Episode 14

Pasangan suami istri yang belum genap seminggu itu kini sudah kembali ke rumah. Meyta tak lagi demam sehingga dokter mengizinkannya pulang. Tidak di sangka di depan rumah sudah ada Ayah, Ibu Tiri dan Adik Tiri yang berharap jadi madu. Ah, bukan lagi madu melainkan ingin merebut posisi persis seperti ibunya dulu.

Meyta dan Fardan yang belum turun dari mobil saling memandang. Seakan lewat tatapan mata mereka saling bertanya "Ada apa dan mengapa mereka berkumpul di rumah?" padahal mereka sama sekali tidak mengirim pesan dan tidak diberi tahu tentang Meyta yang dirawat inap di rumah sakit.

Pengantin baru itu turun dari mobil. Wajah sayu Meyta dan wajah ketus Misca saling bertemu. Tak ada lagi binar ramah sok baik, Misca dengan gamblang telah menyatakan perang padanya. Siapa yang akan bersikap manis jika adik tiri ingin merebut pangeran darinya dengan membawa sebelah sepatu kaca yang ia sendiri tahu itu tidak akan muat untuknya.

"Ayah," sapa Meyta dan Fardan bersamaan.

"Kalian dari mana saja? Kami sudah beberapa menit berdiri di depan pintu tetapi tidak ada yang membukanya," tanya Primus.

Meyta menunduk sedangkan Fardan semakin meninggikan kepalanya. "Semalam Meyta sakit, Yah. Dia mengalami demam sehingga aku membawanya ke rumah sakit. Kami baru saja kembali, dokter sudah mengizinkan istriku untuk pulang," jawab Fardan, ia bahkan menekan kata 'istriku' agar seseorang di sebelah sana tidak lagi bersikeras untuk mendapatkannya.

Raut wajah tegang Primus tadi kini berubah menjadi penuh simpatik. Ia tidak tahu jika putrinya masuk rumah sakit. Mereka datang ke rumah ini dengan niat untuk mendamaikan Meyta dengan sang ibu tiri sebab ibu dan anak itu sudah menceritakan kejadian kemarin dengan versi mereka.

"Kamu sakit, Nak? Mengapa tidak mengabari Ayah?"

Meyta menggeleng. "Kak Fardan yang sudah mengurusku, Yah. Aku tidak tahu kalau semalam aku demam, tahu-tahu saat bangun aku mendapati diriku sudah berada di rumah sakit."

Di dalam saku celananya, tangan Primus terkepal. Laporan yang ia terima dari Misca adalah ia dianiaya oleh Meyta, namun melihat fakta bahwa Meyta baru saja pulang dari rumah sakit dan mendapatkan pngobatan rawat inap tentu saja berbanding terbalik. Primus sangat kesal, tetapi ia tidak mungkin mengungkapkannya di depan banyak orang. Ia akan menunggu sampai mereka berada di rumah.

"Ayah ayo silakan masuk," ajak Meyta, ia mengalihkan pembicaraan sebab melihat ekspresi tidak enak dari ayahnya.

'Aku penasaran, apa yang sudah mereka bicarakan pada Ayah tentangku?' gumam Meyta dalam bagi.

Tiga tamu itu masuk. Misca langsung saja menerobos tanpa diminta sebab ia ingin menjelaskan pada ayahnya kronologi kejadian kemarin.

"Ayah di sini dia sudah menamparku," ucap Misca yang sudah tidak sabar.

Tangan Meyta digenggam Fardan dengan erat, ia bersikap seperti itu untuk melindungi istrinya. Tidak apa Misca mengatakan hal tersebut, ia tidak peduli. Di sini yang salah adalah mereka karena berani menyerang istrinya.

Primus sendiri belum memberikan tanggapan. Ia memperhatikan wajah pucat putri sulungnya lalu beralih pada wajah Misca yang terlihat biasa-biasa saja.

"Misca, jangan memfitnah kakakmu. Coba lihat, dia baru saja keluar dari rumah sakit. Mana mungkin dia menamparku lalu dia yang masuk rumah sakit. Bukankah itu konyol?" ucap Primus yang membuat Misca dan Shinta terbelalak, mulut mereka bahkan terbuka lebar.

Meyta menundukkan kepalanya, ia sedang mencoba menyembunyikan senyumannya. Benar juga apa yang dikatakan ayahnya, seharusnya memang seperti itu. Tetapi di sini memang benar jika ia yang menampar Misca. Sakit yang ia alami memang ada hubungannya dengan dua wanita ular itu, hanya saja bukan karena tamparan.

"Bagaimana bisa kamu berkata seperti itu, Mas? Bukankah kamu melihat sendiri bagaimana keadaan wajah Misca kemarin?" tegur Shinta tidak terima.

