"TIDAKKKKKK!"
Daneen dengan mata yang terpejam terus berteriak tangan dan kakinya bergerak aktif memukul dan menendang udara. Nafasnya tersengal-sengal.
"Daneen tarik nafas perlahan, dalam hitungan ketiga kamu akan bangun dan melupakan semuanya. 1...2...3!" Dokter menjentikkan jarinya.
Daneen terbangun dari tidurnya. Bu Lisa segera menenangkan Daneen dan mengajaknya ke luar ruangan Psikiater.
"Bagaimana anak kami Dok?" Pak Ari harap-harap cemas.
"Putri Bapak terjebak dalam dunianya sendiri. Di dalam hatinya masih belum menerima kenyataan bahwa orang tuanya telah meninggal dunia. Dia belum siap ditinggalkan. Dan terlebih lagi trauma masa kecil yang membuatnya susah bergaul dengan orang sekitarnya." Kata Dokter.
"Tapi mengapa tingkahnya seperti orang gila?" tanya Pak Ari.
"Saya bisa pastikan Putri Bapak tidak gila. Saya tidak bisa memberikan penjelasan yang lebih masuk akal. Saya tetap menyarankan agar Putri Bapak tetap mengikuti terapi. Saat ini kehaluan Daneen sangat besar, dia masih belum bisa membedakan apakah saat ini dia berada di alam nyata ataukah di alam halusinasinya. Maladaptive Daydreaming adalah kondisi dimana seseorang terjebak di dalam khayalan mereka sendiri dalam waktu yang cukup lama. Daneen berusaha untuk kabur dalam penderitaannya dengan cara berhalusinasi selama berjam-jam." Dokter menjelaskan.
"Apakah bisa disembuhkan?" Pak Ari dengan wajah penuh kekhawatiran.
"Bisa, tapi semua perlu proses. Untuk sementara Daneen harus rutin terapi dan mengkonsumsi obat yang saya resepkan." Kata Dokter.
"Terima kasih banyak Dokter." Pak Ari berpamitan.
Semenjak kejadian di sekolah waktu itu, Daneen susah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Dikurung di dalam ruangan gelap, pengap, hampa udara, kelaparan dan dehidrasi membuat Daneen merasa keselamatannya selalu terancam. Guru-guru dan teman-teman di sekolah sangat memperhatikan Daneen. Mereka semua merasa bersalah karena merekalah Daneen menjadi seperti sekarang. Selalu menyendiri, terkadang sedih, tersenyum dan tertawa sendiri. Prisilia tetap menjadikan Daneen sebagai bahan bullyan. Prisilia bahkan memanggil Daneen dengan panggilan si Halu. Tapi tidak seperti sebelumnya, Guru-guru dan teman-temannya selalu melindungi Daneen.
Waktu pun cepat berlalu, Daneen sekarang sudah menginjak remaja. Sama seperti di Sekolah Dasar dulu, di Sekolah Menengah Pertamanya pun Daneen selalu dibully. Daneen si Halu yang sering bicara sendiri. Kali ini Bullyan semakin parah. Teman-temannya tidak mau berteman dengan orang gila. Daneen dikucilkan. Tiga tahun yang sangat sulit untuk Daneen akhirnya berakhir.
Daneen terlalu larut dengan dunia halu. Sepulang dari sekolah Daneen mengurung diri di kamarnya. Tanpa sengaja Daneen menciptakan dunia halu. Dunia yang diciptakan dari halusinasi Daneen. Di dalam dunia ini semua karakter sesuai dengan kehaluannya. Tanpa Daneen sadari, dunia itu memang ada dan tercipta karena dirinya. Dunia halu dan dunia nyata Daneen hanya dipisahkan sebuah pintu yang ada di dalam lemari Daneen. Dan di dunia halu, Daneen di panggil dengan nama aslinya yaitu Celine.
Di dalam dunia halu, Celine berusaha mencari penyebab kematian orang tuanya. Dengan memutar masa lalu. Chouka memberikan saran kepada Celine agar kembali ke kota asalnya. Tapi sebelum itu Celine harus bisa menghilangkan traumanya agar bisa membuka diri dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
Celine duduk di sebuah kursi dengan memangku gitar di pahanya menyanyikan sebuah lagu ciptaannya.
