Happy reading guyssssss
...****************...
Hari berlalu begitu saja, Nayna menikmati kehidupannya yang sekarang, bekerja, bekerja dan bekerja, Nayna jarang mendapatkan libur, dia memilih kerja over time dari pada harus berleha-leha di kontrakan nya, pembimbingnya sudah menyarankan untuk kerja pasa shift normal, namun Nayna menolaknya, jika kerja over time di bayar kenapa harus libur. Nayna pikir gaji nya sekarang cukup besar, bukan hanya gaji pokok, terkadang dia mendapatkan service charge, atau sekedar tips dari tamu, bukan lagi gaji over time nya.
Seperti sekarang Nayna baru saja selesai mengantarkan pesanan tamu, dan beruntungnya jika tamu itu termasuk jajaran orang orang konglomerat, dia akan mendapatkan tips yang lumayan dan sekarang harus nya hari libur Nayna, tetapi dia tetap memilih bekerja seperti biasa, hanya saja pada malam Minggu Nayna hanya akan mengambil dua shift, dari sore hingga pagi,
Bekerja hingga larut malam,Nayna sekarang duduk di pantry mengambil minum dan roti, mengunyahnya cepat hingga seorang rekannya memangil dirinya.
"Nay, aku tadi dapat telpon tolong kamu antar beberapa win sama whisky ke kamar 109 ". Titah rekannya.
"kenapa gak telpon ke nomor biasa aja". Ucap Nayna.
"Ya itu dari nomor biasa, hanya tadi aku yang terima, kamu masih sibuk tadi". Jelasnya
Nayna mengangguk paham, menghabiskan rotinya bergegas mengambil pesanan tadi, ketika hendak pergi, Nayna mendapatkan telpon masuk di ponsel nya, mengabaikan nya lalu pergi, namun ponsel itu terus berdering di sakunya, mau tak mau Nayna harus mengangkat nya sambil berjalan, sedikit repot karena sedang mendorong troli,
"hallo". Ucap Nayna begitu terhubung
"kakak". Ucap seseorang diseberang sana
"iya bila, kenapa tumben malam malam nelpon kakak?". Tanya Nayna pada si penelpon yang ternyata Nabila, sambil terus berjalan.
Keduanya sedikit larut dalam percakapan, hingga tepat didepan pintu kamar hotel Nayna memutuskan panggilan, karena terlalu asik bertelepon, Nayna lupa harus . mengantarkan pesanan ini pada kamar berapa, dia bingung sedikit mengingatnya, tapi tetap saja dia lupa, oh tidak bagaimana ini, tidak ingin salah, dia memilih menghubungi dapur menanyakan kembali kamar nomor berapa, namun beberapa kali mencoba tetap tidak ada jawaban, dengan mendesah dia mengakhiri telponnya, memutuskan mengetuk kamar di depannya dan berdoa semoga tidak salah masuk, meskipun salah pasti penghuni nya akan memberitahu dirinya, benar bukan?
Tookkk.. Tookkk..
Beberapa saat menunggu hingga akhirnya pintu kamar terbuka sendiri, memang di hotel ini sudah didesain otomatis dari beberapa fitur untuk memudahkan tamu dan memberikan kenyamanan.
Nayna masuk kedalam, gelap itulah yang dia lihat saat didalam, mungkin sang tamu lebih suka kegelapan begitulah pikir Nayna, meski dirinya sedikit merinding, sumpah ini seram, tetap tenang Nayna meletakkan botol botol itu dengan rapih, hingga akhirnya dia merasakan ada sebuah tangan kekar melingkar di pinggangnya erat, terkejut ? Tentu saja Nayna sangat terkejut, apa apaan ini, ingin rasanya menampar manusia ini begitu keras, tapi dia harus sabar, menekan emosinya Nayna mencoba melepaskan pelukan itu, tapi sekuat dia mencoba, maka semakin kencang juga pelukan itu.
"Kau mau kemana hemm, tetaplah disini dear". Bisik pria itu menembus telinga Nayna, membuat jantungnya berdetak begitu cepat.
"Kau yang meminta ini bukan? Maka ku kabulkan". lanjutnya. Deep voice itu benar benar menembus telinganya, Nayna tebak pria ini sedang mabuk, tercium dari aroma mulutnya yang menyengat.
"Maaf tuan anda salah orang, saya hanya mengantarkan pesanan anda saja, tolong lepaskan". Ucap Nayna lembut menahan emosinya sambil terus memberontak.
"hahaha pesanan katamu?, aku bahkan tidak pernah memesan kamar ini". Ucapnya lagi tepat dilehernya, dengan posisi masih membelakangi.
WHAT?? APA KATANYA?? TIDAK MEMESAN KAMAR? LALU INI?
"bukankah kau yang memesannya untuk kita sayang". Lanjut pria itu.
"maka akan ku turuti maumu". Pria itu terus berkata sambil terus mengencangkan pelukannya.