Primus hanya memberikan lirikan sinis, seketika mulut Shinta bungkam. Shinta memang teramat takut pada suaminya ini, takut diceraikan dan akan hidup susah di jalanan.

Misca ingin membuka suara, dibandingkan ibunya, Misca memang lebih berani melawan ayahnya. Namun sayang tangannya segera dicengkeram oleh Shinta, ibunya itu jelas takut ia dan anaknya akan diusir dari rumah.

Fardan yang diam-diam memperhatikan kini mengetahui di mana kelemahan ibu mertuanya ini. Rupanya kemarahan Ayah mertua adalah hal paling menakutkan bagi mereka. Ia bersyukur karena Ayah mertuanya sangat menyayangi Meyta dan tak mudah dihasut.

"Meyta, kamu masuk ke kamar, Nak. Beristirahatlah, wajahmu masih terlihat pucat," ucap Primus dengan penuh perhatian.

Meyta tersenyum haru. Dulu sekali ia sangat membenci pria ini. Tetapi semenjak ayahnya membawanya pulang, rasa sayang Meyta begitu besar untuknya. Belum sempat ia membahagiakan ayahnya ini tetapi ia lebih dulu menikah.

"Bagaimana aku bisa beristirahat di kamar sedangkan Ayah ada di sini. Duduklah, Yah. Aku akan membuatkan minuman. Aku sudah lebih baik, Kak Fardan menjagaku dengan baik," tutur Meyta. Bibir tipis itu tiada henti menyunggingkan senyuman.

Primus menggeleng. "Tidak apa sayang, Ayah juga akan segera pulang. Ada begitu banyak pekerjaan di kantor. Kamu beristirahat saja, Ayah tidak ingin merepotkan mu," tolak Primum.

Meyta mendesah pelan. "Baiklah Ayah, mari aku antar ke depan —" Meyta menjeda ucapannya lalu ia melirik dengan mata berkaca-kaca pada lelaki paruh baya ini. "Bolehkan aku memeluk Ayah? Aku sungguh merindukanmu," lirih Meyta dengan kepala tertunduk.

Primus tertawa, ia merasa terharu dengan permintaan putrinya ini. "Tentu saja sayang. Ayo kemari," ucapnya seraya merentangkan tangan.

Meyta baru akan bergerak ke arah ayahnya namun tangannya ditahan oleh Fardan. "Lima detik. Jangan memeluk pria lain terlalu lama karena aku tidak suka sekalipun itu adalah ayahmu," ucap Fardan yang membuat Primus tergelak sedangkan Meyta terbengang.

Lain halnya dengan raut wajah Misca yang kini tak sedap di pandang. Ia jelas sangat kesal, ia tidak terima Fardan memperlihatkan rasa cintanya itu di hadapannya.

'Benar-benar memuakkan!' umpat Misca dalam hati.

Fardan pun melepaskan genggamannya. Ia membiarkan istrinya masuk ke dalam pelukan ayahnya. Bahkan ketiga tamu mereka itu belum sempat duduk karena Misca yang begitu bersemangat menjelaskan perkaranya sedangkan ayahnya sendiri tidak percaya.

"Tuan Suami, kamu benar-benar posesif!" keluh Meyta. Apa salahnya ia memperlihatkan kemesraannya dengan Fardan di depan dua ular yang siap menggigit dan membelit rumah tangganya, biar mereka tahu jika Fardan itu adalah miliknya.

Hanya lima detik, Fardan langsung menarik kembali istrinya ke sisinya. Jelas sekali Misca kesal dan mengepalkan kedua tangannya.

"Nyonya Istri, sekarang kamu harus istirahat. Aku tidak mau kamu lelah dan sakit lagi," ucap Fardan saat mereka sudah berada di depan pintu mengantar tamu mereka itu.

Misca mendengus. Ia muak dengan panggilan mesra mereka itu.

'Apa-apaan panggilan itu. Tuan Suami, Nyonya Istri. Menjijikan!' umpat Misca dalam hati.

Terpopuler

Comments

🍒⃞⃟🦅🏠⃟⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔NUR𒈒⃟ʟʙᴄ

🍒⃞⃟🦅🏠⃟⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔NUR𒈒⃟ʟʙᴄ

lima menit kelamaan ya, tuan suami cuma mengijinkan 5 detik 🤦‍♀️

2024-02-11

1

🍒⃞⃟🦅🏠⃟⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔NUR𒈒⃟ʟʙᴄ

🍒⃞⃟🦅🏠⃟⍣⃝𝑴𝒊𝒔𝒔NUR𒈒⃟ʟʙᴄ

sifat posesif udh muncul ke permukaan wkwk gak boleh meluk ayah sendiri lewat 5menit 🤧🤣

2024-02-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!