"Gue." Sahut Jihan dengan semangatnya. "Mbak Dew, gak apa-apa dong, kali-kali. Lagian ini weekend. Besok kita libur."
"Ya ampun, Han. Lo emang ya suka banget nyari masalah. Terserah lo deh, tapi gue gak ikutan." Seloroh Dewi yang berbicara lebih kasual saat sedang tidak bekerja. "Dan lo, lo, dan elo." Dewi menunjuk para anak buahnya yang sudah menikah dan memiliki anak. "Ikut gue pulang sekarang."
Mereka pun menurut, ada juga yang menggerutu dulu. Mereka mulai membereskan barang-barangnya dan bersiap pulang. Begitu juga Lyra, ia memutuskan untuk pulang.
"Yah, gak seru banget sih, masa pulang?" Gerutu Jihan. Ia pun menahan tangan Lyra. "Ra, masa lo pulang juga? Temenin gue, please?"
"Tapi gue juga mau pulang. Ini udah hampir jam 9, Han." Satu persatu dari mereka pun sudah meninggalkan ruang karaoke itu, menyisakan Jihan, Lyra, dan dua orang lainnya, Gerald dan Chiko.
"Gak apa-apa, Ra. Bentar doang. Kita juga mau pulang kok bentar lagi. Tapi kasihan ini si Jihan udah beliin minuman, masa gak diicip barang dikit aja?" Gerald mencoba meyakinkan.
"Gue gak minum, Ger." Tegas Lyra.
"Udah kita temenin mereka bentar, Ra. Daripada mereka berdua makin gak jelas nanti." Ujar Chiko dengan gaya bicaranya yang agak sedikit 'melambai'. Walaupun dia adalah laki-laki tulen, tapi cara ia bersikap kadang begitu feminim. Namun setidaknya dia masih berada di jalan yang benar untuk masalah ini.
"Sialan, emang gak jelas kayak gimana maksud lo." Jihan mulai membuka botol dan menuangkannya ke empat gelas kecil.
"Emang gue gak tahu gimana kelakuan kalian gimana di luar kantor." Seloroh Chiko. "Han, gue tuh ngiranya lo cewek cupu loh pas ketemu lo pertama kali. Ternyata lo suka juga mabok." Jihan memang bergaya kurang fashionable jika dibandingkan dengan karyawan lain. Ia menggunakan kemeja yang besar, flat shoes, berkacamata besar, memakai behel, dan rambutnya selalu dikepang dua.
Gerald tertawa seraya mengambil satu gelas kecil itu. "Wajar dong, kita udah jadi budak korporat setiap hari. Kali-kali kita seneng-seneng."
"Setuju." Sahut Jihan. "Ayo dong, Chik, Ra, ambil gelas lo. Satu gelas doang. Gak akan bikin lo mabok gue jamin."
"Gak cape jadi anak baik terus kalian?" Desak Gerald.
Chiko dan Lyra saling tatap. "Enggak, deh." Tolak Lyra.
"Gue juga ogah. Lagian gue tahu itu alkoholnya lumayan." Sahut Chiko. "Udah lo minum, minum aja. Gak usah menghasut gue sama Lyra yang udah di jalan yang benar."
"Kalau gitu, kita gak akan minum." Jihan menyimpan kembali gelasnya dan gelas Gerald. "Tapi lo gak akan bisa pulang sampai pagi."
"Gue harus pulang, nyokap gue nyariin nanti." Protes Chiko.
"Dasar anak mama. Umur berapa lo!" Ejek Gerald.
"Kalau gitu, minum satu gelas aja. Please?" Jihan kembali memaksa.
Tiba-tiba ponsel Lyra bergetar. Sebuah pesan masuk.
[Zachery]: Baby, bersiaplah. Dalam satu jam aku akan menemuimu.
"Han, gue gak bisa." Lyra kembali menolak. Ia harus segera pulang dan bersiap.
"Satu gelas, dan lo boleh pulang, Ra." Jihan meyakinkan. "Enggak, satu teguk kecil doang."
Lyra menatap gelas berisi cairan berwarna seperti teh itu. Dengan ragu ia pun meraih gelas itu, membuat Jihan dan Gerald bersorak.
"Ra, seriusan?" Tanya Chiko tak menyangka Lyra akan mau meminum minuman pembuat mabuk itu.
"Daripada gak pulang? Gue bener-bener harus pulang sekarang." Ucap Lyra. Ia tak punya pilihan. Walaupun Zachery sangat lembut padanya, tapi ia tahu pria itu bisa melakukan apa saja jika Lyra belum ada di penthouse saat ia menginginkannya.
"Gue gak akan mabok 'kan kalau satu teguk doang?" Dengan polosnya Lyra bertanya pada Jihan.
"Gak akan. Gue jamin. Chik, lo juga dong!" Jihan semakin semangat.
Kemudian Chiko pun dengan terpaksa meraih gelasnya, dan kedua orang itu kembali bersorak seraya mengambil gelas mereka masing-masing.
