"Daddy..." Rachel mundur satu langkah dari Lyra dan melepaskan tangannya dari tangan Lyra yang dicengkramnya. Ia mengibaskan rambutnya dan berjalan menuju Zachery seraya tersenyum manis. "Baru aja aku mau ketemu sama Daddy." Dikecupnya pipi sang ayah dan dirangkulnya lengan Zachery.
"Ada masalah apa kamu dengannya?" Zachery mengarahkan dagunya pada Lyra.
Wajah Rachel kembali menatap Lyra dengan kesal. "Dia orang yang aku benci, Dad. Dia itu nyebelin! Aku udah bilang sama Daddy 'kan, ada beberapa nama yang aku kasih ke Daddy waktu itu? Kalau mereka melamar ke perusahaan kita jangan diterima! Tapi apa ini? Kenapa dia ada disini?! Aku gak mau tahu! Pecat dia sekarang juga!"
Lyra hanya menunduk pasrah, namun ia cukup yakin Zachery akan mempertahankannya.
"Daddy tidak bisa mengabulkan keinginanmu. Daddy sangat percaya pada tim HRD yang Daddy bentuk. Mereka akan mempekerjakan orang-orang yang kompeten untuk kemajuan Vander. Jika mereka diterima bekerja disini, maka itu artinya mereka adalah orang-orang paling kompeten." Terang Zachery dengan bijaknya.
"Tapi, Daddy..."
"Daddy tidak mau berdebat denganmu, Nak. Sekarang katakan, ada apa kamu datang kemari?"
Melihat masalah sudah selesai, Lyra pun membungkuk pamit dan pergi dari sana bersama Jihan. Zachery menatap Lyra sekilas dan mengangguk pelan kemudian mulai mengobrol dengan sang putri sambil berjalan menuju mobilnya.
Lyra dan Jihan kini ada di sebuah restoran, Jihan mengatakan ingin mentraktir Lyra makan. Walaupun Lyra menolak, tapi teman baru Lyra itu memaksanya, katanya ia ingin lebih dekat dengan Lyra.
"Gue gak bisa lama-lama ya. Udah ini gue ada acara." Lyra seharusnya sudah berada di salon, sesuai dengan perintah Zachery. Namun ia juga tak bisa menolak Jihan yang kini menjadi teman terdekatnya di kantor itu.
"Iya, cuma makan doang, kok. Abis gue gak suka makan sendirian. Jadi nanti pas nyampe apartemen, gue pengen langsung tidur." Jujur Jihan.
"Kalau lo gak suka sendirian, kenapa lo gak tinggal sama nyokap sama bokap lo aja? Malah diem di apartemen."
"Sama aja, nyokap, bokap, abang gue, semuanya pada jarang di rumah. Jadi gue lebih milih tinggal di apartemen. Biar deket juga sama kantor." Keluarga Jihan memang sangat berada, ayahnya memiliki sebuah perusahaan yang cukup besar. Jihan sendiri lebih memilih bekerja di Vander Enterprise karena perusahaan itu jauh lebih besar dan ia ingin lebih mandiri dan tak bergantung pada kekayaan orang tuanya. "Eh, gimana kalau lo pindah ke apartemen gue?"
"Maksud lo?"
"Ya 'kan lo bilang lo tinggal di kost kecil yang cuma sekamar. Daripada di sana, mending lo tinggal sama gue. Di apartemen gue ada dua kamar. Jadi gue ada temen, gimana, Ra?"
Sebenarnya itu tawaran yang menarik bagi Lyra tapi ia tak mungkin membiarkan dirinya tinggal bersama Jihan di saat ia harus ada untuk Zachery kapanpun pria itu membutuhkannya. Ia pun menjawab. "Thanks ya, Han. Tapi gue mikir-mikir dulu, deh. Takutnya gue malah ngerepotin."
"Okay, gak apa-apa. Nyantei aja, kabarin aja kalau lo tertarik." Pungkas Jihan. "Eh, Ra, lo liat gak tadi anaknya si bos? Kok gue ngelihatnya ada yang aneh sama dia?"
Lyra antara bingung dan penasaran, karena ia sendiri tak merasa ada yang aneh dari Rachel selain sikap manja dan antagonisnya. "Aneh gimana maksud lo?"
"Lo gak lihat, sikap dia depan si bos langsung berubah sok manis gitu. Dia juga nyium pipi si bos hampir ke bibirnya loh tadi. Terus ngerangkul lengannya si bos sambil nautin jari-jarinya di jari-jari si bos. Aneh banget 'kan?"
Makanan yang mereka pesan pun datang. Segera Lyra melahapnya. "Aneh apanya? Wajar 'kan mereka ayah dan anak."
"Ya ampun, Ra, gue termasuk manja sama bokap gue. Tapi gue gak pernah gelendotan sampai segitunya sama bokap gue."
Lyra tak menganggapinya. Ia merasa Jihan terlalu berlebihan. Mungkin memang seperti itu interaksi Rachel dan Zachery. Entahlah, ia sendiri tidak tahu bagaimana seharusnya sikap seorang anak kepada ayahnya, karena ia tak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah sepanjang hidupnya.
Setelah itu Lyra datang ke salon yang sudah di reservasi oleh Zachery. Ia pasrah saja saat pegawai salon melakukan berbagai perawatan ke seluruh tubuhnya. Yang jelas Lyra merasa begitu nyaman dan rileks. Tubuhnya yang terasa pegal kini begitu ringan. Seluruh tubuhnya pun kini wangi, rambutnya, seluruh kuku kaki dan tangannya indah berkilau. Wajahnya pun didandani dengan make up natural, membuat penampilan Lyra semakin segar.