Engap, tentu saja selain tubuhnya terhimpit dia juga menahan emosi yang siap meledak saat itu juga.
"maaf tuan saya tidak tahu, saya hanya mengantarkan pesanan kamar ini, soal lainnya saya tidak tahu". Ucap Nayna masih menahan emosi.
"jangan malu, hanya ada kita disini, akui saja perbuatanmu". Ucap pria itu semakin mendekatkan wajahnya.
Sudah cukup!!! Kesabarannya sudah di ambang batas, hingga akhirnya
"LEPASKAN SIALAN". Teriak Nayna semakin memberontak, meninju perutnya, kemudian menginjak kaki pri itu dengan sepatunya hingga mengerang kesakitan dan refleks melepaskan pelukannya, ada kesempatan Nayna lantas berlari ke ambang pintu, akan tetapi seberapa keras pun dia mencoba pintu itu tetap tertutup rapat, mencoba berteriak minta tolong namun semuanya hanya sia sia saja, kamar hotel VIP hampir seluruhnya kedap suara.
Nayna semakin takut ketika melihat pria dengan siluet yang begitu besar, perlahan berjalan mendekati nya dengan sempoyongan sambil tertawa. Berderai air mata dia melihat sekeliling ruangan, dia teringat ponselnya, mencoba mengambilnya dengan tangan gemetar, mencari kontak telepon yang bisa dia hubungi namun terlambat, tangan kekar itu segera mengambil ponselnya dan menyimpannya disaku celananya. Terkejut bukan main, Nayna mencoba mengendalikan dirinya berusaha melawan
"Sudahlah, bukankah ini yang kau inginkan honey? Hhmm jangan berpura-pura melarikan diri, kemarilah, aku tidak akan kasar asal kau menurut". Ocehnya terus mendekati Nayna yang terus menghindar.
"BERHENTI DI SANA SIALAN". Teriak Nayna keras. Pria didepan benar benar tuli, tanpa mendengarkan Nayna yang terus berteriak hingga tersudut dipinggiran meja rias dengan keadaan ruangan yang begitu gelap, dia semakin tidak bisa berkutik ketika pria itu berdiri tepat berada dihadapannya.
"mau kemana lagi sekarang hemm, tidak kah kau lelah sayang". Oceh pria tepat di depan Nayna bahkan hampir tidak ada jarak lagi, tangannya mengusap rambut Nayna pelan
"BERHENTI BANG*ATT, SIALANNNN ". Nayna terus saja berteriak sambil mengumpat, membuang tangan itu kasar, kemudian menamparnya keras, yang mana malah membuat amarah lelaki itu memuncak, tanpa berkata pri itu membopong Nayna bagai karung beras dan melemparnya begitu saja diatas ranjang. Sakit itulah yang dirasakan Nayna sekarang, tak memperdulikan sakitnya dia melempar bantal guling kearah sang pria sambil terus mengumpat kata kata kasar,
"SIALLAN, BANG*E, BANG*AT, DASAR ANJ**". Umpatan Nayna terus mundur ketika pria itu merangkak naik. Mencengkram dagu Nayna kasar,
" bukankah ini yang kau mau hah? Kau menjebakku memberikan obat sialan itu kedalam gelas wine ku hah, kau memisahkan aku dengan kekasihku sialan". Tekan lelaki itu mencengkram dagu Nayna keras membuat Nayna meringis kesakitan.
"A..and..a sal..ah oo.rang tu.an". Ucap Nayna terbata menahan sakit didagunya
"sa..ya b.a.hk.an tidak pe.r.nah ke club hotel ". Nayna mencoba menjelaskan, namun rasanya percuma saja, pria didepannya tengah mabuk dan dalam pengaruh obat.
"jangan banyak bicara, nikmati saja perbuatanmu nona". ucap pria itu menekan suaranya melepaskan dagu Nayna, kemudian duduk setengah berdiri dengan kakinya melepaskan dasi yang melingkar di lehernya.
Nayna yang melihat itu hendak melarikan diri, namun terlambat dia kembali diseret dan tangannya diikat kencang dengan dasi.
Terus mengumpat dan berbicara kasar Nayna hanya bisa menangis, tidak ada yang bisa dilakukannya sekarang, semuanya sudah terlambat suatu hal yang seharusnya tidak pernah terjadi, namun kini terjadilah. Malam dimana dia ingin menghilang saja dari dunia, malam yang disesalinya akibat kecerobohannya. Malam yang akan segera mengubah hidupnya, entah menjadi lebih baik atau semakin buruk.
To be continued 💎💎
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
IdDesiRswt
jgn terlalu over, kesehatan tetap terpenting /Rose//Rose//Sly/
2024-01-26
3
Teteh Lia
aq pernah berfikiran sama seperti Nayna, kerja sampe ga kenal waktu 🤦♀️
2024-01-25
2