🎶 Entah sampai kapan. 🎶
Aku di sini dalam kerinduan
Terpenjara dalam hati
Terkurung sepi
Apakah kau yang di sana
Merasakan hancurnya hati ku
Kepada siapa aku mengadu
Aku di sini merindu
Tuhan berikan aku kesempatan
Memeluk dan mencium lagi
Cukup satu kali
Aku hanya ingin bilang
🎶 Terima kasih dan sampai bertemu lagi 🎶
"Cantik." Seorang Cowok tiba-tiba muncul dihadapan Celine.
Celine terpaku memandang Cowok tampan bermata sipit, berkulit putih, berhidung mancung, bertubuh tinggi. Kenapa dia ada di sini. Dia bukan salah satu karakter halu Celine.
"Siapa kamu?" tanya Celine.
"Seharusnya aku yang bertanya, mengapa aku ada di sini!" Cowok itu menatap tajam ke arah Celine.
Celine tiba-tiba memucat, tubuhnya bergetar. Sekian lama dia merasa damai di dunia halu, tapi hari ini Celine kembali merasakan kesedihannya. Tidak di dunia nyata bahkan di dunia halu tidak ada ketenangan baginya.
"Hei, kenapa kamu diam? Kenapa aku bisa ada di sini!" tanya Cowok itu lagi.
"Aku cuma halu, aku cuma halu." Celine memegang kepalanya dan melangkahkan kakinya menuju pintu lemari kamarnya. Celine berbaring di atas tempat tidur.
"Dimana ini?" Cowok itu ternyata masih bersama Celine.
"Hei apa yang kamu lakukan. Ini kamar cewek!" teriak Celine.
"Ini semua gara-gara kamu. Kamu yang menarik ku sampai ke sini."
"Aku? Bagaimana caranya?" Celine berusaha mengingat apa yang terjadi.
"Aku baru ingat. Kamu si Halu kan?" tunjuk si Cowok.
"Kamu siapa?" tanya Celine.
"Aku Dong Jin. Ayo ikut aku!" Dong Jin menarik tangan Celine.
"Hei lepasin!" Celine mencoba melepaskan tarikan kuat Dong Jin.
"Untung aku membawa ponsel dan dompet ku." Dong Jin menyetop taxi yang kebetulan lewat di depan mereka.
Dong Jin dan Celine berada di dalam taxi yang entah membawa mereka kemana. Celine memegang tangannya yang merah akibat genggaman erat Dong Jin. Celine beberapa kali mencubit tangannya untuk memastikan apakah dia berada di dunia nyata ataukah di dunia halu.
Dong Jin memeriksa ponselnya dan berhenti di sebuah Tempat Pemakaman Umum.
"Terima kasih Pak." Dong Jin membayar dan membawa Celine keluar.
"Mau kemana kita?" Celine merinding.
"Mengobati kerinduan." Jawab Dong Jin.
Tibalah mereka di depan dua buah nisan yang bertuliskan Adam Nabhan dan Ella Dara. Celine terduduk lesu, air mata tidak terasa mengalir deras dari indah bola matanya.
"Apa yang kamu lakukan!" isak Celine.
"Halu, sekarang buka matamu. Orang tuamu sekarang sedang terbaring damai di alam sana. Mereka sudah pergi selama-lamanya. Tapi mereka akan selalu ada di hatimu." Kata Dong Jin.
"Orang tuaku belum meninggal. Mereka belum meninggal." Celine menangis histeris.
"Halu, coba lihat baik-baik! Apakah Adam Nabhan, Ella Dara adalah nama orang tuamu?" Dong Jin menunjuk tulisan di batu nisan.
"Hentikan, orang tuaku masih hidup." Lirih Celine.
"Halu, apakah kamu sayang dengan mereka? Apakah kamu tidak merasa betapa sakit dan hancur hati mereka melihat keadaanmu yang sekarang. Seandainya kamu bisa melihat saat ini mereka di alam sana tidak tenang. Karena anak mereka tidak mengikhlaskan kepergiannya. Apakah kamu siap mereka akan dipersalahkan karena anaknya hampir menjadi orang gila?" Dong Jin sebenarnya juga tidak tega harus berkata begini, tapi ini semua untuk kesembuhan si Halu. Dong Jin sengaja mundur beberapa langkah meninggalkan Celine.
"Mami, Papi." Celine memegang kepalanya yang berputar-putar.
BRUUK!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Na!
oh gitu ya. halu oppa korea bisa gila 🤣🤣🤣
2024-01-08
1
Queen
ada ya penyakit kebanyakkan halu. jadi takut 🤣
2024-01-08
1