Wanita beriasan tebal itu membawa Lyra ke sebuah tempat hiburan malam. Di sana Lyra melihat hiruk pikuk orang-orang berdansa mengikuti alunan musik yang berdentum-dentum. Lampu berkelap-kelip dengan berbagai warna yang menyilaukan menyinari ruangan yang gelap itu. Selama ini ia hanya pernah melihat tempat itu dari TV atau di internet. Kali ini Lyra begitu terkejut melihat tempat hiburan malam dengan mata kepalanya sendiri.
Tatapan Lyra menyapu ke sekeliling sambil melangkah lebih dalam lagi, di meja-meja di sudut ruangan ia melihat orang-orang menenggak minuman, berciuman dan saling menyentuh, seketika Lyra mengalihkan pandangannya. Bukannya terlepas dari pemandangan yang tidak seharusnya dilihatnya, kini ia malah melihat hal yang lebih ekstrim lagi. Beberapa orang wanita dengan nyaris tak menggunakan pakaian, menari dengan ero tisnya di sebuah tiang. Tubuhnya meliuk-liuk dengan tatapan penuh has rat, mengundang para pria hidung belang untuk menjamah dan memberinya uang.
"Hey!" Teriakan dari wanita tadi membuyarkan perhatian Lyra dari wanita-wanita penghibur itu. "Cepet sini!"
Lyra pun segera membawa kopernya masuk ke sebuah ruangan sempit. Ruangan itu tak terlalu bising. Di sana ia melihat seorang perempuan tua dengan riasan tebal duduk di sebuah kursi sambil asyik menghisap rokoknya.
"Madam, liat apa yang gue temuin di Halte."
Perempuan yang disebut madam itu menatap Lyra dengan seksama, dari ujung kaki ke ujung kepala. "Starla, kau bawa barang bagus. Apa dia masih perawan?"
"Kalau gak perawan, ngapain gue bawa kesini." Sahut wanita yang ternyata bernama Starla itu.
Seketika Lyra tahu siapa perempuan ini. Paling tidak ia tahu profesinya. Ia pasti wanita yang sering 'menjual' para wanita untuk dinikmati para pria hidung belang. Bertemu dengannya membuat Lyra ingin sekali kabur, tapi ia tak bisa melarikan diri sekarang. Ini adalah satu-satunya kesempatannya untuk mendapatkan uang.
"Kemari." Wanita tua itu mematikan rokoknya, dan Starla menarik Lyra mendekat pada perempuan tua itu.
"Siapa namamu?" Tanyanya.
Lyra terdiam sesaat, lalu berkata, "Aryl." Lyra cukup cerdik tak mengatakan nama aslinya. Bagaimanapun ini tempat yang berbahaya untuknya. Ia harus berhati-hati.
Seketika wanita tua itu meremas kedua dada Lyra, membuat Lyra seketika berteriak dan menghindar. Namun Starla segera menahan Lyra. "Kamu butuh pekerjaan ini 'kan? Jadi diem aja! Biarin Madam Grace ngeliat seberapa mahalnya kamu!"
"Tapi..." Lyra kembali berteriak saat wanita itu menyentuh bo kongnya. Kemudian Madam Grace menelisik wajah Lyra lebih dekat.
"Dia bisa dijual cukup mahal." Ucap Madam Grace dengan puas. "Kita bisa tawarkan dia kepada Tuan Felix."
"Serius, Madam? Tuan Felix? Gue dapet bagian 'kan?" Tanya Starla dengan mata berbinar.
"Tentu." Ucapnya seraya duduk di sofanya lagi dan menghisap rokoknya lagi. "Sekarang bawa dia ke atas dan dandani dia sesuai selera Tuan Felix."
Dengan semangat Starla membawa Lyra ke lantai atas. "Ikut gue."
Tak lama mereka tiba di sebuah kamar. Kamar itu tak terlalu luas, ada banyak lemari dan baju yang menggantung, juga alat make up yang berantakan di sudut kamar.
