~19

"Guys, serius, kita harus selesaikan masalah kita. Kita gak bisa diem-dieman kayak gini."

Sepulang sekolah hari ini, Jae dan Stevie sengaja menghalangi Rae, Juna, dan Jihan untuk pulang. Mereka terkumpul dalam satu kelas dan mulai menyelesaikan masalah mereka.

"Aku dan Stevie, bener-bener minta maaf banget ke kalian. Tolong ngerti, seandainya kalian ada di posisi aku. Tapi aku juga paham, gimana kecewanya kalian kalau aku di posisi kalian. Makannya aku minta maaf."

"Aku juga minta maaf banget, karena sama sekali gak ngelibatin kalian disini. Guys, ayo kita perbaiki lagi semuanya. Please, jangan ngerelain hubungan kita hancur hanya karena ini."

Panjang penjelasan, perdebatan, adu argumentasi, dan berulang kali permintaan maaf. Sampai akhirnya, persahabatan itu berhasil mereka selamatkan.

Segala dugaan dari isi kepala para penduga, telah terjawab dan dijelaskan oleh pihak terduga. Komunikasi yang baik selalu diutamakan oleh mereka. Hingga sebuah kesepakatan tercipta.

"Mulai sekarang, apapun itu, jangan takut buat ngungkapin. Kita selesaikan bersama."

Rangkulan hangat kelima sahabat itu mendamaikan jiwa mereka yang awalnya penuh dengan rasa kecewa dan mulai tumbuh rasa kebencian.

...

Hari ini, orang tua Stevie dan Zyan kembali pulang, setelah dipenuhi kesibukan bisnis yang luar biasa. Tepat setelah semuanya kembali normal, Stevie mengundang keempat sahabatnya, dan Zyan mengundang sahabat dekatnya, Auzora. Untuk berkumpul bersama.

"Ini cewek kamu?"

"Apaan sih, Ma. Bukan, sahabat hidup dan mati aku. Kenalin, Auzora Misora."

Gaya ramah Auzora yang memikat hati kedua orang tua Zyan. Mereka turut merasa hangat karena Zyan yang tampak nyaman bersama Auzora.

"Ayah kalian gimana, Jae, Rae? Baik-baik aja? Om belum bisa nemui beliau, baru pulang lusa kemarin."

"Baik-baik aja, Om. Boleh banget, kalau Om main ke rumah kayak biasanya," ajak ramah Jae.

Orang tua Stevie dan Zyan adalah teman akrab orang tua Jae dan Rae. Tak lupa, orang tua Auzora juga. Mereka berteman akrab dalam urusan bisnis, namun juga dalam kehidupan sehari-hari. Sama seperti si Kembar dan Stevie, Zyan dan Auzora.

Setelah perkumpulan selesai, keluarga kecil itu kembali berkumpul dan berbincang ringan bersama.

~Cemara banget.

"Pa, Ma. Auzora itu anak perempuan om Chardika, adik Jae sama Rae. Yang kalian ceritain waktu itu," ucap Stevie memberi kabar bahagia.

"Serius?"

Balas kedua orang tua mereka secara bersamaan dengan wajah terkejut. Stevie dan Zyan yang menatap mereka dalam, turut terkejut karenanya.

"Serius ...."

"Kok bisa ketemu? Gimana? Anaknya tau kalau dia anaknya Chardika?" tanya Ibunda dengan penuh semangat.

"Astaga, bakalan panjang kalau gini, Kak." Zyan yang merasa kewalahan menepuk jidatnya.

...

Ketiga buah hati Chardika yang masuk bergantian, mengembangkan senyum Chardika yang duduk santai di depan TV.

"Malam, Sayang," sapa Chardika menyambut ketiganya.

"Ditanyain sama om, katanya mau main kapan-kapan," jawab Rae ikut duduk di samping Chardika.

"Tadi sebenarnya juga diajakin kesana, tapi Ayah masih kerja, jadi gak bisa."

"Orang tuanya Zyan itu temennya Ayah?" tanya Auzora yang baru mengerti.

"Iya, Sayang. Deket banget dan udah dari dulu banget, udah lama kita temenan."

Tampak kehangatannya kini, melihat ketiga buah hatinya duduk bersama dengannya di depan TV, tertawa dan saling melempar kata, membahas nontonan yang mereka nonton bersama.

...

Siang ini di sekolah, Auzora yang telah jatuh tempo pengembalian buku perpustakaan, kembali mengunjungi perpustakaan.

