Bagian 10 (Kepergok)

Happy reading 💟💟

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

    Malam berlalu begitu saja, dipagi yang cerah ini terlihat seorang wanita paruh baya namun masih terlihat begitu elegan berjalan dengan begitu cepat dan tergesa-gesa masuk kedalam sebuah gedung besar penuh dengan banyak ruangan, ya hotel itu gedungnya.

menanyakan kepada resepsionis dengan cepat, kemudian segera berlari lagi diikuti pria paruh baya yang gagah dan tegap, yang sedang terlihat seperti menghubungi seseorang, nampaknya itu adalah suaminya.

"Gimana pah?". Tanya wanita itu sambil terus berjalan. Suaminya menggeleng, membuat istrinya berjalan dengan begitu cepat.

"Ma, pelan pelan". Ujar suaminya memperingati, namun tidak didengarkan oleh istrinya, nyatanya dia terus berjalan dengan cepat, menaiki lift yang terasa begitu lambat, membuatnya tidak bisa diam karena tidak sabar, begitu lift berhenti dia langsung keluar dengan cepat hingga sampailah disebuah kamar tertutup, membuka card akses yang dia dapatkan dengan tergesa, hingga pintu mulai terbuka, tak sabar dia mendorongnya begitu saja dengan keras

"ADZKHAN RAYYANKHA MALIK". Teriaknya menggelegar didalam ruangan begitu nyaringnya saat dia masuk memanggil nama putra satu satunya, suara itu yang bisa saja menarik perhatian seluruh penghuni hotel, namun untungnya suaminya sudah cepat menutup pintu, hingga suara itu hanya membuat dua sejoli diatas ranjang terbangun.

"Mama, papa". Ucap pria itu terkejut ketika membuka mata, melihat wanita didepannya yang menatapnya dengan ganas, dan dibelakang wanita itu berdiri pria dengan wajah yang tidak kalah menyeramkan,

     Sementara Nayna, wanita itu baru saja mengucek matanya pelan, melihat sekeliling dan terheran melihat orang tua didepannya, mungkin itu orang tua pria disampingnya, begitu pikirnya hendak tidur lagi, tapi, sebentar, Orangtua lelaki ini? What?? Mereka dipergoki sedang dikamar tanpa busana dan hanya berdua, oh tidak ingin rasanya dia menghilang sekarang juga dan tidak akan bertemu ketiga orang ini. Duduk dengan membungkus tubuhnya Nayna terlihat kikuk dengan mukanya yang terasa panas, memalukan!!! Begitulah pikirnya.

"Ma, Pa, Ray bisa jelaskan semua". Ucap pria itu, kita panggil saja Rayyan.

"Mama tunggi di Mension utama setelah ini". Ucap Mama dingin, berlalu begitu saja

"Ma..". Teriak Rayyan

"pakai bajumu, bawa gadis ini ke Mension". Tegas papa menyusul istrinya, namun sang istri kembali masuk membawa paper bag yang dia ambil dari bodyguardnya dan menyerahkan nya pada Nayna.

"Pakai ini, segera bersiap ikut dengan Ray, TIDAK ADA BANTAHAN". ucap Mama menekankan kalimatnya

Nayna hanya menurut mengambil paper bag itu dengan lemah terkikuk,

"Ayo pa". Ajak Mama begitu sampai di pintu, yang mana suaminya sudah menunggu, tanpa berkata lagi keduanya pergi dari sana.

"PUAS KAU". Bentak Rayyan bangun memakai celananya.

Nayna yang terkejut langsung menoleh.

"KAU YANG BODOH PRIA SAN**". Teriak Nayna tak mau kalah

"Makanya kalau punya otak dipake, nafs* doang digedein". Ucap Nayna terus terusan sambil memakai pakaian yang diberikan orangtua Rayyan

"apa katamu". Ucap Rayyan tidak terima dikatain pria san** .

"Kau pria san** kurang belaian, dengan sembarang wanita kau berani melakukannya, benar benar menjijikan". Ketus Nayna mengikat rambutnya asal.

Tidak terima dikatain seperti itu lantas Rayyan mendekati Nayna, berbisik ditelinganya

"Tapi kau menikmatinya semalam nona". Ucap Rayyan tepat dibelakang Nayna yang hendak pergi.

"kau pikir dengan menangis akan mengembalikan semuanya hah?". Ucap Nayna keras berbalik, kini keduanya berhadapan hampir tidak berjarak, Menatap tajam mata Rayyan.