"Sekarang cheers!" Seru Jihan dan yang lainnya mendentingkan gelas mereka dan mulai menenggak minuman itu.
Lyra awalnya menyesapnya sedikit, namun Jihan memaksanya. "Abisin, Ra. Tanggung!" Lyra pun tak bisa menolak dan seketika gelas itu kosong dan ia merasakan tenggorokannya seperti terbakar. "Mantap, Ra! Ayo kita tambah lagi."
Jihan menuangkan lagi cairan itu. "Lo bilang satu teguk doang, Han!" Protes Lyra seraya mengipas-ngipas mulutnya.
"Ya ampun, Ra. Gak akan berasa kalau cuma satu gelas."
Lyra langsung bangkit dari duduknya tak ingin terperdaya oleh Jihan lagi. "Gue, gak mau. Gue pulang." Tegasnya.
Kemudian Lyra keluar dari ruangan karaoke diikuti oleh Chiko. Sedangkan kedua orang itu masih menikmati minuman dan juga lanjut berkaraoke ria.
"Lo gak apa-apa, Ra?" Tanya Chiko.
"Enggak sih. Tapi kayaknya badan gue agak anget gitu ya?" Ucap Lyra merasakan tubuhnya menghangat dan matanya terasa mengantuk. Ia juga merasa sangat rileks.
"Gue anterin deh. Dimana kost lo?" Tanya Chiko sedikit khawatir melihat pipi Lyra yang sudah mulai memerah.
"Gak usah, Chik. Gue pakai taksi online aja. Kasihan nyokap lo nungguin." Tolak Lyra. Tak mungkin ia membiarkan Chiko mengantarnya ke penthouse milik pimpinan tertinggi perusahaan tempat mereka bekerja.
"Ya udah gue temenin lo nyari taksi ya." Chiko menawarkan, ia cukup khawatir jika temannya itu tiba-tiba mabuk karena gejala ringan mabuk sudah muncul pada Lyra.
Kemudian taksi yang Lyra pesan pun datang. Segera ia masuk dan pulang menuju penthouse. Sesampainya di sana, Lyra segera membersihkan diri dan memilih pakaian.
Lyra merasakan ada yang lain darinya. Sepertinya pengaruh alkohol itu benar-benar membuat Lyra merasa mabuk. Sebelumnya ia tak pernah meminum minuman itu. Ini adalah pertama kalinya maka satu gelas kecil cukup untuk membuat Lyra sempoyongan.
Lyra pun memutuskan untuk memakai mini dress berwarna merah menyala yang sangat menggoda. Lyra merasa sangat berga irah. Saat keluar dari kamar, Zachery baru saja masuk ke penthouse itu.
"Daddy!" Sapa Lyra dengan nada yang manja tanpa sadar. Kemudian ia menghampiri Zachery dengan langkahnya yang sempoyongan.
"Baby? Kamu mabuk?" Zachery sedikit tercengang, tak menyangka Lyra bisa mabuk seperti ini. Ia langsung menyadarinya dari sikap Lyra yang lebih berani. Senyum Lyra yang selalu ingin Zachery lihat kini tergambar di wajahnya. Lesung pipi Lyra tersungging begitu manis, membuat Zachery merasakan debaran aneh di dalam hatinya.
Lyra melingkarkan tangannya di sekeliling leher Zachery, membuat Zachery cukup terkejut dengan apa yang Lyra lakukan. Biasanya Lyra sangat menjaga sikapnya dan selalu kaku terhadapnya. Tapi kali ini wanitanya itu bersikap spontan dan manja terhadapnya.
"Sedikit, Daddy." Sahut Lyra.
"Aku tidak tahu kamu meminum alkohol."
"Ini...pertama kali..." Ujar Lyra dengan mata yang tak fokus. Lyra mulai menatap bibir Zachery yang dikelilingi bulu-bulu kecil. Ia sangat ingin melahapnya. "Daddy hanya akan diam saja atau..."
"Atau apa?" Pancing Zachery. Tangannya mulai membelai punggung Lyra.
"Atau Daddy akan menciumku..." Lyra tak akan pernah mengatakan itu jika ia sedang sadar. "Aku pengen cium Daddy... terus sentuh Daddy..." Bahkan Lyra berani untuk berkata-kata nakal terhadap Zachery.
Kata-kata Lyra semakin mempengaruhi Zachery. Seketika ia mencium bibir Lyra dengan ganasnya dan malam panas lainnya pun dimulai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Jeni Safitri
Sepertinya jihan curiga sama lyra makanya jembak minum alkohol agar lyra bicara, jangan" jihan sebenarnya gadis cantik yg menyamar agar tidak menjadi santapan daddy si rachel
2024-04-25
1
Eka elisa
nah loh.. lyra jadi bar bar bgt bhkn lbih nckal dri sblum nya.. 😁😁
2024-02-10
3
⁽⁽ଘ[🈴Le✪♨️]ଓ⁾⁾
Lyra berubah ganas nantinya wkwkwk 🤣🤣🙈🙈🤭🤭
2024-01-26
2