Lyra berada di pantry, ia butuh asupan kafein untuk membuatnya tetap fokus bekerja. Diseduhnya sebungkus kopi instan yang memang tersedia di pantry itu dan menyeruputnya.
Lyra duduk di kursi yang memang tersedia di sana. Dinikmatinya kopi itu sambil mengecek ponselnya. Lagi-lagi chat dari Dino muncul. Pria itu ingin bertemu dengan Lyra sebelum dirinya pindah ke Medan.
[Dino]: Please, Ra. Balas sekali saja chatku. Aku ingin bertemu satu kali saja sebelum aku pergi. Besok aku berangkat dengan penerbangan paling pagi.
Seketika Lyra merasa sedih sekali. Mantan kekasihnya itu benar-benar tak akan ia temui lagi. Akhirnya Lyra membalas.
[Lyra]: Baiklah kita bertemu di tangga darurat lantai 30. Sekarang.
Kebetulan pekerjaan Lyra untuk hari itu memang sudah selesai. Tadinya ia ingin menyelesaikan pekerjaan lainnya sebelum ia dipindah tugaskan.
Iya, Lyra sudah mendapat kabar bahwa dirinya diterima sebagai sekretaris Zachery. Maka dari itu ia ingin menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu di divisi itu. Namun sepertinya ia harus menundanya karena Lyra ingin menemui Dino untuk yang terakhir kali. Ia pun segera menghabiskan kopinya dan menuju tangga darurat.
Di tangga darurat, Lyra melihat Dino sudah berada di bordes tangga. Lyra pun menghampirinya.
"Ra..." Wajah Dino terlihat begitu sedih menatap Lyra yang sedang menuruni tangga.
Lyra tersenyum tipis. Ia memutuskan untuk menyudahi rasa sakit dan bencinya. Ia akan memaafkan Dino dan melupakan semuanya. Lyra ingin suatu hari, jika ia bertemu dengan Dino lagi, ia sudah menganggap Dino sebagai temannya lagi seperti dulu sebelum mereka berpacaran.
"Terima kasih ya, kamu sudah mau menemui aku." Dino begitu bersyukur.
"Kita memang harus bertemu. Tak mungkin juga kita terus-terusan bertengkar." Lyra menghela nafasnya.
"Kamu tak mau kembali lagi padaku, Ra?" tanya Dino penuh harap.
Lyra menggeleng pelan. "Kita sudah selesai, Din. tapi kalau sebagai teman, aku rasa kita masih bisa lanjut."
Dino tersenyum lirih. Bukan itu yang ia harapkan, namun ia tahu, ia sudah sangat salah. Ia tidak ingin berharap lebih. Lyra masih mau menganggapnya teman saja ia sudah sangat bersyukur. "Terima kasih, Ra."
"Kamu harus selalu jaga kesehatan kamu di sana ya, jangan lupa makan dan jangan banyak begadang," pesan Lyra, membuat Dino kembali tersenyum lirih. "Kabari kalau kamu menikah dengan Mia."
Sontak Dino menggeleng. "Aku sudah putus dengannya." Dino mengklarifikasi.
"Apa? Kenapa?" Lyra cukup terkejut dengan kabar itu.
"Aku baru sadar, kalau perasaanku hanya untuk kamu." Dino mengakui.
Lyra terdiam tak menyahut. Ia sedikit goyah.
"Tapi aku tak akan memaksakan agar kita bersama kembali jika kamu tidak mau. Aku yakin kalau kita jodoh, pasti kita bakal bersama lagi."
"Dino..."
Air mata Dino menggenang di matanya, mengundang air mata Lyra juga untuk keluar dari sudut matanya. Bagaimana pun pria ini adalah cinta pertamanya, pacar pertamanya. Terlepas dari semua pengkhianatan yang Dino lakukan, Lyra masih menyimpan rasanya terhadap Dino.
Bisa saja ia menyambut Dino kembali, tapi itu tidak mungkin. Kehadiran Zachery membuat Lyra tak bisa menyambut Dino atau laki-laki lain dalam hidupnya selama ia masih terikat perjanjian itu. Lyra juga tidak mau melakukan yang Dino lakukan padanya, mengkhianati kepercayaannya.
"Boleh tidak, aku memelukmu, untuk yang terakhir kali, Ra?" Air mata Dino jatuh lebih deras, begitu pula dengan Lyra.
Lyra pun mengangguk dan Dino pun merengkuh tubuh mantan kekasihnya itu. Mereka terisak bersama, mengingat segala kenangan manis yang pernah terjadi diantara mereka.
Lyra menjauhkan tubuhnya dan menatap Dino. "Terima kasih dan maaf untuk semuanya, Din."
Dino menghapus air mata yang tersisa di pipi Lyra. "Terima kasih dan maaf juga, Ra. Jangan pernah lupakan aku."
"Tidak akan, aku tak akan pernah lupakan kamu. Mantan pertamaku, yang sudah selingkuh di belakangku. Mana mungkin aku lupa." Lyra sedikit bercanda.
