Delon. Dia tidak menyangka, cowok yang sudah bersamanya hampir selama tiga tahun itu sudah menamparnya. Ini pertama kalinya.

"Kamu nampar aku?" tanya Dara tak percaya.

"Dar, a-aku—"

"Aku? Kamu juga panggil Dara pakai aku kamu, Delon?" tanya Atlana menyela.

Delon menatap Atlana, kemudian menoleh pada Dara. Dia jadi bingung sekarang.

"Atlana aku—"

"Sekarang kamu pilih, Delon! Aku atau Atlana." Dara menunjuk dengan raut wajah terluka. Dia benar-benar terluka dengan kenyataan yang terjadi sekarang.

Delon menggaruk tengkuknya. Dia tidak menyangka situasi seperti ini akan terjadi sekarang. Dia dikelilingi cukup banyak gadis yang bisa terus dia manfaatkan. Dia tidak bisa melepas salah satu dari mereka, termasuk memilih antara Atlana dan Dara.

Atlana memang penurut, tapi Atlana mungkin akan berkurang kepercayaannya jika dia memilih Dara.

Seandainya dia memilih Atlana, dia pasti bisa memberi pengertian pada Dara. Gadis itu pasti bisa menerima karena dia juga tahu, selama ini Delon hanya memanfaatkan Atlana.

"Kenapa diam? Gak bisa milih?" tanya Atlana mendesak.

"Aku... Aku milih Atlana."

Plak!

Satu tamparan mendarat di pipi Delon, dilakukan oleh Dara. Setelah itu, Dara bergegas pergi dari tempat itu dengan perasaan terluka.

"Terima kasih udah milih aku. Maaf udah buat kamu ditampar," ucap Atlana. Sebenarnya dia sangat bahagia melihat Delon ditampar.

Delon menarik sudut bibirnya, tersenyum. "Gak apa-apa," balasnya.

"Sudah hampir jam sembilan. Aku harus balik sekarang. Aku harus kerjain tugas Regan. Atau aku akan dapat masalah, dan kita gak bisa ketemuan seperti ini lagi."

Delon menarik nafasnya panjang. Dia masih ingin bersama Atlana. Seharusnya dia sudah bersenang-senang dengan gadis polos seperti Atlana.

Tapi, Dara mengacaukan semuanya. Sekarang, dia harus membiarkan Atlana pergi. Atau dia akan berurusan dengan Regan.

"Ya udah. Mau aku anterin?"

Atlana menggeleng. "Gak usah. Aku pesan taksi aja."

Delon mengangguk, lalu membiarkan Atlana pergi. Ck! Mangsanya pergi tanpa dia cicipi.

Sementara itu, Atlana tersenyum jahat sambil berjalan meninggalkan tempat itu. Setidaknya dia mendapatkan hiburan yang menyenangkan meskipun awalnya dia tidak suka berada di tempat tersebut.

Terpopuler

Comments

Shuhairi Nafsir

Shuhairi Nafsir

Ceritanya lama kelamaan jadi membosankan. lagi lemah

2024-05-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!