Karena siang ini Zyan bertanding basket, Auzora pergi seorang diri.

Pada salah satu bangku perpustakaan tersebut, tampak seorang gadis dengan rambut panjang terurai yang Auzora kenal.

Dirinya tampak murung seorang diri, menatap kosong lembar buku yang terbuka, namun tak dia baca.

"Clara, are you okay?" tanya lembut Auzora menepuk bahunya.

Wajah datar itu menatap kembali wajah Auzora yang masih menatapnya dalam.

"Zora, aku baik-baik aja."

"Gila, ngeliat Zora sedeket ini, ternyata tenang banget auranya," batin Clara pada mata yang masih tenggelam.

"Kok sendirian?"

"Iya, Ra. Lagi pengen sendiri aja."

"Mau Zora temenin?"

...

Disepanjang pertandingannya, sorot mata Zyan sibuk menyorot pinggir lapangan. Auzora yang selalu ada pada setiap pertandingannya, hari ini tidak menampakkan diri.

Selesai pertandingan tersebut, Zyan bergegas menuju kelas. Mendesak seisi kelas dengan nadanya yang tergesa.

"Zora mana? Ada yang tau Zora dimana?"

Seluruh mata yang langsung tertuju pada Zyan hanya menggeleng. Zyan yang kembali berlari keluar kelas. Di jalur belokan itu hampir menabrak sahabat yang dia cari.

"Astaga, Zyan. Kaget gue!"

Tangan Zyan yang terlipat ke dada, matanya sinis menangkap Auzora.

“Hmm, dari mana aja, lo?"

"Apaan, sih! Biasa aja mata, lo! Takut gue ...."

Zyan menurunkan kembali tangannya.

"Kok gak ke lapangan tadi? Hari ini gue tanding, Ra. Lo kemana? Tega banget, lo. Gue tanding gak dateng. Harusnya lo dateng, Auzora," rengek Zyan kesal.

"Aku baru aja dari lapangan, udah selesai. Ya, udah ...."

"Lo telat! Dahlah, males gue."

Zyan membalikkan badan, berjalan kembali ke arah kelas. Auzora yang tersenyum melihat tingkahnya, terpaksa mengikuti langkah kecilnya.

"Maaf, Zyan Jhuana. Aku tadi ke perpus. Ngembaliin buku, Zy. Kalau telat kena denda. Udah hari ini jadwalnya ...."

"Emang gak bisa nanti?" balas Zyan dengan cuek sambil terus berjalan.

"Tadi itu maunya ngembaliin buku gitu aja. Jadi cuma bentaran. Eh, ketemu Clara disana, sendirian dia. Jadi aku temenin."

Langkah Zyan yang seketika terhenti dan menghadapkan tubuhnya pada Auzora.

"Clara? Kamu diapain lagi sama dia?"

Mata Auzora yang menatap bingung seketika.

"Diapain? Kita baca buku bareng ...."

"Kamu gak diapa-apain?" tanya Zyan mengulangi pertanyaannya.

"Nggak, emang mau diapain?"

"Ya, nggak. Takutnya diapa-apain."

Dari kejauhan, Clara menangkap keduanya yang berjalan beriringan menuju kelas. Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya. Hal seperti ini, sudah bisa tertangkap oleh matanya.

Namun kali ini, mungkin yang paling berat.

"Gak heran kalau kamu bisa senyaman itu sama Zora, Zy. Emang di deket dia senyaman dan setenang itu. Setelah hanya ada di deket dia, akhirnya aku ngerasa 'Oke, aku lepas.' Mau kalian ada hubungan lain atau nggak, aku berhenti, Zy. Terima kasih."

Senyum tipisnya yang samar, mengiringi langkahnya yang tampak berat untuk kembali ke kelas.

"Ini cerita apa sebenarnya?" tanya bingung salah satu teman lelakinya, begitu melihat Clara masuk seorang diri setelah Zyan dan Auzora masuk bersama.

"Cerita apaan?"

"Lo deket sama Auzora. Deket sama Clara, lo jauhin Auzora. Sekarang lo deket lagi sama Auzora, lo jauhin Clara."

Ketiga pasang mata yang hanya saling tatap tanpa kata.

"Gue punya misi. Lo gak tau, udah diem aja," jawab enteng Zyan.

Clara dengan kepala tertunduk, kembali meneruskan langkahnya yang terhenti untuk menuju bangku.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!