"Tidak usah diingatkan terus, bisa 'kan?" gerutu Dino seraya mengusap kedua matanya.
Lyra pun tertawa melihat wajah Dino yang tertawa tapi nampak sedih dan menyesal.
Di pintu tangga darurat, Zachery melihat pemandangan itu. Ia melihat Lyra menangis, memeluk, dan juga tertawa bersama Dino. Entah kenapa Zachery tak suka melihatnya. Ia pun pergi meninggalkan tangga darurat itu.
"Panggil Aryl ke kantorku, sekarang," titah Zachery pada Felix yang ada di sampingnya.
"Anda ada meeting..."
"Tunda selama satu jam," sahut Zachery segera.
Ia pun masuk ke kamar istirahatnya. Ia lepaskan jas dan dasi yang dikenakannya, kemudian menatap pemandangan di luar dari dinding kaca kamar itu. Kilasan wajah Lyra yang menangis, memeluk, dan menatap Dino dengan sedih, lalu tertawa dengan begitu lepasnya bersama mantan kekasihnya itu, begitu mengganggu Zachery. Bahkan baru kali ini Zachery melihat lesung pipi yang begitu cantik saat Lyra tersenyum lebar.
Zachery baru menyadari Lyra tak pernah tersenyum selebar itu saat bersamanya.
Terdengar pintu diketuk dan Zachery pun mengatakan untuk masuk. Kemudian masuklah Lyra ke kamar itu.
Wanita itu tersenyum tipis. "Anda, mencari saya, Pak?" tanya Lyra dengan begitu formalnya.
Zachery mengulurkan tangannya, meminta Lyra mendekat padanya. Lyra pun menurut. Ia mendekat pada Zachery dan seketika pria itu merengkuh pinggang Lyra. "Anda?"
Lyra menunduk takut. "Maafkan saya. Maksud saya... Daddy. Saya berpikir karena berada di kantor jadi..."
"Di kamar ini, panggil aku seperti biasa, Baby," Zachery memperingatkan.
"Baik, Daddy," sahut Lyra cepat.
Jari Zachery meraih dagu Lyra agar wanita itu menatap ke arahnya. Ditatapnya Lyra dengan lekat. "Kenapa kamu tak pernah menunjukkan lesung pipimu ketika bersamaku?"
Dahi Lyra mengerut. "Maksud Daddy...?" Lyra bingung dengan pertanyaan Zachery.
"Kamu tak pernah tersenyum di depanku," protes Zachery masih menatap wajah Lyra lekat-lekat, membuat Lyra begitu berdebar.
"Saya..." Lyra tak tahu harus mengatakan apa.
"Bisakah kamu lebih banyak tersenyum dan tertawa saat bersamaku?"
"Saya akan mencobanya," sahut Lyra.
Zachery malah terdiam tak menyahutinya lagi. Ia merasa Lyra tak akan bisa seluwes itu saat bersamanya.
Lyra merasa semakin canggung karena Zachery terus menatap wajahnya. "Daddy, apa Daddy butuh sesuatu dari saya?" tanyanya akhirnya.
Lyra ingin cepat-cepat melakukannya jika benar ia dipanggil untuk melayani Zachery. Ia tak bisa terus membiarkan jantungnya berdebar. Lyra ingin segera terlepas dari kecanggungan ini.
Wajah Zachery mengeras."Tadi kamu memeluk mantan kekasihmu."
Lyra tak menyangka Zachery akan melihatnya. "Besok Dino akan berangkat, Daddy. Jadi tadi itu adalah salam perpisahan. Saya tidak ada hubungan apa-apa lagi dengannya. Kami memutuskan untuk berbaikan dan hanya berteman."
Seketika Lyra sendiri merasa aneh pada dirinya sendiri. Kenapa juga ia harus menjelaskan hal itu kepada Zachery? Pria itu bertanya bukan karena ia cemburu bukan? Ini pasti ada kaitannya dengan poin perjanjian itu, batin Lyra mengira-ngira.
"Tapi kamu sudah melanggar poin perjanjian." Benar dugaan Lyra. "Seharusnya kamu tidak bersentuhan fisik dengan pria mana pun selama menjadi wanitaku." Zachery mengingatkan.
"Maafkan saya, Daddy," lirih Lyra.
"Jika kamu menyesal, maka kali ini dalam waktu kurang dari 30 menit saja kamu harus memu askanku."
Zachery melepas tangannya yang melingkar di pinggang Lyra. Ia berjalan mundur dan duduk di tepi ranjang. "Aku akan diam, dan inisiatif sepenuhnya ada di tanganmu."
Lyra sangat gugup, karena selama ini jika sedang melakukannya, Lyra hanya terdiam dengan pasrah dan membiarkan Zachery mengendalikan semuanya. Tapi kali ini, ia yang harus melakukannya? Bagaimana caranya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Erni Fitriana
🤣🤣🤣🤣🤣hukumanyaaaaa
2024-06-01
1
Eka elisa
nah loh bingung ly....
2024-02-10
3
rista_su
👍🏻👍🏻👍🏻
2024-01-23
2