PLAK!
PLAK!
Barra memegang pipinya yang sakit dan terasa panas. Semua yang ada di ruangan Barra diam, mereka tidak berani mengangkat wajah mereka.
"Begini caramu memperlakukan keponakanmu sendiri!" Adam memandang penuh kebencian kepada Barra.
"Maaf Pak Adam, maksud Anda Apa?" tanya Dani Assisten Barra.
"Dia telah mengusir Celine dari rumahnya sendiri!" Kata Adam.
"Maaf Pak Adam. Selama ini Pak Barra merawat Nona Celine. Kami semua yang ada di sini saksinya." Dani berusaha meyakinkan Adam.
Mata Adam tertuju ke sebuah bingkai foto yang ada di atas meja Barra. Adam mengambilnya.
"Apa Celine yang kalian maksud dia yang ada di foto ini?" tanya Adam.
Semua karyawan yang ada di sana mengangguk termasuk Dani Assisten Barra.
"Apa kalian tau, dia adalah anak dari Barra namanya Varel. Karena wajah mereka mirip Barra mengambil kesempatan dan keuntungan dari itu. Celine diusir dari rumahnya sendiri, dan Varel menggantikan posisinya. Varel selama ini mendapatkan kehidupan yang layak, sedangkan Celine di luar sana berjuang untuk bertahan hidup." Adam memandang tajam ke arah Barra.
"Bang, bukannya Abang....?" Barra tidak berani melanjutkan kalimatnya.
"Sudah mati, begitukan?" Adam meninggikan suaranya.
"Pak Adam. Syukurlah Anda selamat." Arsha Sekretaris Adam memeluk Bosnya.
"Arsha, bagaimana nasib Perusahaan selama aku tinggalkan?" tanya Adam.
"Sangat parah Bos. Perusahaan diambang kebangkrutan, karena Pak Barra banyak melakukan korupsi dan Celine KW banyak memakai uang Perusahaan untuk bersenang-senang." Jawab Arsha.
"Arsha, jaga mulutmu!" Barra marah sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Maaf Pak Barra selama ini saya diam karena Anda bukan atasan saya. Sekarang Pak Adam kembali, saya akan menyelamatkan Perusahaan dari tangan jahat Anda!" Arsha bicara tegas.
"Arsha saya masih pemilik sah Perusahaan ini. Adakan meeting dengan para pemegang saham." Perintah Adam.
"Baik Bos laksanakan." Arsha melemparkan senyuman kemenangan kepada Barra yang sinis menatap kearahnya.
Rapat pun berlangsung, diwarnai perdebatan yang tak kunjung usai. Setelah pembicaraan panjang lebar dan berlangsung alot, akhirnya menghasilkan hasil akhir yang sangat memuaskan. Ternyata Chen pemilik saham nomor dua di Perusahaan Adam. Chen selalu mengawasi jalan Perusahaan tanpa Barra ketahui. Chen dibantu Arsha yang sekarang kembali menjadi Sekertaris Adam, merombak manajemen yang menurutnya cukup bobrok. Dan mengganti dengan orang-orang yang lebih kompeten di bidangnya masing-masing.
Salah satu penyebab Perusahaan diambang gulung tikar adalah korupsi yang dilakukan Barra dengan para petinggi yang bisa dihasut Barra. Barra diturunkan dari jabatannya dan para anteknya ditumpas habis oleh Chen. Adam sangat berterima kasih kepada sahabatnya Chen.
Setelah rapat berakhir, Barra dikejutkan dengan bunyi telepon yang sedari tadi mengganggunya. Semua orang menoleh kearahnya. Adam memberi kode agar Barra segera menjawab. Ternyata telepon dari seseorang yang mengaku telah menculik Celine. Dan orang itu mengirimkan sebuah video seorang gadis yang duduk tangan dan kakinya terikat di sebuah kursi dengan mulut di lakban. Gadis itu berusaha melepaskan ikatan yang ada di tangan dan kakinya.
"Dia mengaku bukan Celine Amani, tapi Varel Zahara. Tukar dia dengan Celine yang asli kalau tidak, dia akan jadi makanan singa." Orang itu menutup teleponnya.
"Bang Adam, Varel diculik. Mereka ingin Celine yang asli." Barra menunjukkan video Varel dari ponselnya.
"Apa alasannya?" tanya Adam.
"Tidak tau Bang." Barra menunduk.
"Tanyakan apa keinginan mereka!" Perintah Adam.
"Ok, ok Bang." Barra menelpon kembali orang yang menculik Varel.