"Buka baju kamu, ganti sama yang ini." Starla memberikan sepasang dalaman yang cukup menggoda dan juga dress yang sangat kecil dan pendek.
"Ini kekecilan." Protes Lyra pelan.
"Enggak. Baju ini bakal bikin kamu kelihatan se ksi."
Lyra pun membawa pakaian itu dengan pasrah. "Dimana kamar mandinya?" Tanya Lyra bingung.
Starla mendekat dengan gemas pada Lyra. Seketika Lyra berteriak saat Starla membuka paksa kaos yang digunakannya. "Lo gak usah malu. Sebentar lagi lo akan terbiasa memperlihatkan tubuh polos lo di depan orang-orang."
Mendengar kata-kata itu membuat Lyra berubah pikiran dan memberontak lebih keras. "Aku gak mau, Tante! Aku mau pergi dari sini!" Lyra berjalan menuju pintu.
"Enak aja lo!" Teriak Starla. Starla menghadang Lyra dan mengunci kembali pintu kamar itu. "Kalau lo mau pergi, bayar gue sepuluh juta."
"Tante tahu aku gak punya uang sebanyak itu!" Lyra tak terima dirinya diperas.
"Itu adalah jumlah yang bakal gue terima kalau Tuan Felix suka sama lo. Jadi kalau lo gak mau, lo yang harus bayar gue sepuluh juta!" Tantang Starla. "Kalau lo gak mau, silahkan lo kabur dari sini. Kita lihat, apa bodyguard yang jaga di depan bakal ngebiarin lo pergi dari sini?"
Dagu Lyra bergetar dan air mata mulai berjatuhan di pipinya. Ia kembali marah pada keadaan. Bagaimana bisa dirinya selalu ada di situasi semacam ini? Tak punya pilihan dan berkorban perasaan.
"Lo harusnya bersyukur." Starla mulai melucuti pakaian Lyra satu persatu dan menggantinya depan pakaian yang telah disiapkannya. "Gue kerja selama sebulan aja belum tentu dapet uang sebanyak yang bakal lo terima dari Tuan Felix setelah ngelayanin dia satu malam."
Starla mulai memoleskan make up ke wajah Lyra. Lyra kembali hanya bisa pasrah. Dan kemudian ia melihat dirinya di cermin. Terlihat sangat berbeda dengan riasan tebal, cantik namun begitu palsu. Dadanya juga terlihat begitu besar dengan pakaian ketat itu.
"Gimana? Jago 'kan gue dandanin lo?" Tanya Starla seraya menatap puas pantulan wajah Lyra di cermin.
Saat Starla merapikan kembali alat-alat make up itu, Lyra bertanya. "Tuan Felix itu... siapa?"
"Dia tiba-tiba datang sekitar dua bulan lalu. Dia datengin Madam Grace dan nyari cewek yang masih perawan. Dua bulan ini Madam Grace udah nawarin beberapa cewek tapi gak ada yang masuk kriteria dia. Semoga kali ini dia cocok sama lo. Kelihatannya sih dia cowok baik-baik, tapi ternyata suka juga 'jajan'. Tapi ya itu, seleranya lumayan tinggi dia gak pengen remaja tanggung, dan gak mau juga yang terlalu tua. Terus gak pengen barang second, pengennya yang masih disegel dan kulitnya harus putih dan bener-bener mulus. Jadi lo mujur banget bisa ditemuin sama gue, karena keliatannya Tuan Felix ini bukan orang sembarangan. Dia tajir melintir. Makanya lo harus bisa puasin dia. Biar lo gak sekedar nemenin dia satu malam aja tapi bisa jadi sugar baby dan hidup enak."