Kemudian Lyra datang ke kamar hotel itu lagi. Ia diminta untuk berpakaian dengan pakaian manapun yang Lyra sukai yang ada di sana. Memasuki walk in closet, Lyra melihat satu persatu pakaian yang ada.
"Gak ada baju yang normal-normal aja emangnya? Kenapa kurang bahan semua gini, sih?" Lyra tak menemukan pakaian yang cocok dengannya. Semua pakaian itu berbelahan rendah dan minim. "Dasar om-om ca bull." Gerutu Lyra.
Pakaian-pakaian itu pasti sengaja Zachery siapkan untuk para wanita yang menemaninya, makanya modelnya tidak jauh dari bik ini, tank top, hot pants, mini dress, atau pun crop top.
Akhirnya Lyra menemukan pakaian yang cukup tertutup. Sebuah dress tanpa lengan yang tertutup di depan, namun bagian punggung sedikitterbuka. Ia pun memilih baju itu. Setidaknya punggungnya akan tertutup dengan rambutnya yang digerai.
Setelah mengganti pakaiannya, Lyra membawa dirinya untuk duduk di sofa ruang tengah dan mengecek ponselnya. Ia melihat sebuah pesan dikirimkan Zachery.
[Zachery]: Aku akan terlambat. Aku harap kamu sudah makan dan berdandan dengan cantik.
Lyra pun membalasnya.
[Lyra]: Saya sudah makan dan sudah berdandan cantik.
Di sisi lain, Zachery tersenyum tipis melihat jawaban dari Lyra. Ia ingin segera menemui Lyra namun ia masih tertahan karena Rachel ingin makan malam bersamanya di restoran hotel yang sama.
"Daddy, dapet chat dari siapa sih? Sampai senyum-senyum gitu?" Tanya Rachel curiga. "Pasti bukan dari Mommy, 'kan."
Zachery menyimpan ponselnya di saku dalam jasnya. "Tentu bukan, Nak. Jika Daddy mendapatkan chat dari ibumu, Daddy bukan akan tersenyum, tapi akan bermuka masam." Candanya pada sang putri, membuat Rachel tertawa.
"Kalau Daddy gak pernah cinta sama Mommy, kenapa kalian gak cerai aja?" Tanya Rachel seakan perceraian bukan hal yang besar baginya.
"Jadi sekarang kamu ingin Daddy bercerai dengan ibumu? Bukankah ketika kamu kecil kamu selalu menentang perceraian kami?" Zachery tahu, sang putri kini sudah dewasa, pemikirannya telah berubah. Perceraian bukan hal yang ia takutkan lagi.
"Daddy masih muda, sebaiknya Daddy cari perempuan lain yang bisa memberikan Daddy anak. Aku tahu Daddy pengen banget punya anak laki-laki."
"Memang kamu mau memiliki seorang ibu tiri dan seorang adik tiri?"
"Gak mau, sih..." Sahut Rachel.
"Lalu kenapa kamu menyarankan itu? Daddy terlalu sibuk, Nak. Pekerjaan Daddy sudah terlalu banyak. Yang harusnya menikah adalah kamu. Daddy ingin melihat kamu menikah dan berbahagia dengan pria yang kamu cintai."
"Apa Daddy akan suka kalau aku pakai gaun pengantin?"
"Tentu, Daddy akan suka. Kamu pasti akan sangat cantik." Ujar Zachery.
"Jadi, bagi Daddy aku ini cantik?" Tanya Rachel dengan tersipu malu.
"Tentu saja, putri Daddy sangat cantik." Ujar Zachery jujur.
Mereka pun mengobrol sambil terus menyelesaikan makan malam mereka. Setelah itu mereka keluar dan Zachery berniat mengantar Rachel menuju mobil, namun rachel menolak dan ingin mampir ke kamar hotel sang ayah. Setelah menimang-nimang Zachery pun mengabulkannya. Ia memberikan pesan pada Lyra.
[Zachery]: Putriku akan mampir ke kamarku\, kamu bersembunyilah di kamar dan jangan membuat suara.
Kemudian Rachel tiba di kamar itu bersama Zachery. Ia berjalan menuju dinding kaca yang menampilkan pemandangan malam yang indah.
"Nak, mana blazermu? Pakaianmu terlalu terbuka. Kamu bisa sakit nanti." Tegur Zachery. Setelah makan malam Rachel sengaja tak menggunakan balzernya lagi dan membiarkan tubuhnya yang dibalut dress mini berbelahan rendah terpampang dengan jelas di depan Zachery.
"Daddy..."
Rachel menghampiri sang ayah dan seketika menarik tengkuk Zachery dan mempertemukan bibirnya pada bibir sang ayah sambung.
"Rachel!"
Zachery yang terkejut dan sama sekali tak menyangka dengan apa yang Rachel lakukan, mendorong tubuh Rachel menjauh darinya hingga tubuh Rachel terlempar ke sofa.
"Apa yang kamu lakukan?!"
Di kamar utama, Lyra mengintip dari balik pintu. Matanya membulat sempurna melihat apa yang Rachel lakukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Jeni Safitri
😀😀 Pantasan rachel nyaranin daddynya cerai biar dia bisa merayu dan mendapatkan cinta daddynya sebagai wanita dewasa bukan sbg anak ke ayahnya, gila ya
2024-04-24
1
Susanty
waaaah Rachel,begitu² itu bapak tirimu lah, main nyosor ajah
2024-02-28
4
Dewi Anggya
hmmm....pnya rasaaaaa 🤭
2024-02-03
3