 "Jika menangis bisa mengendalikan semuanya, detik ini juga akan kulakukan". Lanjut Nayna penuh penekanan,

Rayyan hanya terdiam, benar, semuanya telah terjadi melihat mata tajam itu Rayyan sedikit merasa bersalah . Tak ingin larut dia segera melangkah

"cepatlah Mama sudah menunggu". Ucapnya dingin.

"Sialan, bang**t". Nayna terus mengumpat meninju angin yang tidak bersalah, berjalan dibelakang Rayyan, Nayna menghentikan langkahnya.

"Pergilah lebih dulu, aku akan mengambil sesuatu". Ucap Nayna.

Tanpa berkata lagi, Rayyan pergi begitu saja, setelah dipastikan Rayyan telah jauh, Nayna segera keluar dari kamar hotel itu, pergi sedikit pelan selain menahan sakit, dia juga harus hati-hati agar tidak dilihat rekan kerjanya, bisa kacau nanti. Pergi kedapur mengambil tasnya, Nayna dikejutkan dengan panggilan seseorang yang menepuk punggungnya.

"Nay, semalam kau kemana, tamu ruang 109 marah marah dan komplain karena kita terlambat membawa pesannya". Tanya rekannya itu.

"Itu, eeee itu anu". Nayna bingung menggaruk kepalanya yang tidak gatal .

"Anu apa sih". Ucap rekannya.

"anu itu, semalam aku ada hal mendesak tiba-tiba, aku sudah mencoba menghubungi pihak pantry, tapi tetap tidak ada jawaban, apa boleh buat". Jelas Nayna mencoba tenang.

Rekannya mengangguk paham, dia ingat sekembalinya dia kedapur, ada banyak panggilan tidak terjawab dari Nayna.

"Tapi kau baik-baik saja kan?". Tanya rekannya lagi

"don't worry , I'm fine". Jawab Nayna menenangkan, meski dirinya sekarang tengah frustasi.

"Kamu tidak lembur hari ini? Tumben?". Tanyanya lagi.

Oh tuhan, ingin dia berteriak bahwa dia tidak baik-baik saja sekarang, dan rekannya ini malah memperlambat keadaan.

"aku ingin istirahat hari ini, duluan ya". Ucap Nayna sekaligus pamit, rekannya hanya mengangguk menepuk pundaknya pelan,

Nayna segera pergi dari sana, berjalan dengan cepat agar segera sampai dimanna Rayyan sudah menunggunya.

Tapi sebentar, Rayyan menunggu dimana? Dia tidak mengatakan apapun, mengingat itu Nayna mendesah kecil, kenapa hal seperti inipun dia lupa menanyakannya.

Sudahlah dia tidak perduli, berjalan pelan naik lift yang akan membawanya ke lobby, kemudian berjalan perlahan sambil merenung, bagaimana jika ibunya tau kejadian ini, bagaimana jika dia hamil, dan terus memikirkan bagaimana bagaimana yang akan terjadi kedepannya.

Terus melamun hingga tanpa sadar menabrak dada bidang didepannya dengan keras, mendongak melihat si pemilik dada itu, Nayna lantas memasang wajah dinginnya, pria itu cihhh melihatnya saja sudah membuat Nayna muak.

"kenapa kau begitu lambat, cepatlah sedikit". Ucap pria itu, Nayna tidak memperdulikannya terus berjalan kedepan, hingga tangan itu menyeretnya kasar.

"Sialan, lepaskan". Ucap Nayna menganyunkan tangannya hingga pegangan itu terlepas.

"bukan kesana arahnya bodoh". Ucap Rayyan

"pergilah, aku tidak perduli ". Ucap Nayna kembali berjalan, membuat Rayyan mendesah, lalu menarik tangan Nayna lagi.

"kalau bukan karena Mama, aku tidak sudi membawamu sekarang". Ucap Rayyan terus menyeret Nayna pelan.

Nayna tidak perduli apapun lagi, dia hanya mengikuti pria didepannya ini dengan patuh, masuk kedalam mobil dan duduk dengan diam, melihat kedepan tanpa berucap apapun lagi, rasanya mengumpat dan terus berteriak pun percuma, tidak akan mengubah apapun, hanya akan membuat tenaganya habis.

Rayyan hanya meliriknya sebentar, kemudian fokus pada kemudinya, keadaan didalam mobil hening sekarang, hanya deru mesin mobil yang terdengar halus. Rayyan dengan kemudinya, dan Nayna dengan pikirannya.

To be continued 💎💎

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!