Tawaran menggiurkan yang Starla ucapkan sama sekali tak menarik perhatian Lyra. Ia tak butuh menjadi gadis pemuas dari seorang pria kaya raya. Ia tak mau hidup enak dengan cara seperti itu. Lyra hanya membutuhkan uang untuk membayar kuliah dan juga mencari tempat tinggal. Semoga saja benar apa yang Starla katakan bahwa Lyra akan mendapatkan uang yang sangat banyak hanya dengan melayani Tuan Felix satu kali saja. Sehingga ini akan menjadi pertama dan terakhir kali Lyra terjun ke dunia kotor ini.
Akhirnya Lyra berada disini, di sebuah kamar hotel mewah. Ia diminta menunggu Tuan Felix datang menemuinya. Lyra tak bisa berhenti gelisah. Hingga setelah menunggu lama, pria itu datang.
Tak seperti yang Lyra bayangkan, ternyata Tuan Felix masih sangat muda. Mungkin umurnya sekitar akhir 20 tahunan. Ia menggunakan setelan kantor dengan rambut klimis yang tertata rapi. Kacamata bertengger di hidungnya yang mancung. Ia menatap Lyra dengan dingin.
"Nama?" Tanyanya.
"Aryl." Jawab Lyra dengan suara yang nyaris tak terdengar.
Felix mengerutkan dahi. "Aryl?"
Lyra mengangguk tanpa melihat ke arahnya.
"Ikut saya." Ujarnya.
Lyra pun menurut dan memasuki sebuah kamar yang ada di presidential room itu. "Sekarang buka seluruh pakaian kamu."
Lyra hanya terdiam. Hati kecilnya masih menolak untuk menempuh jalan pintas ini.
"Apa perlu saya yang membuka pakaian kamu?" Paksa Felix masih dengan nada yang dingin.
Lyra semakin enggan. Ia meremas ujung dress mini yang memperlihatkan setengah pahanya. Tak bisa menunggu, Felix menghampiri Lyra dan secepat kilat tali dress yang menggantung di kedua pundak Lyra sudah berhasil merosot ke bawah.
"Tuan, tolong jangan..." Tangis Lyra.
Namun Felix tak menggubris tangisan wanita malang itu. Ia terus melucuti seluruh pakaian Lyra tanpa ampun hingga tubuhnya benar-benar polos. Kemudian Felix mendorong tubuh Lyra ke kasur dan membuka kedua lutut Lyra. Lyra hanya bisa menangis seraya menutup kedua dadanya yang terekspos.
Felix memperhatikan area diantara paha Lyra dan kemudian ia menjauh. Ekspresinya tak berubah, tetap dingin seperti tadi. Seakan tubuh indah Lyra tak mempengaruhinya sama seklai. Ia meraih ponsel di saku dalam jasnya dan menghubungi seseorang. Saat menunggu sahutan dari orang yang dihubunginya, ia memerintah pada Lyra, "pakai lagi pakaianmu dan perbaiki riasanmu. Sebentar lagi orang yang akan menikmatimu akan segera datang."
Lyra benar-benar tak mengerti. "Apa? Bukankah Tuan adalah Tuan Felix?"
Ia tak menggubris Lyra dan berbicara di telepon. "Pak, saya menemukan wanita yang sesuai."
Felix mengangguk dan mematikan ponselnya. Ia menatap Lyra. "Saya Felix, tapi bukan saya yang akan memakaimu." Felix berjalan menuju luar kamar. "Setelah berpakaian, kamu harus menandatangani sesuatu."
Jadi, jika bukan Felix yang akan 'menikmati' Lyra, lalu siapa?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Disya♡💕
ntar kalau bosnya dah bucin ma lyra dan tau kalau asistennya dah ngintip duluan pasti bakal ngamuk² cemburu🤣
2024-04-27
1
Pie Yana
wihh ga bener ini, bos yang mau unboxing tapi tuh asisten udah dapat bonus ngintip n pegang pegang duluan, alamak
2024-03-24
2
rosita sari
sudah di like dan komen dong kak
2024-03-22
1