"Mereka bilang, hanya Celine asli yang bisa memberikan permintaan mereka. Orang itu tidak memberitahukan apa itu Bang Adam." Kata Barra.
"Barra ini adalah hukuman bagi kamu dan Varel. Karena kalian sudah begitu tega dengan Celine. Selesaikan sendiri masalahmu. Aku juga tidak mau tahu." Adam berdiri meninggalkan ruangan meeting, diikuti Chen, Arsya, para pemegang saham dan beberapa karyawan lainnya.
Barra bingung harus melakukan apa untuk menyelamatkan Varel anaknya. Barra memerintahkan Dani agar mencari keberadaan Celine.
Kembali ke rumah sakit di kota yang berbeda.
Celine duduk di atas kursi roda di depan balkon kamar tempatnya dirawat. Celine memandangi perutnya dan beberapa kali mengelusnya. Tak terasa butiran bening menetes dari sudut matanya.
"Yank, ada yang sakit? Aku panggilin dokter ya." Yuwen hendak membalikkan badannya, tapi tangannya ditahan Celine.
"Yu, maafin aku ya. Maaf." Celine kembali menangis.
"Iya, semua bukan salahmu. Sekarang yang penting kesehatanmu. Kalau kamu mau kita bisa produksi lagi." Yuwen memeluk Celine.
"Ih apa an sih." Celine merona dalam pelukan Yuwen.
"Kali ini beda, kita melakukannya dengan cinta." Bisik Yuwen.
"Tapi, aku belum cinta kamu." Celine menoleh ke arah Yuwen. Kini wajah mereka hampir tidak ada jarak.
"Aku akan membuatmu jatuh cinta." Yuwen kembali menatap mata Celine.
Tatapan Yuwen menghipnotis Celine. Celine mendekatkan wajahnya ke arah Yuwen. Yuwen mulai bermain di atas bibir Celine yang masih diam tak bergerak. Tubuh Celine terasa panas dingin, Yuwen mulai merangkum lembut bibir Celine. Celine merangkulkan lengannya ke leher Yuwen, Celine memejamkan mata dan menggerakkan bibirnya membalas setiap kecupan Yuwen. Celine menikmati ciuman itu hingga menjadi semakin dalam dan semakin panas.
Tanpa mereka sadari, di seberang sana masih di dalam rumah sakit yang sama tapi ruangan yang berbeda, sepasang mata penuh dengan rasa sedih, sakit hati menyaksikan kemesraan mereka. Dong Jin yang baru siuman merasa pengap ingin menghirup udara segar, dia melangkahkan kakinya ke balkon kamar rumah sakit. Tadinya dia merasa sedih melihat Celine yang menangis duduk sendiri di atas kursi rodanya. Rasa penyesalan teramat dalam karena dia pernah menolak anak yang ada di dalam kandungan Celine. Perasaan itu pun berubah menjadi sakit hati ketika melihat Yuwen begitu mesra memeluk Celine dan berakhir dengan ciuman.
"Seharusnya itu aku, aku yang mendampingimu, aku yang mendengar tangismu, aku yang menghapus air matamu, aku yang membuatmu bahagia. Tapi aku meninggalkanmu, aku tidak menerima keadaanmu, aku menyakitimu. Celine, aku akan merebutmu kembali." Dong Jin masuk ke dalam kamarnya.
"Jin." Papanya Dong Jin tiba-tiba berada di depan kamarnya.
"Papa, kenapa bisa ada di sini?"
"Jin, Papa mendengar kamu terluka. Bagaimana keadaanmu?" Ji Hun memeriksa tubuh Dong Jin.
"Jin sudah sehat. Jin mau bersiap pulang Pah." Dong Jin memasukkan beberapa pakaiannya dan juga obat-obatan ke dalam tasnya.
Ji Hun berdiri di balkon kamar Dong Jin dan tersenyum menatap Celine yang duduk sendirian memandang Dong Jin dari balkon kamarnya. Di saat Dong Jin lengah, Ji Hun sengaja mengarahkan senjata ke kepala Dong Jin. Celine yang melihatnya panik ketakutan. Celine memejamkan matanya dalam sekejap Celine sudah berada di hadapan Dong Jin.
"Celine." Dong Jin tak percaya Celine sudah ada dihadapannya.
"Jin, awas!" Celine menarik tangan Dong Jin.
DOR!
BOOM!
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Queen
nah lo? kenapa? mau bunuh anak sendiri?
2024-01-19
1
Queen
🥰😍😘
2024-01-19
1
Queen
hmmm 😜
2024-01-19
1